Urusan menentukan pemenang pemilu AS sudah beres. Akses Gedung Putih telah terbuka bagi presiden terpilih Joe Biden. Bagian selanjutnya adalah upaya Biden membentuk rezimnya dengan memilih pejabat tinggi.
—
EMPAT tahun lalu, lobi Trump Tower di Manhattan, New York, menjadi kolam berita bagi awak media. Setiap ada tokoh terkemuka yang masuk, jurnalis langsung menyerbu. Mereka menanyai sosok tersebut bakal bertemu dengan presiden terpilih Donald Trump atau tidak.
Ya, saat melakukan transisi, sang pengusaha mengadakan audisi terbuka. Siapa pun bisa mencoba meminang jabatan di lembaga eksekutif. Contohnya, Rex Tillerson. Dia adalah aktor kawakan di industri migas, tetapi punya nol pengalaman soal diplomasi pemerintahan.
”Alasan Trump memilih Rex adalah tampangnya terlihat seperti menteri luar negeri,” ungkap Steve Rattner, penasihat ekonomi pada era Barack Obama, kepada Associated Press.
Media menilai, pilihan Trump tidak konvensional. Sebagian besar faktor yang mendorong adalah teori Trump bahwa ada pemerintah bayangan di komunitas teknokrat. Yang paling penting, pilihannya setia dan disambut baik oleh basis pendukungnya.
Tahun ini Biden memilih jalan berbeda 180 derajat. Pilihannya konvensional. Bahkan bisa dibilang terlalu konvensional. Misalnya, yang terlihat saat dia memperkenalkan enam pejabat tinggi strategis terkait dengan keamanan nasional dan diplomasi.
”Bersama, tim ini telah meraih momen penting di sektor keamanan nasional dan diplomasi. Semua itu mungkin terjadi berkat pengalaman mereka selama puluhan tahun,” kata Biden di gedung teater The Queen, Wilmington, AS, Selasa (24/11).
Biden tidak mau coba-coba dalam merakit tim kepresidenannya. Enam orang yang disebut –Antony Blinken, Alejandro Mayorkas, Avril Haines, Linda Thomas-Greenfield, Jake Sullivan, dan John Kerry– sudah punya seabrek pengalaman untuk mengatur lembaga yang segera ditempati.
Blinken dan Mayorkas pernah menjabat wakil menteri di Kementerian Luar Negeri dan Keamanan Dalam Negeri. Hanya satu tingkat di bawah jabatan baru mereka nanti. ”Selain berpengalaman, mereka mewakili ide bahwa tantangan saat ini tak bisa dihadapi hanya dengan pikiran dan sikap seperti biasa,” ujar Biden.
Biden seperti alergi untuk memilih nama-nama besar di politik AS dalam kabinet. Karena itulah, dia memilih Janet Yellen sebagai menteri keuangan AS tahun depan. Padahal, banyak elite Demokrat yang merekomendasikan senator Elizabeth Warren sebagai pemimpin lembaga keuangan tertinggi AS tersebut. Meski, Warren tidak marah jika tidak dipilih.
”Keputusan memilih Yellen sangat tepat. Dia adalah sosok pintar dan pemberani yang menjadi salah seorang kepala Federal Reserve (bank sentral AS, Red) tersukses sepanjang sejarah,” jelas Warren.
Harapan Bernie Sanders menjadi menteri ketenagakerjaan juga pupus. Biden butuh dukungan legislator yang kuat selama empat tahun ke depan. Warren dan Sanders datang dari negara bagian basis Republik. Jika mereka mengosongkan kursi karena masuk kabinet, gubernur negara bagian bisa memilih senator sementara. Gubernur di daerah pemilihan Warren dan Sanders adalah orang Republik.
”Menghilangkan tokoh (Demokrat) penting dari Senat atau Dewan Perwakilan adalah keputusan yang sulit bagi saya,” tegasnya kepada NBC.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline, Pontianak - Penjabat Ketua TP PKK Provinsi Kalimantan Barat, Windy Prihastari yang juga selaku…
KalbarOnline, Pontianak - Masyarakat Kota Pontianak masih menginginkan Sutarmidji kembali menjadi Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar)…
KalbarOnline - Debut solo Irene Red Velvet "Like a Flower" dikabarkan akan dilakukan pada 26…
KalbarOnline, Pontianak - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo yang sukses meraih medali emas di…
KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…
KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…