Sejak diumumkannya kasus positif Covid-19 pertama pada akhir bulan Februari 2020, jumlah kasus di Indonesia mengalami tren peningkatan dari hari ke hari. Salah satu kendala yang terjadi dalam penanganan Covid-19 di Indonesia adalah masih terbatasnya kapasitas pengujian pasien yang diduga terjangkit oleh virus ini.
Idealnya, penentuan apakah seseorang positif terjangkit Covid-19 dapat dilakukan jika ditemukan RNA virus Covid-19 pada pemeriksaan sampel saluran napas. Akan tetapi sesuai standar WHO, pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan di fasilitas laboratorium dengan level keamanan biologi (biosafety level) 2 atau lebih, sementara di Indonesia, jumlah laboratorium ini sangat terbatas.
Oleh karena itu, presiden RI Bapak Joko Widodo memberikan arahan berupa perlu dilakukannya pengujian dengan skala massal menggunakan metode rapid test (tes cepat) untuk memperluas cakupan pemeriksaan dan deteksi kasus Covid-19.
Sebagian dari Geng Sehat mungkin belum memahami bagaimana cara kerja rapid test untuk mendeteksi infeksi Covid-19. Berikut beberapa informasi yang perlu Geng Sehat ketahui tentang rapid test Covid-19 yang akan segera tersedia di fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia:
1. Rapid test merupakan jenis presumptive test, bukan confirmatory test
Presumptive test merupakan metode pengujian untuk menentukan kemungkinan (possibility) adanya substansi tertentu pada sampel yang diperiksa, berbeda dengan confirmatory test yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengonfirmasi keberadaan substansi spesifik melalui metode analisis tertentu. Dengan demikian, hasil rapid test tunggal belum dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis Covid-19 pada seseorang.
Namun dalam kasus Covid-19, rapid test dapat sangat bermanfaat untuk secara cepat melakukan deteksi dini dan menemukan orang-orang yang diduga terpapar oleh virus ini, sehingga pasien-pasien tersebut dapat segera diarahkan untuk melakukan confirmatory test di fasilitas kesehatan yang telah ditetapkan sesuai protokol pemerintah.
2. Rapid test mendeteksi antibodi yang diproduksi tubuh jika terpapar oleh virus Covid-19
Berbeda dengan tes real-time polymerase chain reaction (RT-PCR) yang digunakan dalam confirmatory test Covid-19 untuk mendeteksi RNA virus, rapid test mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh apabila terpapar oleh virus tersebut.
Terdapat dua jenis antibodi yang dapat dideteksi oleh perangkat rapid test, yaitu immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM), masing-masing menyatakan bahwa seseorang pernah atau sedang terjangkit virus Covid-19.
3. Rapid test tidak menggunakan sampel dari saluran napas
Untuk melakukan pemeriksaan RT-PCR, sampel yang dibutuhkan diperoleh dari swab saluran napas bagian atas dan bawah. Namun pada penggunaan rapid test, pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih sederhana dan cepat karena sampel yang dibutuhkan adalah sampel darah untuk mendeteksi kandungan antibodi di dalamnya.
4. Hanya butuh 15 menit untuk melakukan rapid test
Jika seseorang melakukan tes konfirmasi Covid-19 dengan metode RT-PCR, maka diperlukan beberapa hari sejak pengambilan sampel dilakukan sampai hasil dapat diterima. Dengan rapid test, hasil pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 15 menit. Hal ini tentu sangat membantu dalam mengurangi risiko paparan kuman di fasilitas kesehatan pada saat melakukan pemeriksaan.
5. Rapid test memiliki potensi negatif atau positif palsu
Walaupun relatif lebih mudah dan cepat dibandingkan RT-PCR, rapid-test untuk Covid-19 memiliki beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah adanya kemungkinan terjadinya hasil negatif atau positif palsu.
Hasil negatif palsu dapat terjadi apabila kadar antibodi yang terbentuk di dalam tubuh pasien belum mencapai batas minimal deteksi alat, sementara hasil positif palsu dapat terjadi karena perangkat ini juga akan menunjukkan hasil positif pada infeksi severe acute respiratory syndrome (SARS). Inilah sebabnya mengapa hasil rapid test hanya diperuntukkan untuk screening awal terjadinya infeksi virus.
6. Rapid test tidak sesuai bagi mereka dengan gangguan sistem imun
Kondisi immunocompromised atau gangguan sistem imun menyebabkan sistem imun seseorang tidak merespons paparan infeksi dengan memproduksi antibodi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, mereka yang memiliki gangguan sistem imun tidak sesuai untuk melakukan deteksi Covid-19 dengan metode rapid test.
Demikian beberapa informasi mengenai rapid test untuk menjawab keingintahuan Geng Sehat sekaligus dapat dibagikan kepada keluarga dan kerabat lainnya. Semoga rapid test segera tersedia di banyak fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia sehingga upaya deteksi serta penanganan infeksi Covid-19 dapat membuahkan hasil yang baik. Salam sehat!
Referensi:
http://www.cteresource.org/verso/courses/8409/forensic-technology-tasklist/1053453292
http://sdbiosensor.com/xe/product/7662
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/lab/biosafety-faqs.html
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331138/WHO-WPE-GIH-2020.1-eng.pdf
KalbarOnline, Pontianak - Calon Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) nomor urut 1, Sutarmidji bersama YouTuber tanah…
KalbarOnline, Ketapang - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ketapang menginginkan pemerataan pembangunan hingga pelosok…
KalbarOnline, Pontianak - Menjelang masa tenang PILKADA 2024 di Kota Pontianak, Penjabat (Pj) Wali Kota…
KalbarOnline, Pontianak - Menjelang Natal dan Tahun Baru, harga bahan pokok di Kota Pontianak relatif…
KalbarOnline, Pontianak - Menjelang pemungutan suara pilkada serentak 2024 yang tinggal menghitung hari, doa dan…
KalbarOnline, Pontianak - Calon Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) nomor urut 1, Sutarmidji menjadi tamu spesial…