KalbarOnline.com – Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru kini semakin banyak yang diketahui. Umumnya, gejala COVID-19 yang banyak dialami di antaranya demam, batuk, hingga sesak napas.
Salah satu tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang belum lama diketahui adalah parosmia atau gangguan pada indra penciuman pasien Corona. Gejala satu ini termasuk aneh dan unik yang dialami oleh pasien COVID-19.
Untuk lebih mengetahuinya, tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang perlu diketahui dan diwaspadai, seperti dilansir dari detikhealth:
Dikutip dari Healthline, parosmia atau distorsi penciuman ini menyebabkan penderitanya mengalami ‘halusinasi penciuman’. Misalnya bau harum mungkin akan tercium busuk di indra penciumannya.
Seorang ahli bedah telinga, hidung, tenggorokan (THT), Profesor Nirmal Kumar menjelaskan gejala satu ini cukup unik dan aneh. Hal ini pun pernah dialami oleh dua pasiennya.
“Yang satu mengatakan saat mencium aroma, bau yang mereka rasakan adalah seperti bau ikan. Dan yang lainnya mencium bau terbakar, meski di sekitarnya tidak ada asap,” kata Profesor Kumar yang dikutip dari Daily Star.
“Kami menyebutnya virus neurotropik. Artinya, virus ini mempengaruhi saraf di atap hidung, seperti gangguan pada sistem saraf Anda, dan saraf tidak berfungsi,” lanjutnya.
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru lainnya adalah delirium. Ini merupakan gejala mental yang membuat pengidapnya mengalami kebingungan berat dan kesadaran yang berkurang akibat terganggunya sistem saraf pusat. Umumnya, gejala COVID-19 terbaru ini muncul pada kelompok lanjut usia atau lansia.
“Delirium adalah keadaan kebingungan di mana seseorang merasa tidak terhubung dengan kenyataan, seolah sedang bermimpi,” kata peneliti dari University of Catalonia, Javier Correa.
Kelelahan juga termasuk ke dalam tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang banyak dialami pasien Corona. Berdasarkan studi yang di publikasi di Journal of the American Medical Association (JAMA), ini jadi salah satu gejala yang bisa bertahan lama setelah seseorang terinfeksi COVID-19.
Dari studi ini ditemukan sebanyak 53 persen pasien Corona mengalami gejala kelelahan selama sekitar 60 hari, setelah gejala COVID-19 pertama kali muncul.
Berdasarkan studi di Anglia Ruskin University (ARU), Inggris, sebanyak 18 persen pasien Corona mengalami salah satu gejala baru yaitu fotofobia atau sensitivitas cahaya.
Dari 83 responden, 81 persennya melaporkan adanya masalah mata dalam dua minggu pasca gejala COVID-19 lainnya muncul. Dari jumlah tersebut, 80 persen melaporkan masalah mata yang mereka alami berlangsung selama kurang dari dua minggu.
“Ini adalah studi pertama yang menyelidiki berbagai gejala mata yang mengindikasikan konjungtivitis dalam kaitannya dengan COVID-19, kerangka waktunya dalam kaitannya dengan gejala COVID-19 yang diketahui dan durasinya,” jelas penulis utama Profesor Shahina Pardhan, Direktur Vision and Eye Research Institute di ARU.
Sebuah studi mengungkapkan infeksi virus Corona bisa mengakibatkan masalah pencernaan, seperti diare dan muntah-muntah. Umumnya, tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru ini terjadi disertai dengan gejala Corona lainnya.
Meski begitu, hanya empat persen orang yang didiagnosis positif COVID-19 dengan diare dan muntah sebagai gejala tunggal tanpa adanya gejala penyerta.
Penelitian yang dipublikasi di The Journal Annals of Clinical and Translational Neurology menemukan sebanyak 44,8 persen relawan yang berpartisipasi dalam studi ini mengalami nyeri otot akibat COVID-19.
Rasa nyeri yang muncul ini mungkin disebabkan akibat peradangan yang terjadi di dalam tubuh akibat infeksi virus Corona. Tak hanya pasien Corona saja, orang yang sudah sembuh dari infeksi Corona juga bisa mengalami nyeri otot ini.
Tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang juga sudah dialami pasien COVID-19 adalah ruam di kulit. Menurut dokter kulit dari DNI Skin Centre, Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), FINSDV, FAADV, infeksi virus Corona bisa menyebabkan ruam kulit. Namun, cenderung bersifat ringan dan tidak berisiko fatal.
“Kemungkinan muncul ruam pada pasien COVID itu bervariasi risikonya sekitar 0,2-20 persen,” jelas dr Darma.
Kehilangan kemampuan indra penciuman dan perasa atau anosmia juga termasuk sebagai tanda-tanda gejala COVID-19 terbaru yang banyak dialami. Bahkan butuh waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sampai fungsi indra tersebut kembali normal.
Beberapa pasien yang mengalami gejala COVID-19 ini seringkali membutuhkan perawatan hingga terapi. Hal ini dilakukan untuk ‘memperbaiki’ otak agar bisa mengenali rasa, baru, dan aroma yang akurat seperti sebelumnya. [ind]
KalbarOnline, Pontianak - Penjabat Ketua TP PKK Provinsi Kalimantan Barat, Windy Prihastari yang juga selaku…
KalbarOnline, Pontianak - Masyarakat Kota Pontianak masih menginginkan Sutarmidji kembali menjadi Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar)…
KalbarOnline - Debut solo Irene Red Velvet "Like a Flower" dikabarkan akan dilakukan pada 26…
KalbarOnline, Pontianak - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo yang sukses meraih medali emas di…
KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…
KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…