KalbarOnline.com – Saat ini, sangat mudah untuk membagikan ulang, me-retweet, atau meneruskan pesan. Masalahnya adalah terkadang informasi yang dibagikan ulang, retweet, atau teruskan dapat berisi informasi yang salah atau bahkan berita bohong atau hoaks yang kemudian dapat menyebabkan spekulasi, rumor, dan sampai batas tertentu, keresahan.
Mengantisipasi hal tersebut, platform media sosial (medsos) Twitter mempersiapkan langkah tertentu dalam menghadapi pemilu presiden atau pilpres di Amerika Serikat (AS). Kini setelah pemilu hampir tiba, Twitter berharap dapat berperan dalam memerangi informasi yang salah jelang pemilu. Salah satu hal yang mereka rencanakan adalah menempatkan beberapa pembatasan melalui pembatasan pada retweet.
Melalui blog resminya, Twitter menjelaskan bahwa setiap kali pengguna mencoba me-retweet sebuah unggahan, mereka akan didorong untuk menambahkan komentar untuk memberikan konteks lebih pada unggahan, alih-alih hanya me-retweet secara membabi buta.
Ini adalah tindakan sementara yang akan mereka lakukan mulai 20 Oktober hingga akhir pemilihan. Namun, bukan tidak mungkin pembatasan ini bakal menjadi fitur permanen.
Platform seperti WhatsApp memperkenalkan fitur serupa di mana mereka membatasi berapa kali pesan dapat diteruskan untuk membantu mencegah penyebaran informasi yang salah.
Sejauh ini fitur tersebut tampaknya terbilang sukses dan mulai diterapkan secara permanen di banyak negara oleh WhatsApp. Melihat hal tersebut, tampaknya mungkin saja Twitter tertarik untuk menjadikannya fitur andalan secara permanen.
Comment