Vaksin Covid-19 sudah tersedia. Sayangnya, tak semua negara mampu membelinya. Mereka yang punya dana rela terbang ke negara lain demi mendapatkannya.
—
’’KAMI bangga telah menciptakan istilah wisata vaksin.’’ Komentar itu dilontarkan Nimesh Shah. Dia adalah spesialis pengembangan bisnis di Gem Tours & Travels. Akhir tahun lalu, perusahaan tempatnya bekerja tersebut menawarkan paket wisata vaksin selama empat hari. Namun, khusus untuk pelanggan VVIP.
Memang bukan perkara mudah daftar di paket wisata tersebut. Sebab, syarat utamanya adalah memiliki visa AS yang masih valid. Selain itu, tentu saja pengunjung harus membayar biayanya. Yakni, INR 174.999 atau setara dengan Rp 33,67 juta. Agen perjalanan asal India itu menjanjikan pelanggannya untuk diterbangkan dari Mumbai ke New York City guna mendapatkan vaksin di Amerika Serikat.
Akhir tahun lalu, AS dan negara-negara Eropa memang mendapat suplai vaksin Covid-19 yang sudah lolos uji klinis tahap III. Di pihak lain, India belum memperoleh vaksin. Mereka baru melakukan vaksinasi awal tahun ini dengan vaksin buatan dalam negeri, Covaxin, dan sebagian kecil lainnya dari AstraZeneca.
Agen perjalanan lainnya tak butuh waktu lama untuk mengikuti jejak Gem Tours & Travels. AS, Inggris, dan Rusia menjadi jujukan utama wisata vaksin tersebut. Di tiga negara itu, vaksin Covid-19 memang digratiskan untuk penduduknya saja, bukan warga negara lain.
Peluang terbesar wisata vaksin ini ada di AS. Sebab, setiap negara bagian memiliki kebijakan. Artinya, ada 50 kebijakan yang berbeda di setiap wilayah. Misalnya saja, di Wisconsin, peternak cerpelai tengah dipertimbangkan untuk menjadi prioritas vaksinasi. Sebab, belakangan banyak cerpelai yang tertular Covid-19 dan ditakutkan menular ke para peternak. Di New Jersey, perokok masuk dalam daftar prioritas. Di Colorado, jurnalis setara dengan pekerja medis. Mereka masuk dalam kategori pekerja garda depan.
Namun, dari semua negara bagian, Florida yang peluangnya paling besar menjadi tujuan wisata vaksin. Sebab, kebijakan mereka lebih longgar. Siapa pun yang berusia 65 tahun ke atas bisa divaksin tanpa harus menunjukkan identitas maupun konfirmasi tempat tinggalnya.
Dampaknya, banyak penduduk lansia dari negara bagian lain yang datang ke Florida. Sebab, di tempat asalnya, giliran mereka masih lama. NBC News mengungkapkan bahwa penduduk dari negara lain seperti Kanada, Brasil, dan Venezuela juga berdatangan. Ana Rosenfeld adalah salah satunya. Pengacara 66 tahun asal Argentina itu tengah mengunjungi keluarganya di Miami bulan lalu. Begitu tahu syarat vaksinasi di Florida, dia langsung ikut. Dia divaksin di dekat Tampa.
’’Saya ingin divaksin. Jika saja ada peluang saya bisa melakukannya di Argentina, saya pasti sudah melakukannya di sana,’’ kata Rosenfeld.
Mantan CEO Time Warner Richard Parsons juga memilih divaksin di Florida. Dia terbang dari rumahnya di New York ke Florida khusus untuk vaksin saja. ’’Anda hanya perlu membuat janji secara online dan akan mendapatkannya,’’ ujar pria 72 tahun tersebut seperti dikutip CNBC. Semuanya kian mudah karena Florida juga melayani vaksinasi via drive-thru.
Pennsylvania juga selonggar Florida. Akhir Januari lalu, Gubernur Pennsylvania Tom Wolf menegaskan bahwa pihaknya tak melarang jika ada penduduk negara bagian lain yang divaksin di wilayah mereka. Imbasnya tentu saja antrean langsung melonjak tajam.
’’Kami melayani 200 orang setiap beberapa hari dan ada 20 ribu orang yang berebut memesan,’’ terang Marc Ost, staf di Eric’s RX Farmasi yang memberikan layanan vaksinasi.
Di sisi lain, tak semua setuju dengan praktik wisata vaksin ini. Memang praktik itu tak benar-benar ilegal, tetapi secara etis tak baik. Sebab, para ”pelancong” yang memburu vaksin ini otomatis merebut antrean orang lain. ’’Para turis vaksin ini menggunakan kekuatan mereka untuk menciptakan peluang bagi diri mereka sendiri,’’ tegas Dr Kyle Ferguson dari divisi etika medis di New York University Grossman School of Medicine seperti dikutip The Guardian.
Faktor kesehatan seharusnya juga menjadi pertimbangan bagi para turis tersebut. Rata-rata, vaksin Covid-19 membutuhkan dua dosis yang harus disuntikkan dengan rentang waktu tertentu, biasanya sekitar 3–4 pekan. Tak ada yang bisa menjamin para turis itu bisa kembali ke lokasi vaksinasi untuk mendapatkan suntikan kedua. Sebab, jika lintas negara, jarak yang ditempuh cukup jauh.
’’Jika terjadi sesuatu pada mereka, siapa yang bertanggung jawab?’’ tegas Dr Jay Wolfson, profesor kesehatan publik di University of South Florida.
Kekesalan dirasakan Direktur Manajemen Kedaruratan Florida Jared Moskowitz saat mendengar ada warga Kanada dan beberapa negara lainnya yang datang ke wilayahnya hanya untuk mendapatkan vaksin. Dia menegaskan bahwa wisata vaksin itu tak diperbolehkan.
’’Itu menjijikkan. Orang tak seharusnya terbang ke sini untuk mendapatkan vaksin, lalu pulang (ke negaranya, Red),’’ tegas Moskowitz kepada NBC News.
Begitu tahu wisata vaksin mulai marak, Florida membuat kebijakan baru. Mulai akhir Januari lalu, orang yang divaksin harus menunjukkan bukti tinggal di Florida.
Namun, ketika kebijakan tersebut dibuat, sekitar 40 ribu–50 ribu dosis sudah diinjeksikan ke orang yang beralamat di luar Florida. Mayoritas merupakan orang yang datang khusus untuk memperoleh vaksin. Jumlah itu hanya setara dengan 3,4 persen dari total vaksinasi di Florida. Namun, tetap saja perubahan sekecil apa pun akan berdampak pada infrastruktur vaksinasi di AS. Salah satunya terkait dengan pembagian dosis.
Departemen Kesehatan Florida kini menyelidiki MorseLife Health System, panti jompo kelas atas di West Palm Beach. Mereka diduga memberikan vaksin kepada anggota Palm Beach Country Club dan para donatur kaya yang berhubungan dengan pengembang asal New York, Bill dan David Mack. Padahal, vaksin tersebut seharusnya diperuntukkan penghuni panti.
New York sejak awal menerapkan aturan yang cukup ketat. Penerima vaksin harus menunjukkan identitasnya. Misalnya, bila berasal dari negara bagian lain dan tengah menempuh pendidikan di New York, yang bersangkutan harus bisa membuktikannya.
Baca Juga: Direktur Gelapkan Gaji Karyawan Outsourcing Cleaning Service Rp 2,2 M
Di Inggris, syarat mendapatkan vaksin juga diperketat. Orang bisa divaksin jika dokter pribadinya menawarkan. Itu pun harus menyerahkan data pribadi, termasuk alamat. Orang yang punya uang tak bisa membeli vaksin di Inggris. Sebab, Layanan Kesehatan Nasional (NHS) menyediakannya secara gratis. Vaksin tak bisa diperjualbelikan.
Profesor Bioteknik di NYU School of Medicine Dr Arthur Caplan mengungkapkan, memang ada ruang gerak bagi kelompok berisiko tinggi yang ingin melindungi diri mereka sendiri. Misalnya saja, lansia di Florida menjadi prioritas, tetapi di tempat lain tidak.
Dia meminta mereka yang masih muda, bisa tinggal di rumah, melakukan karantina, dan memakai masker untuk bersabar menunggu giliran. Jika golongan tersebut yang memotong antrean, mereka layak dikecam. ’’Namun, yang paling penting adalah jangan membuang vaksin. Saya lebih memilih vaksin disuntikkan ke tangan seseorang daripada dibuang ke tempat sampah,’’ tegasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline - Bulking adalah fase dalam program kebugaran di mana seseorang sengaja meningkatkan asupan kalori…
KalbarOnline, Ketapang - Mewakili Bupati Ketapang, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Pemkab Kegapang, Devy Harinda…
KalbarOnline, Ketapang - Kepolisian Resort (Polres) Ketapang siap mengawal pelaksanaan tahapan pilkada serentak, mulai dari…
KalbarOnline, Ketapang - Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, Polres Ketapang mengikuti zoom meeting “Launching…
KalbarOnline, Pontianak – Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Kalimantan Barat menyelenggarakan…
KalbarOnline, Kapuas Hulu – Dalam rangka mendukung pelaksanaan pilkada serentak 2024 di Kabupaten Kapuas Hulu,…