KalbarOnline.com – Ketua Tim Riset Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjajaran Prof Kusnandi Rusmil menyesalkan isu vaksin terus diperdebatkan. Padahal, saat ini, tahapannya hanya tinggal menunggu izin penggunaan darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan laporan interim yang akan diserahkan oleh tim riset.
Prof Kusnandi justru meminta semua pihak berpikir positif bahwa penyakitnya jauh lebih mendesak untuk dibahas. Soal vaksin tak perlu diragukan, sebab dia yakin bahwa BPOM merupakan lembaga kredibel yang dipercaya dalam menentukan efikasi vaksin Covid-19 nantinya.
“Yang saya heran itu kok yang dimasalahin itu vaksinnya ya, sebetulnya yang dimasalahin itu penyakitnya,” tegasnya kepada KalbarOnline.com baru-baru ini.
Baca Juga: 4 Peserta Vaksin Pfizer Rasakan Lumpuh Wajah, Diduga Terinfeksi Herpes
Menurutnya, Covid-19 merupakan penyakit ganas di mana dalam 10 bulan sudah menjangkiti 60 juta orang. Dan sudah meninggal 6 juta orang.
“Ada enggak penyakit kayak gitu? Kalau 6 juta meninggal artinya dalam 10 bulan, 1 bulan ada 600 ribu meninggal. Itu gila-gilaan penyakitnya. Belum ada penyakit yang begitu gilanya,” tulasnya.
“Jadi kita mending ngomongin penyakit, cari obatnya sama vaksinnya. Ini malah vaksinnya yang jadi masalah,” ungkapnya.
Prof Kusnandi menegaskan suara-suara sumbang atau keraguan masyarakat seputar vaksin Covid-19 merupakan tantangan bagi para peneliti. Mereka tetap jalan pantang mundur dan meyakini sejauh ini vaksin Sinovac tetap belum menunjukkan efek samping serius.
“Saya sih jalan terus saja. Kalau saya bilang jelek ya jelek, saya bilang bagus ya bagus. Saya kan bawa nama universitas. Saya meneliti, tentu hasil penelitian kalau jelek saya bilang jelek bagus ya bagus,” tegasnya.
“Sementara ini kalau soal keamanan ya saya bilang bagus. Tapi efikasinya saya belum bisa bilang, kami masih percaya dengan BPOM yang profesional dan kredibel. BPOM kita bagus kok,” tutupnya.
Hal senada diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mohammad Adib Khumaidi. Menurutnya, pembelian vaksin Covid-19 dari Sinovac sebanyak 3 juta dosis itu bersifat Secure Dose atau pembelian di awal. Sehingga tak akan ada yang bersifat mubazir ketika sudah tiba atau dibeli oleh Indonesia.
“Kami berpikir positif ya. Bahwa vaksin sebanyak itu bersifat secure dose. Semacam Pre Order pembelian di awal agar Indonesia tetap kebagian vaksin itu. Jadi memang harus dibeli dahulu. Tapi untuk penggunaannya masih menunggu keputusan EUA dari BPOM. Kami masih yakin dan optimis BPOM adalah lembaga yang kredibel,” tutup dr. Adib.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…