Raksasa Teknologi asal Cina, Huawei, nampaknya sadar, masa depan bisnis mereka agaknya harus dilalui tanpa Google. Ya mau gimana lagi, meski Google-nya sendiri sudh merayu-rayu Pemerintah AS biar diijinkan berbisnis (lagi) dengan Huawei, tapi kelihatannya AS tetap keukeuh, No more Huawei for US Companies. Termasuk Google.
Jadi, ya mau tak mau Huawei harus mulai memikirkan mencari pengganti Google Mobile Service (GMS) untuk lini produk mereka, Huawei dan sub-brand-nya, Honor. Langkah itu dimulai dengan mengembangkan AppGallery, toko aplikasi yang berfungsi seperti Play Store milik Google. Agar nantinya, para pengguna Huawei dan Honor di seluruh dunia, bisa mendapatkan aplikasi seperti yang mereka dapatkan di Play Store.
Membuat platform toko aplikasinya sendiri, tentu hal mudah bagi Huawei. Yang susah adalah mencari penghuninya, produk-produk aplikasi yang akan dipajang di AppGallery. Google sendiri butuh waktu bertahun untuk bisa sebesar sekarang. Mengundang dan meyakinkan para developer aplikasi untuk bekerjasama.
Itu pula yang harus dilakukan Huawei, agar AppGallery yang mereka buat bisa dipenuhi produk aplikasi. Terutama, aplikasi-aplikasi yang populer di Play Store. Untuk itu, Huawei punya strategi tersendiri. Kasih para developer itu porsi revenue share yang lebih menarik ketimbang yang diberikan Google.
Seperti dilansir laman Gizmochina.com, demi mengundang developer aplikasi sebanyak-banyaknya untuk “jualan” di Huawei Appstore, Huawei menawarkan skema bagi hasil yang menggiurkan. Yakni, 10% untuk Huawei sebagai pemilik toko, dan 90% untuk developer pemilik aplikasi. Wow! Tawaran itu berlaku untuk para developer yang setuju dan menandatangani kerjasama dengan Huawei Appstore sebelum tanggal 20 Juni 2020. Skema bagi hasil istimewa ini bakal berlaku efektif selama 24 bulan (2 tahun).
Komposisi itu diyakini bisa membuat para developer tergiur, dan ramai-ramai “jualan” di AppGallery. Bagaimana tidak, wong nyaris seluruh hasil pendapatan menjadi hak developer. Sesuatu yang tak didapat di Play Store, yang cuma memberi komposisi 30:70, atu memberikan bagian pendapatan untuk developer sebanyak 70& saja. Komposisi yang sama juga diterapkan Apple Appstore.
Beberapa developer memang mengeluhkan komposisi 30:70 yang diterapkan Google dan Apple. Mereka mengatakan, developer mesti menanggung biaya pengembangan, operasional dan elemen pendukung lain, kok cuma dikasih 70%. Itu yang membuat Epic Game ogah menaruh game Fortnite di Play Store.
The post Huawei Rayu Developer dengan Revenue Share 90% appeared first on KalbarOnline.com.
Di Electricity Connect 2024, PLN Galang Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi di Indonesia KalbarOnline, Jakarta…
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…