Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 07 Oktober 2019 |
Kecamatan Pontianak
Selatan Juara Pertama
KalbarOnline,
Pontianak – Lenggak-lenggok rombongan arakan pengantar pasangan pengantin
dengan pakaian khas Melayu Pontianak lengkap dengan barang hantaran, memadati
Jalan Ahmad Yani, Minggu (6/10/2019).
Iring-iringan ini bukan arakan pengantin sungguhan,
melainkan peserta Festival Arakan Pengantin dalam rangka memperingati Hari Jadi
Kota Pontianak ke-248. Peserta dilepas dari Museum Kalbar menuju Masjid Raya
Mujahidin. Kecamatan Pontianak Selatan berhasil menggondol juara pertama dalam
Festival Arakan Pengantin 2019. Disusul Bank Kalbar sebagai juara kedua dan
Kecamatan Pontianak Barat juara ketiga. Sedangkan The Best Pengantin diraih
Kecamatan Pontianak Timur dan The Best Hantaran direbut Kecamatan Pontianak Barat.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengatakan, Festival
Arakan Pengantin ini merupakan yang kesepuluh kalinya digelar setiap peringatan
Hari Jadi Kota Pontianak. Ia berharap festival ini tidak hanya penampilan
budaya secara seremonial semata, namun bisa memberikan nilai positif bagi
perkembangan ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Pontianak. Festival ini bila
diviralkan dan digaungkan, akan menarik minat masyarakat untuk melihat langsung
adat budaya pengantin Melayu Pontianak.
“Festival ini juga merupakan salah satu jenis karnaval yang
menjadi daya tarik tersendiri,” ungkapnya.
Selain itu, Festival Arakan Pengantin juga bisa menjadi role
model atau contoh bagi masyarakat yang ingin menggelar acara pernikahan untuk
pengantin adat Melayu Pontianak. Penampilan peserta Festival Arakan Pengantin
ini bisa menjadi contoh, baik dari barang-barang hantaran, pakaian dan riasan
pengantin serta segala macam variasinya.
“Dari peserta yang tampil pada Festival Arakan Pengantin
ini, masyarakat bisa menirunya untuk acara pernikahan,” ujarnya.
Edi menilai penampilan para peserta sudah dipersiapkan
secara serius. Namun menurutnya tak kalah penting adalah melibatkan masyarakat
sebanyak-banyaknya, pemerhati budaya dan kesenian serta pelaku ekraf.
“Jadi, perlu kolaborasi dari berbagai pihak, tidak hanya
selesai pada festival arakan pengantin saja, tetapi juga memberikan dampak
positif dan multiplier effect bagi masyarakat,” ucap dia.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Rendrayani, menuturkan, Arakan Pengantin Melayu Pontianak sudah ditetapkan
sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 2017 lalu. Ia mengapresiasi digelarnya festival ini dalam
rangka upaya melestarikan budaya arakan pengantin.
“Namanya budaya itu kan warisan dari leluhur dan itu harus
tetap kita lestarikan,” tuturnya.
Sebagai adat budaya, lanjutnya, keaslian budaya itu sendiri
harus tetap dipertahankan. Meskipun diakuinya sah-sah saja bila ada sentuhan
kreasi sepanjang tidak mengubah pakemnya. Misalnya, barang hantaran, meskipun
diberi sentuhan kreasi tetapi tetap harus ada filosofi.
“Misalnya di hantaran itu wajib dihadirkan sirih pinang
walaupun bentuknya dikreasikan,” pungkasnya. (jim/humpro)
Kecamatan Pontianak
Selatan Juara Pertama
KalbarOnline,
Pontianak – Lenggak-lenggok rombongan arakan pengantar pasangan pengantin
dengan pakaian khas Melayu Pontianak lengkap dengan barang hantaran, memadati
Jalan Ahmad Yani, Minggu (6/10/2019).
Iring-iringan ini bukan arakan pengantin sungguhan,
melainkan peserta Festival Arakan Pengantin dalam rangka memperingati Hari Jadi
Kota Pontianak ke-248. Peserta dilepas dari Museum Kalbar menuju Masjid Raya
Mujahidin. Kecamatan Pontianak Selatan berhasil menggondol juara pertama dalam
Festival Arakan Pengantin 2019. Disusul Bank Kalbar sebagai juara kedua dan
Kecamatan Pontianak Barat juara ketiga. Sedangkan The Best Pengantin diraih
Kecamatan Pontianak Timur dan The Best Hantaran direbut Kecamatan Pontianak Barat.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengatakan, Festival
Arakan Pengantin ini merupakan yang kesepuluh kalinya digelar setiap peringatan
Hari Jadi Kota Pontianak. Ia berharap festival ini tidak hanya penampilan
budaya secara seremonial semata, namun bisa memberikan nilai positif bagi
perkembangan ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Pontianak. Festival ini bila
diviralkan dan digaungkan, akan menarik minat masyarakat untuk melihat langsung
adat budaya pengantin Melayu Pontianak.
“Festival ini juga merupakan salah satu jenis karnaval yang
menjadi daya tarik tersendiri,” ungkapnya.
Selain itu, Festival Arakan Pengantin juga bisa menjadi role
model atau contoh bagi masyarakat yang ingin menggelar acara pernikahan untuk
pengantin adat Melayu Pontianak. Penampilan peserta Festival Arakan Pengantin
ini bisa menjadi contoh, baik dari barang-barang hantaran, pakaian dan riasan
pengantin serta segala macam variasinya.
“Dari peserta yang tampil pada Festival Arakan Pengantin
ini, masyarakat bisa menirunya untuk acara pernikahan,” ujarnya.
Edi menilai penampilan para peserta sudah dipersiapkan
secara serius. Namun menurutnya tak kalah penting adalah melibatkan masyarakat
sebanyak-banyaknya, pemerhati budaya dan kesenian serta pelaku ekraf.
“Jadi, perlu kolaborasi dari berbagai pihak, tidak hanya
selesai pada festival arakan pengantin saja, tetapi juga memberikan dampak
positif dan multiplier effect bagi masyarakat,” ucap dia.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Rendrayani, menuturkan, Arakan Pengantin Melayu Pontianak sudah ditetapkan
sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 2017 lalu. Ia mengapresiasi digelarnya festival ini dalam
rangka upaya melestarikan budaya arakan pengantin.
“Namanya budaya itu kan warisan dari leluhur dan itu harus
tetap kita lestarikan,” tuturnya.
Sebagai adat budaya, lanjutnya, keaslian budaya itu sendiri
harus tetap dipertahankan. Meskipun diakuinya sah-sah saja bila ada sentuhan
kreasi sepanjang tidak mengubah pakemnya. Misalnya, barang hantaran, meskipun
diberi sentuhan kreasi tetapi tetap harus ada filosofi.
“Misalnya di hantaran itu wajib dihadirkan sirih pinang
walaupun bentuknya dikreasikan,” pungkasnya. (jim/humpro)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini