Bruksisme (bruxism) adalah kebiasaan menggemeretakkan gigi yang terjadi di luar kesadaran seseorang. Bruksisme biasanya terjadi saat seseorang merasa stres, gugup, atau saat sedang tidur. Selain menimbulkan suara yang mengganggu, kebiasaan menggemeretakkan gigi juga bisa memberikan dampak buruk jika dibiarkan dalam waktu lama.
Kebiasaan ini dapat terjadi pada siapa saja. Namun, pada anak-anak, kebiasaan menggemeretakkan gigi biasanya terjadi sejak anak berusia 6 bulan atau setelah gigi mereka tumbuh. Bahkan, ini bisa tetap terjadi sampai usianya 5 tahun ke atas, yakni ketika gigi permanen telah muncul.
Menurut Nemours Foundation, diperkirakan sekitar 2 hingga 3 dari setiap 10 anak memiliki kebiasaan menggemeretakkan gigi. Kebiasaan ini paling sering terjadi saat balita tidur, tetapi kebiasaan ini juga bisa ditemukan saat mereka sedang terjaga.
Penyebab balita memiliki kebiasaan menggemeretakkan gigi sebenarnya belum dapat dipastikan. Namun, ada beberapa alasan yang bisa mendorong munculnya kebiasaan ini pada balita, di antaranya:
– Gigi balita tidak sejajar dan berada pada posisi yang kurang tepat.
– Balita menggunakan kebiasaan tersebut sebagai cara untuk menghilangkan rasa sakit, seperti sakit pada telinga atau ketidaknyamanan akibat tumbuh gigi.
– Akibat dari kondisi medis tertentu, seperti alergi, asma, infeksi saluran pernapasan bagian atas, cerebral palsy, atau konsumsi obat tertentu.
Selain faktor fisik, sebuah studi lanjutan pada 2006 menemukan bahwa kebiasaan menggemeretakkan gigi memiliki hubungan pada masalah perilaku anak. Secara khusus, 40% dari anak-anak dalam penelitian tersebut mengalami peningkatan skor pada Daftar Periksa Perilaku Anak Achenbach. Skor yang lebih tinggi pada daftar periksa ini dikaitkan dengan masalah perhatian dan perilaku.
Sebuah tinjauan studi oleh jurnal gigi juga menemukan bahwa kebiasaan anak-anak menggemeretakkan gigi pada malam hari, di bawah usia 12 tahun dan paling umum sekitar usia 4 tahun, juga dikaitkan dengan beberapa penyimpangan perilaku, seperti hiperaktif, temperamen buruk, dan kinerja akademis yang buruk.
Dalam kebanyakan kasus, menggemeretakkan gigi tidak berbahaya. Ini karena menggemeretakkan gigi umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 6 tahun dan cenderung hilang seiring waktu. Selain itu, jka kebiasaan ini terjadi pada masa balita, tidak akan menyebabkan kerusakan permanen karena mereka belum memiliki gigi dewasa.
Akan tetapi, jika si Kecil sudah melewati usia 6 tahun dan masih menunjukkan kebiasaan menggemeretakkan gigi, Mums perlu berkonsultasi ke dokter. Pasalnya, jika kebiasaan ini dibiarkan, bukan tidak mungkin akan timbul kerusakan jangka panjang pada gigi si Kecil.
Selain kerusakan pada gigi, banyak penelitian yang juga menemukan bahwa kebiasaan menggemeretakkan gigi secara berlebihan pada usia prasekolah dapat mengganggu kualitas tidur anak. Ini juga dapat dikaitkan dengan perilaku negatif dan penarikan diri anak dari lingkungan sosial.
Oleh karena itu, jika Mums mendapati atau mendengar si Kecil menggemeretakkan gigi hampir setiap hari dalam seminggu, segeralah konsultasikan dengan dokter gigi anak. Dokter akan memeriksa gigi si Kecil untuk mencari adanya tanda-tanda kerusakan, seperti email gigi yang terkelupas atau gigi yang retak. Dokter juga akan memeriksa ketidaksejajaran gigi, yang dapat mengindikasikan penyebab anak menggemeretakkan gigi.
Pada anak yang lebih besar, kebiasaan menggemeretakkan gigi yang sudah menimbulkan ketidaksejajaran gigi dan rasa nyeri biasanya ditangangi dengan penggunaan night guard. Night guard adalah sebuah plastik berukuran tipis, yang fleksibel dan ditempatkan pada gusi bagian atas. Fungsi dari alat ini adalah untuk melindungi gigi dari kerusakan.
Membangunkan si Kecil bukan cara yang baik dalam mengatasi kebiasaan menggemeretakkan gig saat tidur. Pasalnya, hal ini justru berpotensi memperburuk gejala dan memengaruhi kemampuan anak untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik.
Kebiasaan menggemeretakkan gigi sering kali dianggap sepele oleh banyak orang, terlebih jika ini terjadi pada anak-anak. Memang sih kebiasaan ini bisa hilang seiring pertambahan usia anak. Namun, jika dibiarkan berlarut-larut, kebiasaan ini juga bisa menimbulkan dampak yang buruk, terutama pada kondisi giginya. Jadi, perhatikan kebiasaan ini pada si Kecil ya, Mums. Jika gejalanya tampak semakin memburuk, segeralah konsultasikan ke dokter. (AS)
Referensi
Healthline Parenthood. “What’s Behind My Toddler’s Teeth Grinding?“.
Very Well Family. “What It Means When Toddlers Grind Their Teeth“.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…