Categories: Nasional

52 Persen Masyarakat Sudah Patuh Protokol 3M, Sisanya Masih Terpaksa

KalbarOnline.com – Mengubah perilaku sesuai Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di era pandemi Covid-19 memang tak mudah. Sebab kebiasaan mematuhi protokol kesehatan 3M seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, tak mudah dilakukan. Jika bukan kesadaran dari diri sendiri untuk melindungi dirinya dan orang lain dari penularan Covid-19.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Sonny Harry B Harmadi menjelaskan dari data yang diamati, sebanyak 52 persen dari penduduk Indonesia sudah mulai terbiasa dengan protokol 3M. Namun sisanya masih setengah hati mematuhinya. “Tapi 48 persen itu masih cenderung terpaksa,” tegasnya dalam konferensi pers virtual, Senin (28/12).

“Bagaimana masyarakat dilatih agar terus menjadi kebiasaan. Jadi dari terpaksa, menjadi terbiasa, dari terbiasa menjadi luar biasa,” tambahnya.

Setidaknya, kata Sonny, Indonesia sudah punya modal sebanyak 52 persen masyarakat sudah mulai terbiasa. Sehingga kebiasaan ini menjadi sebuah norma baru di mana jika orang tak memakai masker secara sosial akan dikucilkan atau disalahkan.

“Kan kita juga banyak tuh, norma-norma yang berkembang di masyarakat, norma sosial, di mana kalau orang melanggar norma tersebut maka ada perasaan malu. Nah, ini yang kita dorong, sama seperti budaya antre,” tambahnya.

“Kami mengajak masyarakat agar punya norma baru. Mereka yang tidak mau pakai masker, mereka yang tidak mau menjaga jarak, mereka yang membuat kerumunan, dan malas mencuci tangan, itu adalah orang orang yang tidak sesuai dengan norma baru kita,” ungkapnya.

Sonny juga meminta masyarakat agar menahan diri untuk tidak liburan dan mudik. Dirinya meminta masyarakat berkaca pada flu Spanyol di mana terjadi ledakan kematian ketika masyarakat sudah mulai lelah dan jenuh.

“Kita tuh harus sabar, pengalaman dari kasus flu Spanyol, pengalaman sejarah tahun 1918 bulan Februari pertama kali terjadi flu Spanyol. Lalu orang 6 bulan kemudian mulai jenuh, keluar rumah. Pada agustus 1918 terjadi the second wave dan ledakan kematian, hanya karena mereka tidak tahan. Sehingga semua harus sadar, ini berbahaya dan kita harus mematuhi protokol kesehatan, jangan beepergian dulu, mengurangi risiko penularan,” tutupnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Redaksi KalbarOnline

Share
Published by
Redaksi KalbarOnline

Recent Posts

Transisi PAUD Menyenangkan, Windy Bacakan Dongeng hingga Ajak Anak di Pontianak Sarapan Sehat

KalbarOnline, Pontianak - Penjabat Ketua TP PKK Provinsi Kalimantan Barat, Windy Prihastari yang juga selaku…

4 hours ago

Sutarmidji Siap Turun Tangan Tata Kawasan Sungai Jawi

KalbarOnline, Pontianak - Masyarakat Kota Pontianak masih menginginkan Sutarmidji kembali menjadi Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar)…

4 hours ago

Debut Solo Irene Red Velvet Begitu Dinantikan, Ternyata Ini Alasannya

KalbarOnline - Debut solo Irene Red Velvet "Like a Flower" dikabarkan akan dilakukan pada 26…

5 hours ago

Inilah Penampakan Mobil Mewah Veddriq Leonardo, Hadiah dari Oesman Sapta

KalbarOnline, Pontianak - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo yang sukses meraih medali emas di…

5 hours ago

Mengenal Bulking dan Cara Menerapkannya untuk Orang Kurus

KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…

6 hours ago

Devy Harinda Buka Lomba Senam Kreasi HUT ke-53 Korpri 2024 Kabupaten Ketapang

KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…

6 hours ago