Beberapa wanita mengalami kondisi gangguan obsesif-kompulsif (OCD) selama kehamilan atau setelah melahirkan. OCD yang dialami pada masa kehamilan dan setelah melahirkan ini disebut dengan istilah OCD perinatal. Kira-kira apa ya penyebab OCD perinatal ini dan bagaimana cara mengatasinya? Berikut uraian selengkapnya.
Seperti namanya, gangguan ini membuat seseorang memiliki pemikiran obsesif dan perilaku yang kompulsif. Pikiran obsesif adalah pikiran-pikiran atau gambaran-gambaran yang tidak diinginkan, tidak menyenangkan, dan seringkali menyusahkan. Pikiran-pikiran ini muncul tidak hanya sesekali, melainkan cukup sering, hingga membuat pengidapnya merasa cemas.
Sementara, perilaku kompulsif adalah ketika seseorang terus-menerus mengulangi suatu tindakan (seperti mencuci, memeriksa atau menghitung) untuk mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh pikiran obsesif.
Melakukan sesuatu berulang kali ini dianggap dapat membuat pengidap OCD merasa lebih tenang untuk sementara waktu, meski kecemasan tersebut bisa muncul kembali setelahnya.
OCD yang terjadi selama masa kehamilan atau setelah melahirkan disebut dengan istilah OCD perinatal. Umumnya, gejala OCD perinatal akan dipicu oleh kondisi bayi yang dikandung atau sudah dilahirkan.
Kehadiran bayi tentu mengubah hidup Mums dan juga menjadi momen yang cukup menegangkan. Tidak heran jika banyak Mums yang jadi memiliki kekhawatiran dan kecemasan terkait kondisi bayinya.
Bagi Mums, saat ini si Kecil adalah prioritas, sehingga Mums akan mengupayakan segala hal untuk menghindarkannya dari sejumlah bahaya, termasuk yang mengancam kesehatannya.
Beberapa contoh OCD perinatal yang umum terjadi:
– Mums menjadi lebih sering membersihkan dan mensterilisasi perlengkapan bayi dan juga perlengkapan rumah tangga lain. Hal ini biasanya dipicu karena adanya pemikiran obsesif terhadap kesehatan bayi, di mana Mums merasa khawatir jika si Kecil bisa tertular penyakit karena perlengkapan yang kurang steril.
– Mums lebih sering memeriksa bayi ketika ia sedang tertidur. Perilaku ini bisa dipicu oleh pikiran obsesif tentang keselamatan bayi, seperti bayi yang mungkin saja bisa berhenti bernapas atau mengalami hal-hal berbahaya lain ketika sedang tidur.
OCD perinatal lebih umum terjadi pada Mums yang baru pertama kali melahirkan, tetapi Mums juga bisa mengalaminya selama atau setelah kehamilan.
OCD memengaruhi sekitar 1 dari setiap 100 wanita dalam masa kehamilan. Namun, OCD perinatal lebih sering terjadi setelah kelahiran daripada selama kehamilan. Sekitar 2 hingga 3 dalam setiap 100 wanita mengalami OCD perinatal pada tahun awalnya setelah melahirkan.
Hingga saat ini belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan kondisi OCD pada masa kehamilan atau setelah melahirkan. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan kemungkinan seorang wanita mengalami kondisi ini, di antaranya:
– Memiliki anggota keluarga dengan OCD
– Pernah mengalami OCD sebelumnya
– Mengalami stres yang berlebihan
– Memiliki pengalaman yang menimbulkan kesan mendalam, seperti persalinan atau keguguran
– Memiliki sifat dasar yang rapi dan terorganisir
Hal terpenting jika Mums merasa mengalami tanda-tanda kondisi OCD perinatal adalah berkomunikasi dengan Dads dan juga tenaga ahli, seperti bidan atau dokter kandungan dan psikolog. Tidak perlu merasa malu atau takut, karena kondisi ini sebenarnya cukup umum dan bisa dialami oleh siapa saja, termasuk Mums.
Setelah berkonsultasi dengan tenaga ahli, jika diperlukan, Mums biasanya akan disarankan untuk melakukan terapi guna mengontrol kondisi Mums. Selain itu, ada pula beberapa hal yang dapat Mums lakukan secara pribadi untuk bisa lebih mengendalikan kondisi OCD perinatal, seperti:
– Tidak perlu merasa bersalah atau malu. Pikiran-pikiran obsesif yang muncul bukanlah kesalahan Mums.
– Alih-alih mencoba menghindari atau memperbaiki pikiran obsesif ini dengan tindakan kompulsif, cobalah untuk menghadapinya dengan menuliskan semua pemikiran tersebut ke dalam sebuah catatan harian dan baca kembali.
– Jangan mengalihkan perhatian diri dengan mengonsumsi alkohol atau merokok, karena ini tidak hanya memperburuk kondisi OCD perinatal, tetapi juga membahayakan bayi.
OCD perinatal bisa terjadi selama kehamilan ataupun setelah melahirkan. Tak perlu merasa malu atau bahkan merasa bersalah jika Mums mengalami kondisi ini. Sebaliknya, beri tahu orang terdekat dan juga tenaga ahli, agar Mums bisa mendapat bantuan untuk menghadapi kondisi ini. (BAG)
Referensi
Mom Junction. “Obsessive compulsive disorder (OCD) in pregnancy“.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…