KalbarOnline.com – Pelaksanaan vaksinasi untuk membuat masyarakat kebal dari Covid-19 sedang diatur dengan matang. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, vaksinasi jangan dilakukan tergesa-gesa. Sejauh ini yang terbaru, semua subjek baik tahap I maupun tahap II uji klinis fase III di Bandung, Jawa Barat, sudah selesai disuntik kandidat vaksin Covid-19 asal Tiongkok, Sinovac.
Ketua Tim Riset Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjajaran Prof Kusnandi Rusmil menjelaskan, saat ini semua subjek sudah selesai divaksin baik tahap 1 maupun tahap 2 uji klinis fase III. Setelah itu, mereka dipantau 6 bulan untuk melihat efek samping dan efektivitas vaksin.
“Pertama itu uji klinis terhadap 1.620 subjek dan yang kedua sudah 1.540. Minggu ini tinggal sisa 80 orang lagi, lalu selesai. Tinggal diikuti selama 6 bulan semuanya,” kata Prof Kusnandi kepada KalbarOnline.com, Rabu (4/11).
Lalu sebagian subjek yang sudah divaksin lebih dulu, pemantauan akan selesai bulan Maret. Maka kini tim riset menyiapkan laporan analisa, dan bulan Januari siap dikirim ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
“Lalu di negara-negara lain yang sedang uji klinis juga, nanti kan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan lapor ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kalau WHO sudah menerima laporannya, nanti WHO akan buat suatu kesimpulan besar. Jika hasilnya bagus, vaksin ini bisa dipakai di seluruh dunia,” jelasnya.
Menurut Prof Kusnandi, Januari nanti tim akan melaporkan hasil analisa ke BPOM. Lalu Maret akan ada laporan akhir. Dan dia memprediksi sekitar bulan Mei sudah ada laporan WHO.
Lalu kapan masyarakat siap divaksinasi? Menurutnya, saat ini tinggal menunggu Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM.
“Kalau pada bulan januari nanti ada yang emergency use itu bisa dipakai. Tapi itu semua musti dinilai dulu oleh BPOM dan WHO,” katanya.
Soal efek samping, kata dia, selama ini selalu dipantau oleh BPOM. Jika ada efek samping serius pasti akan langsung dikonfirmasi. Dan sampai sekarang dia memastikan tak ada satupun subjek yang mengalami efek samping serius.
“Sampai sekarang yang sakit itu enggak ada yang berhubungan dengan vaksin. Sakit biasa, flu berat, ada yang tifus. Sakitnya itu tak ada yang terkait dengan vaksin. Lalu ada 7 atau 8 yang pindah kerja jadi tak bisa disuntikkan tahap yang kedua,” jelasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline, Pontianak - Empat Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Barat (Kalbar) resmi dilantik.…
KalbarOnline, Pontianak - Aloysius, anggota dari Fraksi Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) resmi ditunjuk sebagai Ketua…
KalbarOnline, Pontianak - Logistik pemilihan kepala daerah (pilkada) 2024 mulai didistribusikan ke berbagai kecamatan hingga…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.…
KalbarOnline, Pontianak - Logistik pemungutan suara dalam rangka pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak untuk Kota…
KalbarOnline, Pontianak - Ribuan guru berpakaian adat daerah mengikuti upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN)…