Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Jumat, 11 September 2020 |
KalbarOnline.com – Setiap kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk sumber energinya tentu sudah didesain sedemikian rupa agar mesin bisa menerima BBM dengan spesifikasi tertentu. Kendaraan bermotor dengan energi diesel misalnya, hanya bisa minum BBM jenis solar.
Sementara BBM jenis bensin punya berbagai varian oktan di pasaran. Berbeda kandungan oktan tentu akan memberikan pengaruh berbeda pula pada mesin.
Masyarakat sering punya persepsi semakin tinggi kadar oktan atau Research Octane Number (RON), maka akan semakin baik bagi mesin dan performa kendaraan. Persepsi tersebut tidak sepenuhnya salah.
Namun memang, lagi-lagi jenis BBM yang dikonsumsi perlu disesuaikan dengan kapasitas mesin kendaraan. Di sisi lain, sebagian masyarakat juga sering menggonta-ganti BBM dengan bilangan oktan tertentu atau bahkan mencampurnya.
Misalnya, bensin RON 90 seperti Pertalite dicampur dengan bensin RON 92 seperti Pertamax. Menanggapi hal ini, Pertamina Sales Area Manager Retail Banten Probo Prasiddhahayu menjelaskan, penambahan atau hitung-hitungan nilai oktan memiliki mekanisme yang kompleks.
“Tidak sesederhana itu. Misal menambah nilai oktan 88, ditambah oktan 90 akan keluar angka sekian. Tidak sesederhana itu,” ungkap Probo di acara Ngobrol Virtual Dulu Forum Wartawan Otomotif (Forwot) bersama Pertamina pada Jumat (11/9).
Lebih jauh dia menjelaskan, BBM produk Pertamina selalu melewati proses penelitian sebelum dirilis ke pasar. Termasuk didalamnya riset untuk mengetahui jenis-jenis mesin kendaraan yang akan meminum BBM tersebut.
“Yang jelas kami di Pertamina sudah menghitung oktan sesuai dengan yang sudah ditentukan untuk bisa digunakan di mesin tertentu dengan output tertentu. Jadi, kalau mencampur-campur, ya menurut kami tidak bisa sesederhana itu,” imbuh Probo.
Sementara terkait dengan kebiasaan masyarakat untuk coba-coba atau gonta-ganti BBM, menurutnya peribadi tidaklah salah. Namun hal tersebut akan memiliki efek yakni mengurangi benefit dari spesifikasi oktan yang sudah dibuat sesuai riset.
“Misalnya saat gonta-ganti bahan bakar, mulanya Pertamax jadi Pertalite, kalau masih ada kandungan Pertalitenya di tangki sebelumnya ya efek dari Pertamax-nya belum akan terasa, sampai tangki tersebut benar-benar murni Pertamax,” pungkas Probo.
KalbarOnline.com – Setiap kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk sumber energinya tentu sudah didesain sedemikian rupa agar mesin bisa menerima BBM dengan spesifikasi tertentu. Kendaraan bermotor dengan energi diesel misalnya, hanya bisa minum BBM jenis solar.
Sementara BBM jenis bensin punya berbagai varian oktan di pasaran. Berbeda kandungan oktan tentu akan memberikan pengaruh berbeda pula pada mesin.
Masyarakat sering punya persepsi semakin tinggi kadar oktan atau Research Octane Number (RON), maka akan semakin baik bagi mesin dan performa kendaraan. Persepsi tersebut tidak sepenuhnya salah.
Namun memang, lagi-lagi jenis BBM yang dikonsumsi perlu disesuaikan dengan kapasitas mesin kendaraan. Di sisi lain, sebagian masyarakat juga sering menggonta-ganti BBM dengan bilangan oktan tertentu atau bahkan mencampurnya.
Misalnya, bensin RON 90 seperti Pertalite dicampur dengan bensin RON 92 seperti Pertamax. Menanggapi hal ini, Pertamina Sales Area Manager Retail Banten Probo Prasiddhahayu menjelaskan, penambahan atau hitung-hitungan nilai oktan memiliki mekanisme yang kompleks.
“Tidak sesederhana itu. Misal menambah nilai oktan 88, ditambah oktan 90 akan keluar angka sekian. Tidak sesederhana itu,” ungkap Probo di acara Ngobrol Virtual Dulu Forum Wartawan Otomotif (Forwot) bersama Pertamina pada Jumat (11/9).
Lebih jauh dia menjelaskan, BBM produk Pertamina selalu melewati proses penelitian sebelum dirilis ke pasar. Termasuk didalamnya riset untuk mengetahui jenis-jenis mesin kendaraan yang akan meminum BBM tersebut.
“Yang jelas kami di Pertamina sudah menghitung oktan sesuai dengan yang sudah ditentukan untuk bisa digunakan di mesin tertentu dengan output tertentu. Jadi, kalau mencampur-campur, ya menurut kami tidak bisa sesederhana itu,” imbuh Probo.
Sementara terkait dengan kebiasaan masyarakat untuk coba-coba atau gonta-ganti BBM, menurutnya peribadi tidaklah salah. Namun hal tersebut akan memiliki efek yakni mengurangi benefit dari spesifikasi oktan yang sudah dibuat sesuai riset.
“Misalnya saat gonta-ganti bahan bakar, mulanya Pertamax jadi Pertalite, kalau masih ada kandungan Pertalitenya di tangki sebelumnya ya efek dari Pertamax-nya belum akan terasa, sampai tangki tersebut benar-benar murni Pertamax,” pungkas Probo.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini