Kabar lumayan mengejutkan datang dari Helsinki, ibukota Finlandia di mana Nokia bermarkas besar. Perusahaan teknologi yang pernah sangat berjaya itu mengumumkan penggantian chief executive perusahaan. Sang pejabat lama, Rajeev Suri, bakal digantikan Pekka Lundmark, yang akan efektif memimpin perusahaan pada September mendatang.
Walaupun dipuji-puji –dan tentunya sekadar basa-basi—telah memberikan kontribusi besar bagi Nokia, namun dengan pergantian ini, pesannya jelas, Rajeef dianggak tak cukup mumpuni untuk membawa Nokia memenangi kompetisi 5G. Bahkan di tanah Eropa, yang sejatinya merupakan kampung halaman Nokia. Mereka kalah dengan Huawei, pendatang dari Cina yang mendominasi pasar Eropa. Bahkan juga kalah saing dengan sesama pemain Eropa, Ericsson dari Swedia.
Rajeev tidak mampu memanfaatkan momentum emas, tatkala Amerika memblokade langkah Huawei di pasar global. Kebijakan AS yang menutup pintu bagi Huawei, dan diikuti pula oleh sejumlah sekutunya, sebenarnya merupakan peluang emas bagi Nokia untuk mengambil alih pasar yang ditinggalkan Huawei. Malah dengan nada bercanda, pendiri Huawei, Ren Zhengfei, bilang, tak masalah bila AS dan sekutunya menghalangi gerak Huawei. Masih banyak pasar yang bisa digarap. Lagipula, ini memberikan peluang bagi yang lain (Nokia, Ericsson).
Tapi Nokia tak bisa memanfaatkan peluang itu. Mereka tetap tak bisa mendobrak dominasi Huawei. Bahkan di pasar Eropa sendiri. Buruknya kinerja Rajeev juga ditunjukkan dengan merosotnya saham Nokia menjadi sepertiga dari nilai saham di awal tahun. Maka, wajar jika manajemen Nokia merasa perlu mengganti nahkoda, dengan harapan bisa mengejar ketertinggalan dari pesaing.
Jadi, time is up untuk Rajeev yang sudah berkiprah selama 6 tahun di Nokia. Dia akan digantikan Lundmark, Chief Executive Fortum, sebuah grup perusahaan energy. Sebenarnya, Lundmark bukanlah wajah baru bagi Nokia. Di era 1990 hingga 2000, Lundmark pernah memegang posisi eksekutif di Nokia. Termasuk menjadi vice president of strategy and business development di Nokia Networks. Era di mana Nokia tumbuh menjadi pabrikan ponsel terbesar di dunia.
Dia akan berpasangan dengan Sari Baldauf, yang diproyeksikan menjadi Chairman Nokia berikutnya. Baldauf juga bukan orang baru bagi Nokia. Wanita ini pernah pula menduduki posisi eksekutif di Nokia, sejaman dengan Lundmark. Dia pernah mengepalai Nokia Network Unit –yang sekarang menjadi bisnis utama Grup Nokia. Menariknya pula, Baldauf pernah sekantor juga dengan Lundmark di Fortum. Dia menjadi pimpinan dewan direksi Fortum dari tahun 2011 hingga 2018.
Nah, duet Lundmark dan Baldauf ini diharapkan dapat mengembalikan Nokia ke trek yang benar. Pengalaman dan chemistry keduanya, diharapkan mampu menjadi suntikan energy bagi perusahaan untuk kembali mengibarkan bendera Nokia sebagai salah satu vendor telekomunikasi terbesar di dunia. Terutama, untuk membereskan pe-er besar Nokia yang tak mampu ditangani Rajeev. Yakni, persoalan penundaan dan investasi tambahan bagi proyek pengembangan SoC 5G Nokia, yang mana chips tunggal tersebut mampu menangani seluruh sistem computer dan memungkinkan Nokia memproduksi teknologi jaringan (5G) yang lebih murah.
The post Nokia Ganti Nahkoda Gegara Kalah Saing di 5G appeared first on KalbarOnline.com.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…