Categories: Nasional

Konflik Agama Kian Mengkhawatirkan, Pemerintah Indonesia Perlu Ajari India Cara Kelola Perbedaan

KalbarOnline.com — Kekerasan atas nama agama yang terjadi di India hari-hari ini menambah daftar panjang konflik dengan sentimen agama di negara tersebut. Ketua bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Razikin Juraid, ikut merespons dan mengungkapkan kekhawatirannya atas kerusuhan tersebut.

“Kekerasan komunal bukanlah sebuah isu baru di India. Kita tahu India merupakan salah satu negara yang memiliki keberagaman etnik, budaya, bahasa dan agama yang sangat tinggi, karena itu konflik komunal sangat rentan terjadi,” kata Razikin kepada jpnn.com (grup FAJAR), Sabtu (29/2/2020).

Tidak terkecuali kekerasan komunal antara masyarakat Hindu, yang merupakan agama mayoritas masyarakat India dengan masyarakat Muslim. Populasi Muslim saat ini berjumlah sekitar 15% dari total populasi India dan menjadikannya sebagai kelompok minoritas terbesar di negara itu.

Dia menyinggung bahwa konflik komunal yang melibatkan Muslim dan Hindu terjadi sejak 1950 hinga sekarang, sudah menelan korban jiwa sekitar 2.000 orang. Salah satunya terjadi pada tahun 1992- 1993, melalui kampanye peruntuhan Masjid Babri di Ayodhya, Uttar Pradesh yang diorganisir oleh kelompok nasionalis Hindu.

“Kelompok nasionalis Hindu tersebut bergerak untuk membangun Kuil Rama yang diyakini telah dihancurkan oleh Kesultanan Babur untuk didirikan Masjid Babri,” jelasnya.

Razikin yang juga alumni Universitas Indonesia ini menambahkan, melihat konflik yang terjadi sekarang di India telah ditunggangi oleh kepentingan politik. Kelompok mayoritas Hindu, katanya, sampai hari ini masih mencurigai kelompok Muslim tidak memiliki semangat nasionalisme India.

Bahkan, ada tuduhan bahwa kelompok Muslim India itu pro Pakistan. Hal itu tercermin dalam Citizienship Amendement Bill (CAB). Di mana kelihatannya nasionalisme Hindu mendorong India sebagai Negara Hindu dan kelompok muslim terancam kehilangan kewarganeraan.

Dalam konteks itu, Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah diplomatik dengan pemerintah India.

“Kita memiliki modal yang kuat untuk berbicara dengan India, antara Indonesia dengan India sama-sama memiliki tingkat pluralitas yang sama, karena itu Pemerintah Indonesia harus memberi penekanan pada India bagaimana cara mengelola perbedaan,” tandas Razikin. (JPNN)

Jauhari Fatria

Saya Penulis Pemula

Share
Published by
Jauhari Fatria

Recent Posts

Ini Rincian Dugaan Aliran Uang Korupsi Erry ke Ria Norsan, Termasuk Untuk Membeli Karpet Masjid Agung Al-Falah Mempawah

KalbarOnline, Pontianak - Uang korupsi pembangunan Gedung Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat (BP2TD) di…

25 minutes ago

Momen Bang Didi Temui Pedagang Sembari Belanja Sayur di Pasar Pagi Putussibau

KalbarOnline, Kapuas Hulu - Calon Wakil Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 1, Didi Haryono menyempatkan…

29 minutes ago

Manfaat Jalan Kaki untuk Kesehatan Fisik dan Mental

KalbarOnline - Jalan kaki merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang paling sederhana dan mudah…

29 minutes ago

Silaturahmi dengan Paguyuban Jawa Kapuas Hulu, Bang Didi Diminta Perbaiki Infrastruktur

KalbarOnline, Kapuas Hulu - Calon Wakil Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 1, Didi Haryono diminta…

29 minutes ago

Syarief Abdullah Tegaskan Timses Midji-Didi Tak Level Gunakan Kampanye Hitam

KalbarOnline, Pontianak - Ketua DPW Partai Nasdem Kalimantan Barat sekaligus Ketua Tim Pemenangan Pasangan Midji-Didi,…

31 minutes ago

Di Electricity Connect 2024, PLN Galang Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi di Indonesia

KalbarOnline, Jakarta - PT PLN (Persero) terus menggalang kolaborasi global demi mendukung upaya pemerintah dalam…

45 minutes ago