Pastinya, semua Mums yang lagi hamil mendambakan agar proses persalinannya lancar. Kalau bisa, melahirkan secara normal alias tidak menjalani operasi sesar. Namun, tidak semua kehamilan berjalan mulus. Selama kehamilan, tubuh Mums mengalami banyak perubahan fisik untuk mengakomodasi pertumbuhan dan perkembangan janin. Idealnya, Mums harus memiliki tekanan darah normal agar tidak ada hambatan saat melahirkan.
Tekanan darah adalah kekuatan darah Mums yang mendorong dinding arteri. Setiap kali jantung Mums berdetak, jantung akan memompa darah ke arteri, yang kemudian membawa darah ke seluruh tubuh Mums. Biasanya, darah bergerak melalui arteri dengan kecepatan tertentu. Namun, berbagai faktor dapat mengganggu laju normal aliran darah melalui pembuluh. Dampaknya, terjadi peningkatan atau penurunan tekanan darah.
Peningkatan tekanan di arteri dapat menyebabkan pembacaan tekanan darah meningkat. Apabila terjadi penurunan di arteri, bisa berdampak pada tekanan darah rendah. Namun, perubahan cepat yang dialami tubuh Mums selama kehamilan dapat memengaruhi jumlah tekanan di arteri saat jantung berdetak, menyebabkan perubahan tekanan darah secara drastis.
Menurut American Heart Association (AHA), tekanan darah normal adalah 120/80 mm Hg dan di bawahnya. Tekanan darah rendah atau hipotensi di bawah 90/60 mm Hg. Pada kehamilan, Mums dikatakan memiliki tekanan darah tinggi apabila mencapai 140/90 mm Hg atau lebih. Hipertensi lebih sering terjadi pada kehamilan daripada hipotensi. Sekitar 10 persen kehamilan di Amerika Serikat mengalami masalah tekanan darah tinggi.
Umumnya, gangguan tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan kehamilan berkembang setelah usia kandungan mencapai 20 minggu. Penelitian pada tahun 2016 yang diterbitkan di Integrated Blood Pressure Control mengatakan bahwa usia, obesitas, dan kesehatan Mums yang hamil berkontribusi pada tekanan darah tinggi. Meskipun tekanan darah tinggi biasanya hilang setelah melahirkan, risiko Mums terkena hipertensi di kemudian hari jauh lebih tinggi.
Begitu juga dengan tekanan darah rendah. Meski jarang terjadi, hipotensi dapat terjadi pada kehamilan. Sistem peredaran darah Mums berkembang selama kehamilan untuk mengakomodasi janin di kandungan. Ketika sirkulasi mengembang, Mums mungkin mengalami sedikit penurunan darah. Menurut AHA, hipotensi biasa terjadi selama 24 minggu pertama kehamilan. Namun, hipotensi biasanya tidak cukup signifikan untuk menimbulkan kekhawatiran.
Tekanan Darah Abnormal Selama Kehamilan Harus Jadi Perhatian
Dalam kehamilan, ada berbagai jenis tekanan darah tinggi, yakni:
Tekanan darah abnormal (hipertensi maupun hipotensi) selama kehamilan harus menjadi perhatian Mums dan Dads. Ya, hipertensi dalam kehamilan harus dipantau secara ketat untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam nyawa. Mums harus melakukan pemeriksaan rutin untuk pemantauan janin dan melakukan tes urine serta darah.
Ada kemungkinan, dokter meminta Mums untuk mencatat seberapa sering bayi di kandungan menendang setiap hari. Itu karena, penurunan gerakan mungkin bermasalah, di mana Mums harus melakukan persalinan dini. Selain itu, dokter juga akan melakukan ultrasound selama kehamilan untuk memastikan bahwa bayi Mums tumbuh dengan baik.
Referensi:
MedlinePlus. High Blood Pressure in Pregnancy
Healthline. Abnormal Blood Pressure During Pregnancy
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…