Pontianak    

Edi Kamtono: Festival Arakan Pengantin Bernilai Positif Terhadap Ekraf

Oleh : Jauhari Fatria
Senin, 07 Oktober 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Kecamatan Pontianak

Selatan Juara Pertama

KalbarOnline,

Pontianak – Lenggak-lenggok rombongan arakan pengantar pasangan pengantin

dengan pakaian khas Melayu Pontianak lengkap dengan barang hantaran, memadati

Jalan Ahmad Yani, Minggu (6/10/2019).

Iring-iringan ini bukan arakan pengantin sungguhan,

melainkan peserta Festival Arakan Pengantin dalam rangka memperingati Hari Jadi

Kota Pontianak ke-248. Peserta dilepas dari Museum Kalbar menuju Masjid Raya

Mujahidin. Kecamatan Pontianak Selatan berhasil menggondol juara pertama dalam

Festival Arakan Pengantin 2019. Disusul Bank Kalbar sebagai juara kedua dan

Kecamatan Pontianak Barat juara ketiga. Sedangkan The Best Pengantin diraih

Kecamatan Pontianak Timur dan The Best Hantaran direbut Kecamatan Pontianak Barat.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengatakan, Festival

Arakan Pengantin ini merupakan yang kesepuluh kalinya digelar setiap peringatan

Hari Jadi Kota Pontianak. Ia berharap festival ini tidak hanya penampilan

budaya secara seremonial semata, namun bisa memberikan nilai positif bagi

perkembangan ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Pontianak. Festival ini bila

diviralkan dan digaungkan, akan menarik minat masyarakat untuk melihat langsung

adat budaya pengantin Melayu Pontianak.

“Festival ini juga merupakan salah satu jenis karnaval yang

menjadi daya tarik tersendiri,” ungkapnya.

Selain itu, Festival Arakan Pengantin juga bisa menjadi role

model atau contoh bagi masyarakat yang ingin menggelar acara pernikahan untuk

pengantin adat Melayu Pontianak. Penampilan peserta Festival Arakan Pengantin

ini bisa menjadi contoh, baik dari barang-barang hantaran, pakaian dan riasan

pengantin serta segala macam variasinya.

“Dari peserta yang tampil pada Festival Arakan Pengantin

ini, masyarakat bisa menirunya untuk acara pernikahan,” ujarnya.

Edi menilai penampilan para peserta sudah dipersiapkan

secara serius. Namun menurutnya tak kalah penting adalah melibatkan masyarakat

sebanyak-banyaknya, pemerhati budaya dan kesenian serta pelaku ekraf.

“Jadi, perlu kolaborasi dari berbagai pihak, tidak hanya

selesai pada festival arakan pengantin saja, tetapi juga memberikan dampak

positif dan multiplier effect bagi masyarakat,” ucap dia.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,

Rendrayani, menuturkan, Arakan Pengantin Melayu Pontianak sudah ditetapkan

sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan pada tahun 2017 lalu. Ia mengapresiasi digelarnya festival ini dalam

rangka upaya melestarikan budaya arakan pengantin.

“Namanya budaya itu kan warisan dari leluhur dan itu harus

tetap kita lestarikan,” tuturnya.

Sebagai adat budaya, lanjutnya, keaslian budaya itu sendiri

harus tetap dipertahankan. Meskipun diakuinya sah-sah saja bila ada sentuhan

kreasi sepanjang tidak mengubah pakemnya. Misalnya, barang hantaran, meskipun

diberi sentuhan kreasi tetapi tetap harus ada filosofi.

“Misalnya di hantaran itu wajib dihadirkan sirih pinang

walaupun bentuknya dikreasikan,” pungkasnya. (jim/humpro)

Artikel Selanjutnya
Ustadz Abdul Somad Ajak Masyarakat Kalbar Jaga Persatuan dan Jaga NKRI
Minggu, 06 Oktober 2019
Artikel Sebelumnya
Polisi Amankan Pencuri Dupa Klenteng Tridharma Tuah
Minggu, 06 Oktober 2019

Berita terkait