KalbarOnline.com – Masyarakat terkejut dengan lonjakan kasus Covid-19 sehari mencapai 8.369 kasus. Ternyata angka tersebut merupakan angka kumulatif atau gabungan di sejumlah pemerintah daerah dari tanggal tertentu hingga tanggal saat ini. Sehingga sebagian Pemda melaporkan angka yang dirapel atau diakumulasikan, bukan real time harian.
Juru Bicara KawalCOVID19 Miki Salman mengatakan pihaknya selalu jeli dan detail mengamati adanya gap atau perbedaan antara data pemerintah dan data pusat belakangan ini. Angka yang tercermin di Kementerian Kesehatan, kata dia, adalah angka hasil laporan beberapa hari yang lalu.
“Angka yang tercermin di laporan Kemenkes itu bisa jadi adalah angka hasil laporan beberaoa hari lalu, angka provinsi beberapa hari sebelumnya. Seperti angka di Jawa Tengah itu menumpuk datanya, dan dirapel,” tegasnya kepada KalbarOnline.com Kamis (3/12).
Pihaknya mengkritisi negara Indonesia yang mengklaim sudah menuju teknologi 4.0 tetapi dalam pengolahan dan pengelolaan data masih belum canggih. Sama seperti yang terjadi di Papua di mana angka dan data sebelumnya dirapel dalam satu hari.
“Satgas bilang memang hanya publikasi angka yang sudah pasti yang betul-betul dites PCR. Padahal kita tahu guidelines WHO, bukan hanya PCR untuk cara diagnosis Covid-19. Tapi kalau orang sudah jelas-jelas ada gejalanya Covid-19 walaupun masih suspect lalu meninggal dengan protokol Covid-19 semestinya dicatat itu. Kita negara yang ngaku industri 4.0 semestinya sudah canggih kelola data,” katanya.
“Jateng menumpuk dirapel. Lalu gimana Papua, angka dirapel sekaligus. Fenomena ini terus kami pantau tiap hari belakangan ini,” jelasnya.
Dalam kicauan tim KawalCOVID19 lainnya tertulis “Hari ini akhirnya data Papua dirapel juga oleh pusat. Yang masih belum dirapel yaitu Jabar (8 ribuan kasus) dan Jateng (13 ribuan kasus),” tulis akun itu.
Artinya masyarakat mungkin masih akan melihat lonjakan angka drastis dalam sehari sebab data yang diumumkan di sejumlah provinsi adalah angka kumulatif atau rapelan. Hal itu terlihat dari selisih data pusat dan daerah yang menunjukkan perbedaan data dari jumlah angka kasus terkonfirmasi, kasus sembuh, dan meninggal.
Sementara itu dalam konferensi pers virtual, Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan saat ini pemerintah sedang meningkatkan kecocokan data Covid-19. Berdasarkan hasil konsolidasi Pemerintah Daerah dengan Kemenkes, ada beberapa provinsi yang memiliki perbedaan data dengan pusat.
“Contoh Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Papua. Berdasarkan data Kemenkes, pada hari ini terdapat penambahan kasus sangat signifikan, 8.369 kasus. Angka yang sangat tinggi ini salah satunya disebabkan karena sistem yang belum optimal untuk akomodasi pencatatan, pelaporan, dan validasi data dari provinsi secara real time,” kata Prof Wiku, Kamis (3/12).
Contohnya, kata dia, Papua hari ini melaporkan 1.755 kasus. Data itu ternyata merupakan akumulasi penambahan kasus positif sejak 19 November hingga Kamis (3/12). “Kepada Pemda yang masih punya perbedaan data kami imbau konsolidasi data dengan pemerintah pusat dan pemda sesegera mungkin,” tegasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…