Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita. Lebih dari 25% kasus kanker pada wanita di dunia adalah kanker payudara. Lebih dari 1,5 juta wanita di seluruh dunia terdiagnosis kanker payudara setiap tahunnya.
Di Indonesia sendiri, data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa kanker payudara adalah jenis kanker yang paling banyak dialami oleh wanita di Indonesia, dengan angka kejadian sekitar 42,1 kasus setiap 100.000 penduduk.
Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara atau Breast Cancer Awareness Month. Kanker payudara memiliki tingkat keberhasilan terapi yang tinggi jika dideteksi dan ditangani seawal mungkin. Oleh karena itu, deteksi dini adanya kelainan pada payudara yang mengarah pada kecurigaan kanker payudara adalah hal yang sangat krusial. Terlebih jika kita memiliki satu atau lebih faktor risiko terjaidnya kanker payudara.
Lalu apa sajakah faktor risiko terjadinya kanker payudara? Berikut ini adalah 6 faktor risiko terjadinya kanker payudara, dimulai dari yang paling besar risikonya:
Wanita berpotensi lebih besar terkena kanker payudara dibanding pria karena sel-sel payudara pria tidak aktif dan pria memiliki kadar hormon estrogen yang sangat sedikit dalam tubuhnya. Estrogen adalah hormon reproduksi yang juga berperan dalam perkembangan sel-sel payudara.
Selain jenis kelamin, proses penuaan atau aging adalah faktor risiko yang paling penting pada terjadinya kanker payudara. Angka kejadian kanker payudara sangat terkait dengan pertambahan usia.
Data dari Amerika Serikat menunjukkan kematian terkait kanker payudara paling tinggi terjadi pada pasien kanker payudara di atas usia 40 tahun dan 60 tahun. Oleh karena itu, semua wanita berusia di atas 40 tahun atau lebih sangat dianjurkan untuk melakukan mamografi sebagai salah satu bentuk skrining kanker payudara.
Hampir seperempat kasus kanker payudara terkait dengan adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga. Wanita dengan ibu atau kakak perempuan yang didiagnosis kanker payudara, memiliki probabilitas lebih besar terkena kanker payudara.
Sebuah studi yang dilakukan pada lebih dari seratus ribu wanita di United Kingdom menunjukkan bahwa wanita dengan salah satu first-degree relative seperti ibu atau kakak perempuan dengan kanker payudara memiliki kemungkinan 1,75 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara.
Risiko ini meningkat menjadi 2,5 kali lipat jika ada dua atau lebih first-degree relative yang sebelumnya sudah didiagnosis dengan kanker payudara. Hal ini salah satunya berhubungan dengan diturunkannya gen-gen yang berperan dalam perkembangan penyakit kanker payudara seperti BRCA1 dan BRCA2.
Faktor reproduksi seperti menstruasi pertama yang lebih awal, menopause yang lebih lambat, dan usia yang cukup tua sangat mengandung anak pertama juga dapat berpengaruh pada risiko terjadinya kanker payudara.
Setiap keterlambatan 1 tahun dalam menopause meningkatkan risiko seorang wanita terkena kanker payudara hingga 3%. Sementara itu, setiap 1 tahun keterlambatan seorang wanita mengalami menstruasi pertama akan menurunkan risiko kanker payudara hingga 5%. Hal-hal ini berhubungan dengan status reseptor hormon estrogen dalam tubuh.
Kadar estrogen yang tinggi dalam tubuh berkaitan dengan peningkatan angka kejadian kanker payudara. Seperti telah disebutkan, estrogen adalah hormon reproduksi yang ada dalam tubuh wanita dan berperan dalam perkembangan sel-sel di payudara.
Asupan estrogen juga bisa didapatkan dari luar, misalnya pada penggunaan kontrasepsi oral atau pil KB dan terapi sulih hormon (hormone replacement therapy). Penggunaan kontrasepsi oral atau pil KB meningkatkan angka kejadian kanker payudara sebanyak 7%. Namun, jika seorang wanita sudah menghentikan konsumsi pil KB ini selama 10 tahun, maka tidak ada peningkatan risiko terkena kanker payudara.
Sementara itu terapi sulih hormon biasanya digunakan untuk mengatasi gejala tidak menyenangkan akibat proses menopause, seperti berkeringat berlebihan (hot flushes), berkeringat di malam hari, perubahan mood, vagina yang kering, dan turunnya keinginan berhubungan seksual. Terapi ini juga dapat diberikan untuk mencegah osteoporosis yang terjadi akibat menopause.
Namun penggunaan terapi sulih hormon ini berhubungan dengan meningkatnya risiko terkena kanker payudara. Oleh sebab itu, penggunaannya sebaiknya dibatasi dalam jangka waktu tertentu saja dan jika gejala menopause sudah teratasi, sebaiknya terapi dihentikan agar tidak memperbesar risiko terjadinya kanker payudara.
Obesitas dan konsumsi alkohol adalah dua gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Obesitas dapat meningkatkan angka kematian atau mortalitas dan buruknya prognosis atau perjalanan penyakit pada pasien dengan kanker payudara. Sementara itu, konsumsi alkohol dapat meningkatkan kerja reseptor estrogen dalam tubuh, di mana konsumsi alkohol sebanyak 35 hingga 44 gram sehari meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara hingga 32%.
Itulah dia 6 faktor risiko yang berperan dalam terjadinya kanker payudara. Jenis kelamin, proses penuaan, riwayat kanker payudara pada keluarga, faktor reproduksi, penggunaan terapi estrogen, dan gaya hidup tidak sehat seperti obesitas dan konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
Apabila Geng Sehat memiliki satu atau lebih faktor-faktor risiko tersebut, maka perlu dilakukan kewaspadaan dengan pemeriksaan dini baik pemeriksaan sendiri untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara ataupun pemeriksaan ke dokter dengan melakukan USG payudara ataupun mamografi.
Untuk faktor risiko yang dapat dicegah seperti obesitas dan konsumsi alkohol, penerapan pola hidup sehat dengan diet seimbang dan mengurangi konsumsi alkohol dapat membantu menurunkan risiko terkena kanker payudara.
Kanker payudara memiliki angka kesembuhan yang tinggi jika dideteksi dan ditangani sedini mungkin, maka mengenal faktor-faktor risikonya akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kewaspadaan kita. Salam sehat!
Referensi:
Sun, Y., Zhao, Z., Yang, Z., Xu, F., Lu, H., Zhu, Z., Shi, W., Jiang, J., Yao, P. and Zhu, H., 2017. Risk Factors and Preventions of Breast Cancer. International Journal of Biological Sciences, 13(11), pp.1387-1397.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…