KalbarOnline.com – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, pekerjaan rumah paling berat bagi Umat Islam saat ini adalah semangat militansi menjadi semangat bekerja secara terus menerus, sehingga mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan.
“Sudah waktunya bagi Umat Islam ini untuk mengubah kerumunan menjadi kekuatan politik yang riil. Ini pekerjaan rumah paling berat sekarang ini adalah bagaimana mengubah semangat kita, militansi kita menjadi kekuatan kerja. Barulah kita punya kekuatan yang riil,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Kamis (3/12/2020).
Hal itu disampaikan Anis Matta dalam Dialog ‘Geopolitik Global dan Visi Perjuangan Keumatan Dalam Konteks Politik Nasional’ yang diselengggarakan Osmani Foundation di Hotel Regale, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (2/12/2020) malam.
Dialog ini dihadiri 100 tokoh dan ulama di Medan antara lain dari Muhammadiyah, Alwasliyah, Presiden Rumah Qur’an Violet , Sutan Azmi, SH, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Medan
Menurut Anis Matta, saat ini terdapat perbedaan ijtihad dalam mewujudkan kemaslahatan. Sebab, apa yang dianggap benar saat ini, belum tentu benar besok atau lusa. “Karena ijtihad kita hari ini ditentukan oleh situasi kita hari ini,” katanya.
“jadi tantangan terbesar kita sekarang ini adalah membangun satu arus karakter baru yang terintegrasi dengan sistem politik. Sehingga kita menggabungkan antara kerja keras juga pada waktu yang sama dengan sistematika dalam bekerja,” ujarnya.
Sistematika politik Indonesia saat ini, lanjutnya, memiliki dasar falsafah negara dan menjaga kedaulatan negara, yakni Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Platform besar tersebut telah mengayomi demokrasi, agama dan kesejahteraan, termasuk Umat Islam didalamnya sebagai mayoritas penduduk Indonesia.
“Kita yang mayoritas ini seharusnya juga memiliki kekuatan mayoritas dalam ekonomi juga kekuatan mayoritas dalam politik. Ini membutuhkan kerja yang berkesinambungan sistematis dan terus menerus, semangat sesaat itu tidak akan mengubah nasib kita,” papar Anis.
Disinilah perlu mengubah cara berpikir, cara merasakan dan cara bertindak Umat Islam saat ini. Sebab, Indonesia ini adalah negara Islam terbesar di dunia, maka menjadi tugas bersama dalam mewujudkan Indonesia sebagai pemimpin dunia Islam dan menjalankan peran sebagai salah satu kekuatan utama dunia.
“Adalah tugas kita juga berusaha sedapat mungkin untuk menggabungkan antara mayoritas kuantitas, mayoritas secara politik dan mayoritas juga secara ekonomi. Kita punya tugas sejarah yang lain, bagaimana menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dunia islam, dan pada waktu yang sama juga menjalankan peran sebagai salah satu kekuatan utama dunia,” tegas Anis Matta.
Krisis berlarut yang melanda dunia saat ini telah menyentuh dan mengubah pada sistem perpolitikan global secara drastis yang tidak didasari oleh agama. Hal ini tentunya memberikan inspirasi dan solusi hanya agama yang bisa menjadi sumber inspirasi baru.
“Itu sebabnya saya percaya bahwa Islam ini adalah masa depan, cuma diperlukan satu kekuatan yang bisa menerjemahkan nilai nilai Islam ini kedalam satu model sosial, kedalam satu model politik dan kedalam satu model ekonomi, baru orang akan melihat Islam itu secara visual,” tandasnya.
Anis Matta menegaskan, dengan cara seperti itu apabila ingin mengubah wajah Islam dan menujukkan kepada seluruh dunia. “Jadi ide menjadikan Indonesia sebagai kekuatan lima besar dunia, maka inilah caranya. Inilah yang semestinya jadi takdir sejarahnya Indonesia, dan ini memerlukan pemikiran yang mendalam semangat bekerja di dalam diam. Militansi itu harus kita terjemahkan dalam jam kerja dalam produktivitas,” pungkasnya.
Sementara itu, calon Walikota Medan Bobby Afif Nasution yang hadir dalam Dialog ‘Geopolitik Global dan Visi Perjuangan Keumatan Dalam Konteks Politik Nasional’ berharap agar wabah virus Corona (Covid-19) bisa segera hilang dari Indonesia dan dunia.
Bobby berharap pemimpin di Kota Medan harus mengerti betul bagaimana menjalankan pemerintahan saat pandemi masih berlangsung, yakni diperlukan legitimasi yang kuat. Sehingga bisa melakukan kolaborasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.
“Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Medan itu nomor tiga di Indonesia, sehingga perlu legitimasi yang kuat dan bisa melakukan kolaborasi. Kolaborasi adalah kunci menjalankan pemerintahan yang baik, dan ini sering dianggap remeh, padahal kolaborasi adalah penting,” tegas Bobby.
KalbarOnline, Pontianak - Penjabat Ketua TP PKK Provinsi Kalimantan Barat, Windy Prihastari yang juga selaku…
KalbarOnline, Pontianak - Masyarakat Kota Pontianak masih menginginkan Sutarmidji kembali menjadi Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar)…
KalbarOnline - Debut solo Irene Red Velvet "Like a Flower" dikabarkan akan dilakukan pada 26…
KalbarOnline, Pontianak - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo yang sukses meraih medali emas di…
KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…
KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…