Categories: Nasional

Pakar Sebut Jokowi Harusnya Perintahkan Kapolri Bubarkan Massa Rizieq

KalbarOnline.com – Ketua SETARA Institute Hendardi menyatakan bahwa pembiaran negara atas serangkaian acara yang dihelat Rizieq Shihab yang mengumpulkan banyak massa menjadi paradoks kepemimpinan politik pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam penanganan Covid-19. Semua aturan protokol kesehatan yang harus dipatuhi masyarakat seakan tidak berlaku untuk Imam Besar FPI tersebut.

“Jangankan kewajiban menjalankan protokol kesehatan. Prinsip hukum salus populi suprema lex esto (keselamatan rakyat adalah yang terpenting) yang selama ini digaungkan oleh para pejabat negara dan aparat keamanan, sama sekali tidak berlaku bagi kerumunan yang diciptakan oleh Rizieq Shihab,” kata Hendardi dalam keterangannya, Minggu (15/11).

Hendardi menyampaikan, pihak berwenang sejauh ini hanya menyampaikan imbauan agar dapat menerapkan protokol kesehatan. Padahal, tugas pemerintah adalah mengambil tindakan hukum.

“Sungguh peragaan tata kelola pemerintahan yang melukai para dokter dan perawat yang terus berjuang, para siswa-siswi sekolah yang sudah jenuh dengan belajar daring dan para korban PHK yang tidak bisa menggapai impiannya untuk terus bekerja, akibat ganasnya Covid-19,” cetus Hendardi.

Hendardi menuturkan, pembiaran atas kerumunan yang diciptakan oleh massa simpatisan Rizieq adalah bukti kegagapan Jokowi dalam kalkulasi politik yang menjebaknya. Dia memandang, Jokowi terjebat dalam politik akomodasi, karena merangkul Prabowo Subianto untuk masuk ke dalam jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju.

“Jika Jokowi tidak terjebak dalam politik akomodasi, seharusnya sebagai seorang presiden Jokowi segera memerintahkan Kapolri untuk menindak kerumunan, mempertegas dan menindaklanjuti kasus-kasus hukum yang melilit Rizieq. Serta memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk mendisiplinkan kepala daerah yang pasif membiarkan kerumunan dan seharusnya pula tidak membiarkan Bandara Soekarno Hatta lumpuh dan menyengsarakan ribuan warga,” cetus Hendardi.

Hendardi melanjutkan, sandera politik akomodasi dan kalkulasi politik pragmatis akan terus melilit Jokowi dan menjadi warna kebijakan-kebijakan politik pemerintahan hingga 2024 jika Jokowi tidak mengambil terobosan politik yang berpusat pada gagasan pengutamaan keselamatan, keadilan dan kesejahteraan rakyat.

“Bisa jadi stabilitas politik dan keamanan akan terjaga akan tetapi kepemimpinannya telah melahirkan preseden buruk sekaligus merusak demokrasi dan supremasi hukum, alih-alih mewariskan legacy,” pungkasnya.

Redaksi KalbarOnline

Share
Published by
Redaksi KalbarOnline

Recent Posts

Transisi PAUD Menyenangkan, Windy Bacakan Dongeng hingga Ajak Anak di Pontianak Sarapan Sehat

KalbarOnline, Pontianak - Penjabat Ketua TP PKK Provinsi Kalimantan Barat, Windy Prihastari yang juga selaku…

3 hours ago

Sutarmidji Siap Turun Tangan Tata Kawasan Sungai Jawi

KalbarOnline, Pontianak - Masyarakat Kota Pontianak masih menginginkan Sutarmidji kembali menjadi Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar)…

3 hours ago

Debut Solo Irene Red Velvet Begitu Dinantikan, Ternyata Ini Alasannya

KalbarOnline - Debut solo Irene Red Velvet "Like a Flower" dikabarkan akan dilakukan pada 26…

4 hours ago

Inilah Penampakan Mobil Mewah Veddriq Leonardo, Hadiah dari Oesman Sapta

KalbarOnline, Pontianak - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo yang sukses meraih medali emas di…

5 hours ago

Mengenal Bulking dan Cara Menerapkannya untuk Orang Kurus

KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…

5 hours ago

Devy Harinda Buka Lomba Senam Kreasi HUT ke-53 Korpri 2024 Kabupaten Ketapang

KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…

5 hours ago