Salah satu dari sekian banyak tantangan menjadi orang tua adalah mendisiplinkan anak. Apalagi, anak yang masih tahapan balita cenderung butuh diberitahu berkali-kali. Tujuan utamanya adalah agar ia tumbuh menjadi sosok yang baik, taat aturan, dan menghormati sesama. Intinya, tahu yang baik dan benar, serta menjauhi yang salah.
Namun, kadang ulah si Kecil suka bikin Mums geregetan. Misalnya, ketika ia melakukan kesalahan dan Mums mau mendisiplinkannya, si Kecil malah tertawa atau mengajak Mums bercanda. Bagaimana menghadapi hal ini?
Hmm, perasaan Mums sebagai orang tua sudah memberitahu si Kecil mengenai yang harus maupun tidak boleh dilakukan. Bahkan, Mums sudah memberitahunya berkali-kali disertai teguran tegas. Anehnya, bukannya takut, anak malah tertawa. Apa iya respons si Kecil adalah bentuk tidak hormat kepada Mums sebagai orang tua?
Sebelum langsung menuduh si Kecil sengaja memancing kemarahan Mums dengan tertawa, coba cek dulu. Jangan-jangan beberapa contoh kejadian di bawah ini yang menjadi penyebabnya!
Merasa emosional dengan kelakuan si Kecil yang menurut Mums bikin geregetan sih wajar saja. Misalnya, sudah disuruh membereskan mainan, dia tidak mau. Namun karena sedang emosi, Mums dan Dads marah-marah dan kehilangan kontrol, sehingga jadi tampak konyol di mata si Kecil. Ingat, balita masih punya keterbatasan dalam mengenali beragam emosi. Bisa jadi ia sebenarnya tidak mengerti bahwa ekspresi Mums menunjukkan kemarahan.
Sudah mengulang-ulang perintah, kalimatnya panjang-panjang lagi. Tidak hanya bingung, anak akan menganggap Mums dan Dads sedang mencoba melucu. Bukan tidak mungkin si Kecil malah akan meniru-niru ucapan Mums dan Dads, yang malah bikin Mums dan Dads tambah kesal sendiri.
Ada rasa tidak nyaman saat anak merasa bersalah atau malu, apalagi bila Mums menegurnya di depan umum. Untuk menutupi perasaan tidak nyaman tersebut, bisa jadi si Kecil bertingkah seolah-olah dia tidak sedang kena masalah, sehingga terkesan meremehkan otoritas Mums dan Dads sebagai orang tua.
Mungkin saja si Kecil masih belum paham mengenai apa yang benar dan salah. Bisa jadi dia juga masih tidak peka bahwa perbuatannya kurang menyenangkan. Makanya, responsnya atas kekesalan Mums dan Dads tidak sesuai dan terlihat seperti meremehkan.
Sebelum kesabaran terlanjur habis, Mums bisa coba beberapa strategi di bawah ini:
Mengapa si Kecil bertingkah? Sebelum terlanjur marah-marah, cek dulu penyebabnya. Bisa jadi anak merasa lelah, mengantuk, atau bosan. Bisa jadi pula ia merasa diabaikan karena Mums dan Dads sibuk. Makanya, mencari perhatian dengan jalan bertingkah pun dilakukannya.
Bila si Kecil sering bertingkah, perhatikan polanya. Apa yang paling sering dilakukannya secara berulang? Apa penyebabnya? Perhatikan baik-baik untuk mengenali polanya. Pencegahan dini dapat mengurangi stres saat mencoba mendisiplinkan anak. Jangan tunggu hingga situasi bertambah gawat.
Misalnya, bila si Kecil hobi mengganggu kakaknya saat sedang bosan selama berkendara, berikan mainan untuk mengalihkan perhatiannya. Bila memungkinkan, jangan sampai mereka duduk berdekatan dulu atau Mums akan stres saat keduanya memutuskan untuk bertengkar di tengah kemacetan.
Si Kecil jadi suka berteriak-teriak atau merebut mainan kakak atau adiknya? Jangan-jangan ada luapan energi yang harus dikeluarkan lewat aktivitas fisik. Ajaklah anak bermain-main di halaman rumah hingga akhirnya lelah. Selain energinya sudah dicurahkan untuk kegiatan yang lebih menyehatkan, Mums tidak senewen dan harus mendisiplinkannya dengan marah-marah.
Buatlah peraturan untuk menetapkan batasan yang jelas. Gunakan bahasa sederhana agar si Kecil dapat mengerti. Berhubung si Kecil masih balita, kemungkinan besar Mums masih harus mengulangi beberapa kali dengan sabar hingga ia paham.
Bila anak sudah bisa membaca, tempelkan peraturan di tempat yang mudah dilihat anak. Pastikan tulisannya juga cukup besar sehingga mudah terbaca. Sebagai contoh, bila anak suka mengacak-acak meja kerja Dads tanpa izin, ingatkan lagi mengenai batasan yang sudah disepakati bersama. “Ayo, janji nomor 3 Adik apa kemarin?” Jangan lupa tunjukkan lagi peraturan yang sudah ditempelkan di area tertentu untuk mengingatkannya.
Kadang anak juga bisa luluh tanpa harus dimarahi. Misalnya, saat si Kecil mencoret-coret tembok, peluklah dia dan peganglah tangannya. Lalu bujuk dengan lembut: “Yaaah, temboknya harus dicat lagi, deh. Kasihan bapak tukang catnya capek. Adik mewarnai di kertas saja, ya? Kan sudah Mama sediakan.”
Kebanyakan orang tua terlalu fokus pada keberhasilan anak saat melakukan yang diharapkan. Namun, jangan lupa untuk memuji usahanya juga. Jadi, meskipun belum berhasil bersikap disiplin seperti yang diharapkan Mums dan Dads, si Kecil juga tidak akan mudah kecewa dan cepat menyerah.
Mau mendisiplinkan anak, dia malah tertawa? Bagaimana mengatasinya? Semoga sesudah menemukan penyebab si Kecil bertingkah, Mums bisa mendisiplinkannya tanpa perlu banyak marah-marah. (AS)
Referensi
Positive Dicipline: Laughter at Discipline
ChildrensMD: Beyond time-outs: No-yell, no-spank discipline
Dream Baby Cafe: Reasons Why Your Child Laughs When Being Disciplined (or other unexpected responses)
Her View From Home: It’s NOT Funny! What to do if your child laughs at discipline.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…