Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Minggu, 14 Oktober 2018 |
KalbarOnline, Balikpapan
– Indonesia memiliki tingkat literasi yang cukup rendah. Berdasarkan survei
Most Literate Nation in The World, sebuah study yang dilakukan oleh Central
Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia berada di peringkat ke
60 dari 61 negara yang diteliti. Untuk
mengatasi masalah ini dan agar anak-anak tumbuh terbiasa membaca semenjak dini,
pemerintah berusaha menggalakkan gerakan literasi sekolah atau disingkat GLS.
Agar GLS sukses, manajemen tingkat sekolah, terutama kepala
sekolah perlu membuat program khusus membaca untuk semua warga sekolah. Program
tersebut bisa berupa membaca 15 menit tiap hari sebelum pembelajaran, pengadaan
taman baca atau pojok baca, pengadaan buku yang bervariasi dan yang tak kalah
penting memberikan keteladanan dalam membaca.
Terkhusus program membaca 15 menit sebelum atau setelah
pembelajaran, pemerintah sudah menuangkannya dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2015. Sayangnya di
lapangan, pelaksanaannya ternyata belum efektif.
“Kami melakukan sesekali, tapi saat ini terhenti,” ujar Jaka
Pramono, Kepala SDN 006 Balikpapan disela-sela Pelatihan Manajemen Berbasis
Sekolah yang diadakan program PINTAR kerjasama Tanoto Foundation dengan Dinas
Pendidikan dan Kemenag Balikpapan yang dilaksanakan di Hotel Swiss Bell In, 10-11
Oktober 2018.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala SD 009 Balikpapan
Tengah, ibu Noor Masyitah.
“Kami belum efektif melaksanakan program tersebut, tidak
rutin kami laksanakan,” ujarnya.
Menurut Khudori, Spesialis Pembelajaran SD Tanoto
Foundation, sekolah perlu konsiten melakukan program membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dan menciptakan suasana
agar program tersebut juga berjalan efektif.
“Agar kegemaran membaca itu tumbuh di kalangan siswa, tentu
saja kegiatan 15 menit tersebut harus rutin dilakukan. Namun tak kalah penting
juga adalah bagaimana menciptakan suasana membaca yang menunjang,” tukasnya.
Menurutnya, kalau pun sekolah melaksanakan program 15 secara
konsisten, kalau tidak didukung penciptaan suasana membaca yang menunjang,
hasil program tersebut juga tidak maksimal.
“Kalau yang satu sedang berusaha konsentrasi membaca, sedang
pelajaran lain malah menciptakan suasana yang rebut, tentu saja akan mengganggu
konsentrasi siswa yang membaca tersebut,” tukasnya lagi.
Untuk itu, menurutnya, sekolah perlu menerapkan salah satu strategi
membaca yaitu membaca senyap.
“Artinya selama 15 menit tersebut, diusahakan semua siswa
membaca dan gangguan suara diusahakan diminimalkan sedemikian rupa. Para siswa
yang membaca, dengan cara ini, akan lebih konsentrasi dan lebih bisa menyelami
apa yang dibaca yang pada akhirnya bisa menumbuhkan rasa senang dalam membaca, terutama
terhadap buku-buku cerita,” imbuhnya menambahkan.
Menurut Khudori, program membaca senyap merupakan salah satu
strategi membaca telah banyak dilaksanakan di sekolah di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris dan lain-lain dan terbukti meningkatkan
kegemaran membaca siswa.
“Program seperti ini sudah jamak dilakukan di negara maju, beberapa
sekolah di Indonesia juga sudah mulai melakukan. Ada juga strategi lain, yaitu
membaca nyaring, yang lebih sering ditujukan untuk literasi kelas awal,” tuturnya.
Strategi membaca senyap hanya salah satu bagian dari
pelatihan manajemen berbasis sekolah yang diorganisir oleh program PINTAR
Tanoto Foundation pada 30 kepala sekolah dan pengawas sekolah mitra program.
Selama dua hari pelatihan, selain langsung mempraktekkan
membaca senyap selama 15 menit, mereka juga dikenalkan Strategi Pembelajaran
Aktif, Manajemen Berbasis Sekolah dan Budaya Baca secara kesuruhan.
“Kepala Sekolah merupakan kunci kemajuan sekolah. Maju dan
mundurnya sekolah sangat tergantung kepala sekolah. Kalau mau maju, program
program di sekolah harus berjalan efektif,” ujar Kabid Sekolah Menengah Pertama
Dinas Pendidikan dan Balikpapan, Syaiful Bahri, di sela-sela kegiatan tersebut.
(*/Fai)
KalbarOnline, Balikpapan
– Indonesia memiliki tingkat literasi yang cukup rendah. Berdasarkan survei
Most Literate Nation in The World, sebuah study yang dilakukan oleh Central
Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia berada di peringkat ke
60 dari 61 negara yang diteliti. Untuk
mengatasi masalah ini dan agar anak-anak tumbuh terbiasa membaca semenjak dini,
pemerintah berusaha menggalakkan gerakan literasi sekolah atau disingkat GLS.
Agar GLS sukses, manajemen tingkat sekolah, terutama kepala
sekolah perlu membuat program khusus membaca untuk semua warga sekolah. Program
tersebut bisa berupa membaca 15 menit tiap hari sebelum pembelajaran, pengadaan
taman baca atau pojok baca, pengadaan buku yang bervariasi dan yang tak kalah
penting memberikan keteladanan dalam membaca.
Terkhusus program membaca 15 menit sebelum atau setelah
pembelajaran, pemerintah sudah menuangkannya dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2015. Sayangnya di
lapangan, pelaksanaannya ternyata belum efektif.
“Kami melakukan sesekali, tapi saat ini terhenti,” ujar Jaka
Pramono, Kepala SDN 006 Balikpapan disela-sela Pelatihan Manajemen Berbasis
Sekolah yang diadakan program PINTAR kerjasama Tanoto Foundation dengan Dinas
Pendidikan dan Kemenag Balikpapan yang dilaksanakan di Hotel Swiss Bell In, 10-11
Oktober 2018.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala SD 009 Balikpapan
Tengah, ibu Noor Masyitah.
“Kami belum efektif melaksanakan program tersebut, tidak
rutin kami laksanakan,” ujarnya.
Menurut Khudori, Spesialis Pembelajaran SD Tanoto
Foundation, sekolah perlu konsiten melakukan program membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dan menciptakan suasana
agar program tersebut juga berjalan efektif.
“Agar kegemaran membaca itu tumbuh di kalangan siswa, tentu
saja kegiatan 15 menit tersebut harus rutin dilakukan. Namun tak kalah penting
juga adalah bagaimana menciptakan suasana membaca yang menunjang,” tukasnya.
Menurutnya, kalau pun sekolah melaksanakan program 15 secara
konsisten, kalau tidak didukung penciptaan suasana membaca yang menunjang,
hasil program tersebut juga tidak maksimal.
“Kalau yang satu sedang berusaha konsentrasi membaca, sedang
pelajaran lain malah menciptakan suasana yang rebut, tentu saja akan mengganggu
konsentrasi siswa yang membaca tersebut,” tukasnya lagi.
Untuk itu, menurutnya, sekolah perlu menerapkan salah satu strategi
membaca yaitu membaca senyap.
“Artinya selama 15 menit tersebut, diusahakan semua siswa
membaca dan gangguan suara diusahakan diminimalkan sedemikian rupa. Para siswa
yang membaca, dengan cara ini, akan lebih konsentrasi dan lebih bisa menyelami
apa yang dibaca yang pada akhirnya bisa menumbuhkan rasa senang dalam membaca, terutama
terhadap buku-buku cerita,” imbuhnya menambahkan.
Menurut Khudori, program membaca senyap merupakan salah satu
strategi membaca telah banyak dilaksanakan di sekolah di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris dan lain-lain dan terbukti meningkatkan
kegemaran membaca siswa.
“Program seperti ini sudah jamak dilakukan di negara maju, beberapa
sekolah di Indonesia juga sudah mulai melakukan. Ada juga strategi lain, yaitu
membaca nyaring, yang lebih sering ditujukan untuk literasi kelas awal,” tuturnya.
Strategi membaca senyap hanya salah satu bagian dari
pelatihan manajemen berbasis sekolah yang diorganisir oleh program PINTAR
Tanoto Foundation pada 30 kepala sekolah dan pengawas sekolah mitra program.
Selama dua hari pelatihan, selain langsung mempraktekkan
membaca senyap selama 15 menit, mereka juga dikenalkan Strategi Pembelajaran
Aktif, Manajemen Berbasis Sekolah dan Budaya Baca secara kesuruhan.
“Kepala Sekolah merupakan kunci kemajuan sekolah. Maju dan
mundurnya sekolah sangat tergantung kepala sekolah. Kalau mau maju, program
program di sekolah harus berjalan efektif,” ujar Kabid Sekolah Menengah Pertama
Dinas Pendidikan dan Balikpapan, Syaiful Bahri, di sela-sela kegiatan tersebut.
(*/Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini