Mungkin saat ini saat menonton TV atau membuka media sosial, Geng Sehat akan disajikan informasi terbaru tentang Coronavirus atau Covid-19. Wajar saja, Covid-19 sudah menjadi wabah pandemik global dengan waktu penularan yang sangat cepat, sehingga Geng Sehat harus waspada.
Namun, ada penyakit lain yang jumlah peningkatan kasusnya tengah mengkhawatirkan, yaitu demam berdarah dengue (DBD). Menurut data Kementerian Kesehatan, sejak awal tahun hingga Maret 2020, jumlah kasus DBD sudah melebihi 16 ribu.
Dari 16 ribu kasus yang terdeteksi, 100 jiwa sudah meninggal dunia. Bahkan, di beberapa wilayah, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT), DBD sudah berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB).
Di NTT, tepatnya di Kabupaten Sikka, kasus DBD sudah mencapai 1.195. Korban meninggal dunia akibat DBD di wilayah ini sudah mencapai 14 orang, termasuk sejumlah anak-anak.
“Maka itu, kita mendorong dilakukannya peningkatan kegiatan preventif, seperti pemberantasan sarang nyamuk dimanapun, termasuk di rumah, sekolah, tempat umum, dan rumah ibadah,” jelas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dilansir oleh Antara, Senin (9/3).
DBD tidak selalu mematikan, jika penderitanya ditangani sesegera mungkin. Namun, jika penyakitnya baru ditangani ketika infeksinya sudah berkembang dan bertambah parah, maka bisa menyebabkan komplikasi berbahaya.
DBD yang parah bisa terjadi pada siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Namun, anak-anak khususnya memiliki risiko yang lebih tinggi. Jadi, setiap orang perlu mewaspadai gejala-gejala DBD, apalagi karena penyakit ini cukup umum di Indonesia.
Gejala DBD diantarnya sakit kepala, nyeri, nafsu makan menurun, demam, muntah, ruam kulit, dan penurunan sel darah putih. Jika sudah parah, DBD akan menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri perut atau abdominal, napas tersengal-sengal, muntah darah, pembengkakan hati, dan lainnya.
Orang yang memiliki DBD parah umumnya akan memiliki ruam kecil-kecil berwarna merah di kulit dan bagian tubuh lain. DBD parah bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru, hati, atau jantung. Tekanan darah juga bisa menurun ke tingkat yang berbahaya, sehingga menyebabkan syok, dan akhirnya kematian.
Inilah mengapa DBD perlu diwaspadai dang segera ditangani. Orang dengan kekebalan tubuh rendah khususnya memiliki risiko tinggi terkena DBD yang peningkatan keparahannya cepat.
Kelompok yang memiliki risiko tinggi terkena DBD parah adalah anak-anak dan orang lanjut usia, khususnya yang memiliki gangguan kesehatan kronis lainnya, seperti diabetes melitus.
Tiap tahun selalu ada kasus DBD di Indonesia, di mana pada waktu-waktu tertentu jumlah kasusnya melonjak tinggi. Persiapan perlu dilakukan, terutama menjalang musim demam berdarah agar angka kasus bisa ditekan. Selain itu penanganan tepat pada pasien.
Jika ditangani dengan baik, DBD bisa sembuh dalam waktu dua hingga tujuh hari. Dengan pengobatan yang tepat, tingkat mortalitas penderita DBD kurang dari 1 dari setiap 100 orang. Oleh sebabnya, perlu dilakukan pencegahan, khususnya jika sedang musim hujan.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi DBD adalah dengan vaksinasi. Tetapi vaksinasi hanya diindikasikan untuk anak usia 9-14 tahun. WHO merekomendasikan vaksinasi dengue di negara-negara dengan endemik DBD, termasuk Indonesia.
Menurut penelitian, vaksin ini direkomendasikan untuk anak berusia 9 – 16 tahun. Vaksin dengue ini hanya boleh diberikan pada orang-orang yang sebelumnya sudah pernah terkena infeksi DBD. Sebenarnya, vaksin ini sudah disetujui oleh BPOM sejak tahun 2016. Vaksinnya sudah langsung beredar sejak Indonesia menerima izin edar.
Selain vaksinasi, tentunya Kamu juga perlu memberantas sarang nyamuk Aedes aegypti dengan program PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Untuk membasmi virus DBD, memang diperlukan kerjasama dari masyarakat juga, tidak hanya mengandalkan pemerintah.
Kegiatan PSN yang dilakukan juga tidak sulit, Kamu hanya perlu membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat-rapat penampungan air, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang punya potensi menjadi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. (UH)
Sumber:
Health Xchange. When Dengue Fever Becomes Severe Dengue. Desember 2019.
National Public Radio. Dengue Fever 101: How Serious Is This Disease?. Mei 2014.
KalbarOnline - Drama thriller terbaru China berjudul See Her Again dibintangi William Chan dan tayang…
KalbarOnline - Kasus dugaan pengancaman dan pemerasan yang dilakukan mantan karyawan Ria Ricis kembali disidang…
KalbarOnline, Pontianak - Uang korupsi pembangunan Gedung Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat (BP2TD) di…
KalbarOnline, Kapuas Hulu - Calon Wakil Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 1, Didi Haryono menyempatkan…
KalbarOnline - Jalan kaki merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang paling sederhana dan mudah…
KalbarOnline, Kapuas Hulu - Calon Wakil Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 1, Didi Haryono diminta…