KalbarOnline.com – Vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Oxford membuat dunia mulai lega dengan vaksin yang murah dan mudah dibuat disertai tingkat kemanjuran hingga 90 persen. Namun peneliti Amerika Serikat mempertanyakan dan ragu soal dosis vaksin AstraZeneca.
The New York Times melaporkan bahwa para peneliti dan ahli di industri tersebut mengatakan kesalahan dan serangkaian ‘penyimpangan dan kelalaian’ dalam uji coba vaksin sebelumnya. Itu dianggap telah mengikis kepercayaan para peneliti terhadap keandalan hasil.
NYT juga melaporkan bahwa para pejabat Amerika Serikat telah mencatat bahwa hasil vaksin (AstraZeneca) tidak jelas. Hasilnya, menurut para ahli, diprediksi memungkinan regulator di AS dan di tempat lain ragu untuk memberi izin penggunaan darurat vaksin AstraZeneca.
Menurut seorang analis dari bank investasi SVB Leerink, Geoffrey Porges, ada kepercayaan yang menurun dari keseluruhan proyek pengembangan vaksin itu. Sementara itu, Juru Bicara AstraZeneca Michele Meixell mengatakan, pengujian vaksin sudah dilakukan dengan standar tertinggi.
Eksekutif perusahaan yang bertanggung jawab atas sebagian besar penelitian dan pengembangan AstraZeneca, Menels Pangalos, mengatakan pengujian vaksin memang dilakukan dalam dosis yang berbeda. Masalah ini dipicu oleh dosis yang berbeda atas vaksin itu yang 90 persen efektif didasarkan pada peserta yang menerima setengah dosis vaksin yang diikuti satu bulan setelahnya dengan dosis penuh. Versi kurang efisien menggunakan sepasang dosis yang lengkap.
AstraZeneca mengungkapkan dalam pengumuman pertamanya bahwa kurang dari 2.800 peserta diberi pengobatan dengan dosis lebih kecil. Dan hampir 8.900 peserta yang diberi dua dosis penuh.
Akibatnya, pertanyaan terbesar muncul. Salah satunya mengapa ada variasi dosis yang besar. Dalam hal kemanjuran vaksin pada dosis yang berbeda, dan mengapa dosis yang lebih kecil tampaknya memberikan hasil yang jauh lebih baik.
Peneliti dari AstraZeneca dan Oxford mengatakan mereka tidak tahu. Selain itu, informasi penting dilaporkan telah hilang.
Profesor mikrobiologi dan imunologi John Moore dari Weill Cornell Medical College, New York, mengatakan rilis media tersebut menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada yang seharusnya dijawab. Sehingga menimbulkan tanda tanya dan keraguan tentang efektivitas vaksin. Ahli biostatistik Natalie Dean, yang juga ahli dalam desain uji coba vaksin dari Universitas Florida mengatakan, dia tidak bisa menemukan jawabannya.
Saksikan video menarik berikuta ini:
KalbarOnline - Debut solo Irene Red Velvet "Like a Flower" dikabarkan akan dilakukan pada 26…
KalbarOnline, Pontianak - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo yang sukses meraih medali emas di…
KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…
KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…
KalbarOnline, Ketapang - Kepolisian Resort (Polres) Ketapang siap mengawal pelaksanaan tahapan pilkada serentak, mulai dari…
KalbarOnline, Ketapang - Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, Polres Ketapang mengikuti zoom meeting “Launching…