Andil Perempuan Dalam Pembangunan
KalbarOnline, Singkawang – Cerita-cerita tokoh luar biasa banyak tersiar kabarnya di berbagai belahan dunia. Segudang prestasi mereka toreh untuk mengedepankan masa depan negara dimana mereka dilahirkan. Dari sebuah negara berkembang hingga ke negara adidaya, tidak sedikit peran perempuan memberi sumbangsih yang signifikan dalam hal pembangunan yang terstruktur dan merata.
Zaman sudah berubah dengan amat cepat, namun pada realitasnya perempuan masih banyak terhambat. Terbelit oleh pengekangan stereotype dan paradigma kuno dimana perempuan sebagai sosok yang lemah, mereka dipaksa berdaya saing dengan lebih garang.
Sebuah apresiasi terhadap perempuan-perempuan yang berkarya menjadi jawara. Dari merekalah koar-koar aspirasi tak terucap akhirnya didengar dan menjadi inspirasi bagi banyaknya perempuan yang terhimpit strata. Sudah banyak perempuan yang sukses menerobos dinding kedap suara.
Ini menjadi bukti kuat bahwa perempuan juga mampu dan menjelma sebagai sosok baru yang membawa perubahan. Dunia tanpa batas menjadi pijakan para perempuan menapakkan eksistensi jejak kakiknya dalam berbagai hal, seprti dalam dunia perpolitikan di Indonesia.
Indonesia mencatat beberapa nama-nama pejuang perempuan yang menebar pesona kegagahan, seperti Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang hingga Kartini.
“Perempuan juga memiliki banyak andil dalam pembangunan ke arah kemajuan yang diharap-harapkan. Salah satu pencapaian perempuan dalam hal pembangunan adalah berperan di dunia politik,” kata Wakil Wali Kota Singkawang, Irwan saat memberikan pemahaman mengenai hak dan kewajiban perempuan sebagai warga negara Republik Indonesia dalam membangun etika dan politik di Aula Badan Kesbangpol Singkawang, Selasa (6/4/2021).
Peranan perempuan memberi warna tersendiri di dalam dunia politik. Tidak sedikit perempuan Indonesia berlomba-lomba mengasah ketajaman karya untuk melahirkan pembangunan
Di mata Irwan, perlu adanya kegiatan-kegiatan yang mendorong perempuan, khususnya di kota Singkawang, untuk mendukung program gemar membaca. Melalui warisan bacaan, perempuan-perempuan yang bergelut di rumah tangga dapat memperjuangkan inovasinya. Ia meminta agar perempuan menjadi contoh dalam membangun minat membaca sebagai warisan turun-temurun dalam lingkup keluarga.
Sekedar membagi pengalaman, Ia bercerita bahwa nantinya akan banyak pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah kota Singkawang. Ia berharap dalam setiap program pembangunan yang ada, masyarakat kota Singkawang, khususnya perempuan, tidak hanya menjadi penonton.
“Pembangunan Bandara kota Singkawang membutuhkan banyak partisipasi dari berbagai kalangan. Nantinya, akan banyak potensi-potensi usaha inovatif yang bermunculan. Saya harap SDM kota Singkawang tidak hanya menduduki posisi bawahan. Untuk berada di posisi kepemimpinan, sangat penting untuk menggiatkan kembali kegemaran membaca.” ujarnya.
Irwan memberikan tantangan kepada perempuan-perempuan kota Singkawang untuk menantang batas kemampuan demi meraih yang sebelumnya hanya sebatas lamunan. Selayaknya Ibu di lingkungan keluarga, ketajaman mata wanita di dunia politik menjadi ambisi perpaduan warna yang perlu diwujudkan.
Sejauh ini, bagi perempuan sekedar membuat pilihan saja sudah menantang. Perempuan kerap didera perasaan bersalah walaupun tujuannya mulia. Tidak jarang perempuan menjadi minder karena mengganggap dirinya sendiri lemah.
Sebuah tantangan ambisi berkontradiksi menantang tradisi dimana perempuan selalu berada di kelas kedua. Pilihan menjadi pemimpin bagi kemajuan negeri akhirnya dikesampingkan. Stigma wanita bersekolah tinggi tidak akan laku membuat perempuan menjadi kaku.
Mereka yang berambisi seringkali dihindari, bahkan tidak jarang dihujani caci maki. Sejatinya, perempuan adalah sosok multitafsir dimana ia bisa menjadi ibu rumah tangga, istri, dan bahkan pemimpin yang melahirkan generasi bangsa yang tangguh.
Menjadi perempuan yang aktif di dunia politik mengasah kepiawaian mawas diri dalam menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri, karena harga diri tidak ditentukan oleh orang lain. Untuk menoreh prestasi, perempuan harus paham akan sesuatu yang hendak dikejar dan direalisasikan.
Mereka (perempuan) yang namanya tercatat sebagai tokoh sejarah dunia memahami akan makna dari percaya diri. Percaya diri menuntut kesadaran untuk menghargai diri sendiri. Gagal percaya diri secara tidak langsung menjatuhkan fondasi harga diri. Maka dari itu, sudah selayaknya perempuan saling bahu-membahu untuk menopang negeri dan menembus batasan ruang yang didominasi laki-laki.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…