Categories: Serbaneka

Doa dan Amalan Khusus bagi Muslim Saat Bencana Melanda

Doa dan Amalan Khusus bagi Muslim Saat Bencana Melanda

Di awal tahun 2021, bencana silih berganti melanda Indonesia. Tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak, tanah longsor di Sumedang Jawa Barat, banjir di Kalimantan Selatan, gempa bumi yang melanda Majene dan Mamuju, hingga kasus Covid-19 yang semakin meroket.

Bencana, baik bencana alam maupun yang lainnya, merupakan musibah yang menjadi cobaan bagi manusia. Itu juga bisa berarti tazkirah, yakni peringatan agar hamba Allah senantiasa memperkuat keimanan dan ketakwaan. Sedangkan, bagi hamba-hamba-Nya yang bermaksiat, ini bisa menjadi pertanda azab dan hukuman atas kemaksiatan yang mereka perbuat.

Oleh sebab itu, setiap muslim hendaknya selalu terjaga untuk senantiasa mengingat Allah, melaksanakan perintah-perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya. Salah satunya dengan memperbanyak doa dan zikir ketika terjadi peristiwa bencana, baik itu yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa sesama muslim.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS Al An’am: 42)

Berzikir dan berdoa saat bencana melanda juga dianjurkan oleh para ulama fikih. Selain doa dan zikir, para ulama fikih juga menganjurkan bagi saudara-saudara muslim yang terkena musibah untuk memperbanyak sedekah, istighfar, dan mengintrospeksi diri atas dosa-dosa yang telah diperbuat untuk kemudian memohon ampun kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya tobat.

Syaikh Zakariya al-Anshari menjelaskan dalam kitab ‘Asna al-Mathalib Syarh Raudhuth Thalib (1/288)’, “Dianjurkan bagi setiap muslim untuk merendahkan diri di hadapan Allah ‘azza wa jalla dengan memperbanyak doa dan semisalnya ketika terjadi gempa bumi, petir atau halilintar, angin kencang, atau bencana alam lainnya. Selain itu, hendaknya ia juga melaksanakan salat sendiri-sendiri di rumahnya agar tidak lalai (dari mengingat Allah ‘azza wa jalla).

Lalu, bagaimana amalan dan doa yang perlu dipanjatkan saat terjadi bencana atau musibah?

Sebagai muslim, tentu kita harus meneladani apa yang dilakukan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Ada amalan dan juga doa yang diucapkan Rasulullah SAW kala peristiwa itu terjadi.

Berikut penjelasan terkait amalan dan doa tersebut:

  1. Gempa Bumi

Pendapat Syaikh muhammad Shalih al-Munajjid seperti dikutip dari materi khutbah dakwah.id, menjelaskan bahwa sebenarnya tidak dijumpai bacaan atau doa tertentu yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika terjadi gempa bumi. Karena semasa Rasulullah SAW masih hidup baik di Makkah atau pun di Madinah, beiau SAW belum pernah menemui adanya fenomena alam berupa gempa bumi.

Memang dijumpai beberapa riwayat yang menginformasikan terjadinya gempa bumi di zaman Rasulullah SAW. Namun sanad dan riwayat informasi ini dinilai lemah oleh banyak ulama hadis.

Meski tidak ada lafal zikir atau doa khusus yang disunahkan untuk dibaca karena ada sebab bencana gempa bumi, bukan berarti umat Islam yang tertimpa atau menyaksikan adanya kejadian alam tersebut lantas tidak berdoa.

Ketika sebagian umat Islam tertimpa bencana alam gempa bumi, mereka tetap dianjurkan untuk segera mengintrospeksi diri mereka; bermuhasabah atas dosa dan maksiat yang telah dilakukan lalu kemudian segera bertobat kepada Allah.

Selain bersegera untuk bertobat kepada Allah, umat Islam yang tertimpa bencana gempa bumi juga hendaknya memperbanyak doa dengan doa-doa umum yang bisa dimengerti, dan banyak-banyak berzikir; mengingat Allah, juga bersedekah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah menjelaskan:

“Tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi gempa bumi, gerhana matahari, gerhana bulan, angin ribut, banjir bandang, dan gejala alam lainnya adalah bersegera bertobat kepada Allah ‘azza wajalla, bersimpuh di hadapan-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan memperbanyak zikir serta istighfar.”

Syaikh Ibnu Baz mendasarkan anjuran ini pada nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya ketika terjadi fenomena gerhana matahari,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

“Maka jika kalian melihat sesuatu padanya (gerhana), maka segeralah untuk mengingat Allah, berdoa dan minta ampunan.” (Muttafaq ‘Alaih)

Beliau melanjutkan, “Dianjurkan pula untuk mengasihi orang-orang fakir dan miskin serta bersedekah untuk mereka, berdasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ارْحَمُوا تُرْحَمُوا

“Kasihilah, maka engkau akan dikasihi.” (HR. Ahmad)

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar-Rahman, berkasih sayanglah kepada siapa pun yang ada di bumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian.” (HR. At-Tirmizi)

مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ

“Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” (HR. Al-Bukhari)

Diriwayatkan pula dari Umar bin Abdul Aziz, beliau pernah menulis surat kepada istrinya ketika terjadi gempa bumi yang isinya perintah untuk bersedekah.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Baz, 9/150)

Karena tidak ada contoh secara jelas dari Rasulullah SAW  tentang doa gempa bumi, maka sebagian ulama menganjurkan untuk berdoa dengan doa ketika terjadi angin ribut (atau dengan doa umum lainnya yang dapat dipahami tanpa meyakininya sebagai sebuah sunah Rasul) karena keduanya memiliki kesamaan sebagai suatu fenomena bencana alam.

  1. Angin rebut

Ketika terjadi bencana angin ribut, Rasulullah SAW berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ ماَ فِيْهَا، وَخَيْرَ ماَ أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ مَا فِيْهَا، وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ.

Allahumma innii as-aluka khairaha wa khaira maa fiihaa wa khaira maa ursilat bihi wa a’uudzu bika min syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa syarri maa ursilat bihi

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya, kebaikan apa yang terdapat padanya, kebaikan apa yang dibawanya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.” (HR. Muslim)

Jauhari Fatria

Saya Penulis Pemula

Share
Published by
Jauhari Fatria

Recent Posts

Tayang Hari Ini di Bioskop, Berikut Sinopsis Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu

KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…

1 hour ago

Pergoki Rumah Berantakan dan Kotor, Nana Mirdad Trauma Punya ART

KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…

2 hours ago

Pj Gubernur Harisson Minta Rumah Sakit Daerah di Kalbar Berikan Layanan Prima Bagi Masyarakat

KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…

3 hours ago

Mentan Andi Amran Sulaiman Dorong Kalbar Jadi Lumbung Pangan Nasional

KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…

3 hours ago

Anggota DPRD Ketapang Rion Sardi Serap Aspirasi Masyarakat di Tepian Sungai Pawan

KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…

3 hours ago

Tangani Ruas Jalan Pelang – Sungai Kepuluk, Dinas PUPR Ketapang Bakal Siagakan TRC

KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…

3 hours ago