KalbarOnline.com – Ketua Komite Nasional Keselamaan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono mengaku bersyukur telah ditemukannya flight data recorder (FDR) tersebut. Karena FDR adalah salah satu yang ada di bagian kotak hitam atau black box dalam sebuah pesawat. Isinya adalah rekaman data penerbangan.
“Alhamdulilah kami mengucapkan syukur bahwa salah satu black box ini yang FDR telah ditemukan,” ujar Soerjanto di JICT, Jakarta, Selasa (12/1).
Soejanto menjelaskan pihaknya membutuhkan waktu dua hingga lima hari untuk membaca FDR tersebut. Sehingga diharapkan ini semuanya bisa lancar tanpa adanya halangan. “Sekali lagi kami membutuhkan waktu dua sampai lima hari apakah data ini bisa terbaca atau tidak,” katanya.
Dia berjanji nantinya data FDR tersebut sudah terbaca. Maka KNKT akan membuka ke publik mengenai misteri kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak ini. “Sehingga segera dapat mengungkap misteri yang jadi penyebab kecelakaan ini,” ungkapnya.
Diketahui, black box terdiri dari dua perangkat antara lain cockpit vice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR). CVR berisi rekaman percakapan dalam kokpit pesawat dan FDR berisi rekaman data penerbangan.
Sebelumnya Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan kotak hitam atau black box milik pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu telah ditemukan. Black box berisi data penerbangan yang bisa digunakan untuk mengungkap penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737-500 tersebut.
“Kita bersyukur black box FDR sudah ditemukan,” kata Budi Karya Sumadi di JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1).
Sementara itu, Komandan Satuan Tugas Laut Operasi SAR Sriwijaya Air 182 Laksamana Yayan Sofyan menyampaikan, pencarian black box Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu semakin dipersempit. Hasil analisis tim survei, terdapat beberapa spot yang menjadi alternatif prioritas.
Adapun, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat take off dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment