KalbarOnline.com – Tes Covid-19 menjadi salah satu kunci untuk menemukan kasus baru. Sayangnya, rasio tes di tanah air belum sesuai kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Jumlah tes Covid-19 di tanah air bahkan lebih rendah daripada Bangladesh dan Ethiopia. Situs www.worldmeter.info/coronavirus pada 10 September lalu mencatat, tiap 1 juta penduduk Bangladesh terdapat 10.148 orang yang telah menjalani tes PCR Covid-19.
Sementara itu, pemerintah Ethiopia mampu melakukan tes Covid-19 pada 9.741 orang tiap 1 juta penduduk.
Indonesia, pada kurun waktu yang sama, baru mampu melakukan tes terhadap 9.322 penduduk. WHO menyebutkan bahwa standar tes adalah 1 per 1.000 orang.
Pemeriksaan PCR pun lebih banyak dilakukan di DKI Jakarta. Data Kementerian Kesehatan pada minggu pertama September, Jakarta hanya bisa melakukan tes pada 3.048 orang tiap 1 juta penduduk. Sangat timpang jika dibandingkan dengan provinsi lain. Pada peringkat kedua, ada Kalimantan Timur yang mampu melakukan tes pada 2.157 orang tiap 1 juta penduduk. Kemampuan tes Jawa Timur berada di bawah Bali. Jika Pulau Dewata mampu melakukan tes PCR pada 515 orang tiap 1 juta penduduk, Jawa Timur hanya 480 orang.
Kepala Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan, Indonesia lebih mementingkan pencarian vaksin. Padahal, dengan dana terbatas, seharusnya ada prioritas. Yakni, memaksimalkan testing. ”Negara ini seperti menyembunyikan penyakit. Padahal, ini tidak bisa disembunyikan. Saya takut nanti meledak,” ujarnya.
Baca juga: Cegah Covid-19 di Tengah Pilkada, Gus Jazil Minta Aturan Ditegakkan
Kapasitas laboratorium tanah air hanya mampu untuk 20 ribu tes per hari. Itu pun kebanyakan hanya di Jakarta. Hal itu memiliki banyak dampak. DKI Jakarta dengan positivity rate atau kasus positif mencapai 12,2 persen, menurut Yunis, menunjukkan akan menuju gelombang puncak kedua. Dengan tes yang lebih banyak, profil Covid-19 di Jakarta bisa terlihat.
Salah satu daerah yang dikhawatirkan Yunis adalah Jawa Timur. Menurut dia, Jatim seharusnya bisa melakukan tes lebih banyak. Begitu juga Jawa Tengah. Jika tidak dilakukan testing lebih banyak, persiapan penanganan juga akan kelabakan.
Jubir Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengakui adanya ketimpangan kemampuan tes Covid-19 antardaerah. ’’Ini terjadi karena perbedaan kemampuan sumber daya yang dimiliki di tiap daerah tersebut,’’ terangnya. Di antaranya, ketersediaan laboratorium dan SDM.
Baca juga: Airlangga Hartarto Target Turunkan Covid-19 sebelum Coblosan
Karena itu, saat ini pemerintah pusat terus mendorong agar tiap daerah menambah laboratorium untuk tes. Termasuk bekerja sama dengan laboratorium swasta. Tujuannya, meningkatkan testing agar tidak terjadi ketimpangan antardaerah. Wiku menyebutkan, banyak kota besar yang kemampuannya sudah menembus target WHO.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…
KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…
KalbarOnline, Ketapang - Kepolisian Resort (Polres) Ketapang siap mengawal pelaksanaan tahapan pilkada serentak, mulai dari…
KalbarOnline, Ketapang - Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, Polres Ketapang mengikuti zoom meeting “Launching…
KalbarOnline, Pontianak – Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Kalimantan Barat menyelenggarakan…
KalbarOnline, Kapuas Hulu – Dalam rangka mendukung pelaksanaan pilkada serentak 2024 di Kabupaten Kapuas Hulu,…