Mums, apa sih tujuan kita memberikan pujian untuk anak? Tergantung. Pujian dapat membuahkan perasaan baik dan meningkatkan motivasi. Pujian juga dapat menginspirasi anak-anak untuk lebih kooperatif, gigih, dan memiliki mental pekerja keras.
Tetapi, beberapa anak bisa salah menanggapi pujian, bahkan mereka yang menyukai pujian pun dapat mengalami efek negatif. Nah, oleh karena itu Mums dan Dads mesti tahu bagaimana memberikan pujian yang pas, dan memastikan bahwa pujian untuk si kecil akan bermanfaat, bukan malah membahayakan anak-anak.
Dulu, orang tua biasanya menghindari pujian. Mereka khawatir bahwa terlalu banyak pujian akan meningkatkan ego anak. Misalnya, membuat anak terlalu percaya diri. Tapi saat ini, segalanya berbeda. Banyak orang percaya bahwa pujian adalah cara yang efektif untuk memperkuat perilaku anak yang baik. Mana yang benar, simak penjelasannya ya Mums!
Sebuah penelitian terkait kinerja otak menunjukkan bahwa kita menanggapi pujian dengan cara yang sama seperti kita menerima imbalan uang. Ya, pujian memang terasa menyenangkan apalagi buat anak-anak. Sebuah eksperimen menunjukkan bahwa anak-anak dapat memperoleh manfaat dari pujian. Mereka akan termotivasi untuk mencoba lagi setelah gagal.
Jika dilakukan dengan benar, pujian memang dapat menginspirasi anak-anak untuk terus mengerjakan tugas yang menantang. Namun, Mums dan Dads, sebaiknya tidak memuji anak berlebihan. Berikut ini pujian yang sebaiknya dihindari:
Pujian bukan satu-satunya cara bagi Mums dan Dads untuk mengomunikasikan persetujuan, penerimaan, dorongan, dan cinta kepada anak. Anak-anak perlu tahu bahwa mereka akan selalu mendapatkan dukungan saat mereka merasa tersesat, marah, atau kesulitan.
Nah, Mums harus mengurangi pujian yang tidak tulus, yang malah bisa memicu perasaan buruk pada anak. Anak-anak mungkin mengira kita merasa kasihan pada mereka, atau bahwa kita berusaha manipulatif. Pujian yang tidak tulus juga dapat mengirimkan pesan bahwa kita tidak benar-benar memahami perasaan anak-anak.
Selain itu, berhati-hati dengan pujian yang berlebihan. Misalnya, “Wah, adik anak yang sempurna! Pasti akan jadi ahli dalam hal ini!” Bahkan jika anak-anak percaya bahwa kita tulus, pujian yang berlebihan seperti ini dapat menimbulkan masalah. Sama saja Mums dan Dads menetapkan standar yang sangat tinggi pada si kecil.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan harga diri rendah sangat rentan terhadap efek ini. Dan ketika peneliti mengikuti 120 anak usia sekolah dari waktu ke waktu, penelitian menemukan bahwa anak-anak yang menerima banyak pujian berlebihan dari orang tua mereka lebih cenderung memiliki efek psikologis yang negatif.
Seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka menjadi paham akan hasil sebuah kerja keras. Ketika anak-anak bisa mengerjakan tugas yang mudah, sesuai kapasitasnya, tidak perlu memberikan pujian. Nantinya hal ini hanya akan mendatangkan ekspektasi yang rendah tentang kemampuan seorang anak.
“Kamu sangat pintar!” atau “Wah, ternyata Kamu punya bakat!” Mungkin pujian ini diberikan untuk meningkatkan harga diri dan meningkatkan motivasi anak. Mungkin berhasil, namun tidak selalu. Penelitian menunjukkan bahwa pujian semacam ini bisa menjadi bumerang. Dan untuk alasan yang sama seperti yang telah disebutkan di atas, anak-anak bisa menjadi terbebani untuk mempertahankan standar yang tinggi.
Pujian semacam itu juga semacam pesan bagi anak-anak bahwa kecerdasan atau bakat adalah sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki orang lain. Hal ini membuat anak-anak merasa tidak berdaya saat melakukan kesalahan.
Untuk alasan ini, para ahli menyarankan, lebih baik menghindari memuji atas dasar kemampuan anak. Sebaliknya, pujilah mereka untuk keberhasilan anak mencari strategi khusus saat memecahkan masalah.
Tidak apa-apa memuji anak-anak karena melakukan apa yang mereka sukai. Tetapi sekali lagi, jangan berlebihan, terutama untuk anak yang usianya lebih besar. Ketika Mums dan Dads selalu memuji anak-anak setiap kali mereka melakukan sesuatu yang mereka sukai, lama-lama malah akan mengurangi motivasi mereka.
Misalnya, si Kecil suka makan brokoli. Tapi setiap kali dia makan brokoli, ibunya memujinya. Sadar atau tidak, si kecil akan mulai mempertanyakan motivasinya. Apakah dia makan brokoli hanya untuk pujian? Lama-lama mereka berpikir makan brokoli itu tugas, bukan kesenangan. Jika suatu saat pujian itu berakhir, si kecil akan kehilangan minat makan brokoli.
Sekilas, mungkin tampak seperti ide yang bagus untuk memuji anak-anak karena kinerja yang lebih baik dari teman-temannya. Tapi sebenarnya ada masalah besar yang disebabkan memuji sambil membandingkan.
Jika suatu saat anak Mums tidak lagi unggul dan tidak lagi kompetitif, mereka kemungkinan besar akan kehilangan motivasi. Intinya, anak-anak yang terbiasa dengan pujian dan dibanding-bandingkan dengan anak lain, suatu saat akan menjadi pecundang yang malang.
Masalah lain, pujian yang kompetitif akan mengajarkan pada anak-anak bahwa tujuan utamanya adalah kompetisi, bukan penguasaan. Ketika anak-anak memahami bahwa tujuannya adalah untuk mengungguli anak-anak lain, mereka hanya tertarik mengerjakan tugas jika ada kompetitornya. Karena mereka terbiasa ditunjukkan sebagai yang terbaik oleh orang tuanya.
Referensi:
Parentingscience.com. The effects of praise: 7 evidence-based tips for using praise wisely
WebMD.com. The Right Way to Praise Your Kids
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…