KalbarOnline.com–Akademisi Universitas Indonesia (UI) Dosen Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI Iwan Ariawan memberikan penjelasan terkait alasan Covid-19 di Indonesia belum terkendali.
”Dengan memantau data terakhir pada kurva epidemi berdasar onset hingga 24 September, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan bahkan gelombang pertama masih terus berlangsung dan belum selesai,” kata Iwan Ariawan seperti dilansir dari Antara pada Selasa (29/9).
Iwan mengatakan cara paling tepat untuk mengendalikan kondisi saat ini adalah dengan melakukan PSBB yang lebih ketat. PSBB ketat mampu menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 50 persen. Saat Jakarta berada pada kondisi PSBB transisi, kasus Covid-19 kembali naik.
”Ini karena perbedaan aktivitas penduduk yang dilakukan saat PSBB ketat dan PSBB transisi. Dengan PSBB ketat dapat mengendalikan kasus Covid-19 di Jakarta meski tetap menunjukkan kasus baru tiap hari,” ujar Iwan.
Menurut dia, PSBB dapat berdampak dan bermanfaat apabila perilaku 3M (mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak), dan TLI (Tes, Lacak, dan Isolasi) senantiasa dilakukan.
”Berdasar penelitian, perilaku 3M terbukti dapat mencegah dan menurunkan risiko hingga di atas 50 persen, dengan catatan, perilaku 3M dilakukan dengan ketentuan dan berdasar pedoman yang benar,” ujar Iwan.
Sementara itu, tindakan tes, lacak, dan isolasi dapat bermanfaat jika dilakukan tak hanya mengejar banyaknya jumlah tes tapi juga memperhatikan cara yang benar dan tepat sasaran.
Sementara itu, Guru Besar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI Ascobat Gani menyatakan, kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum terkendali. Pendekatan strategi lain yang tak boleh ditinggalkan adalah dengan melakukan strategi prevent. Di antaranya melakukan pencegahan melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Germas, Jaga Jarak, hingga pelaksanaan karantina.
Menurut Ascobat, dari hasil tes yang dilakukan, positivity rate Indonesia berada pada angka 14,3 persen. Artinya setiap kerumunan sekitar 100 orang terdapat sekitar 15 orang yang dapat menularkan virus.
”Pelaksanaan testing atau surveilans harian sebagai proses deteksi di Indonesia masih mengalami masalah. Testing di Indonesia ada pada angka lebih kurang 21 ribu orang rata-rata per hari atau 165 ribu per minggu. Sedangkan jika melihat dari rekomendasi WHO adalah pada angka 267 ribu orang per minggu,” terang Ascobat Gani.
Tak hanya berbicara mengenai kapasitas sistem kesehatan, Ascobat menjelaskan, penduduk maupun pemerintah memiliki hak dan kewajiban masing-masing pada situasi pandemi saat ini. Penduduk berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan kewajiban memelihara kesehatan dan kesehatan lingkungan. Pemerintah berhak untuk membuat dan melakukan penegakan peraturan tersebut dengan tidak lupa berkewajiban untuk memperhatikan kesehatan masyarakat dan mengendalikan wabah serta memberikan bantuan sosial akibat kebijakan dalam rangka mencegah persebaran Covid-19.
Ascobat mengungkapkan, dalam menyiapkan kapasitas sistem kesehatan harus dilakukan dengan pendekatan lintas sektor dengan menekankan pada sektor kesehatan masyarakat, manajemen kedaruratan, pengendalian perbatasan, pelabuhan, bandara, dan imigrasi, serta sektor transportasi.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline, Pontianak - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo yang sukses meraih medali emas di…
KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…
KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…
KalbarOnline, Ketapang - Kepolisian Resort (Polres) Ketapang siap mengawal pelaksanaan tahapan pilkada serentak, mulai dari…
KalbarOnline, Ketapang - Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, Polres Ketapang mengikuti zoom meeting “Launching…
KalbarOnline, Pontianak – Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Kalimantan Barat menyelenggarakan…