KalbarOnline, Pontianak – Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Baitul Quran yang diasuh oleh KH. Helmi Amin, alumni Tebuireng Jombang, pada hari Ahad pagi (05/06) dipenuhi oleh para ulama, kiai, habaib, dan pengasuh pondok pesantren dari berbagai daerah. Para tokoh agama ini berkumpul dalam rangka Silaturrahim Wilayah.
“Kami mengundang para tokoh alim ulama, kiai, habaib, dan pengasuh pondok pesantren, khususnya yang berlatar belakang ormas Nahdhatul Ulama dalam rangka memberikan pemikiran dan masukan terkait rencana Konferwil PWNU Kalbar yang akan diselenggarakan pada bulan Juni ini di Pontianak,” jelas Kiai Helmi selaku tuan rumah.
Sebagai bagian dari jam’aah NU, apalagi pihaknya merupakan para alumni pondok pesantren Jombang, tempat di mana NU didirikan oleh Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari, berinisiatif mengajak seluruh kalangan ulama Kalbar untuk ikut memikirkan masa depan NU di Kalbar ini melalui Forum Silaturrahim (Forsil) ini.
“Momennya pas menjelang Konferwil PWNU Kalbar yang informasinya akan diadakan pada bulan ini (Juni),” kata Kiai yang juga pernah mengajar di Ponpes Assalam, Pal Lima Pontianak ini.
Bersama dengan Kiai Helmi, ada juga KH. Luqmanul Hakim, sesama alumni Tebuireng yang menjadi inisiator kegiatan ini.
“Peserta silaturrahim ini tidak hanya dari kalangan alumni pondok Tebuireng, tapi juga dari pelbagai pesantren di Jawa, maupun pada Habaib dan ulama lulusan Timur Tengah yang beraliran Aswaja,” kata Kiai Luqman yang aktif melatih para qori dan jadi juri MTQ di wilayah Kalbar.
Ini pertemuan alim ulama, habaib, dan pengasuh ponpes lintas alumni pesantren dan wilayah se-Kalbar.
“Mereka semua bersedia hadir atas dasar pemikiran yang sama, yakni ingin membangkitkan kembali NU di Kalbar ini sebagaimana diinginkan oleh para pendiri NU, yakni agar NU diisi oleh santri yang mampu mengibarkan aliran Aswaja,” tegas Kiai Luqman.
Dalam pertemuan ini, banyak tokoh ulama hadir dan tidak asing dalam kiprah dakwah dan pendidikannya di Kalbar ini, antara lain dari adalah Habib Jakfar, KH. Fauzy Mighfaza, KH. Abdul Wahhab (Pengasuh Ponpes Mahyajatul Qurro), KH. Zainuddin Ahmad (Pengasuh Ponpes Assalam), KH. Abdul Syukur (Katib Syuriah PWNU 2011-2016), dan KH. M. Faishol Maksum (Pengasuh Ponpes Al Ghufron).
Kemudian KH. Zulkarnain (Pengasuh Ponpes Al Ihsan), Kiai Junaidi (Pengasuh Ponpes Madrasatul Qur’an), TGH. Zakaria (Pengasuh Ponpes Al Fathonah), KH. Ahmad Muzayyin (Pengasuh Ponpes Al Mukhlisin), dan KH. Syadzili (Pengasuh Ponpes Darul Lughoh war Rahmah).
Dalam kesempatan itu, Abah Jalal, sapaan akrab KH. Jalaluddin, menyampaikan permintaan dukungan dari para alim ulama untuk mendukung H. Andi Syafrani, maju mencalonkan diri sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Kalbar.
“Saya tahu persis beliau adalah santri, dan PWNU Kalbar ke depan harus dipimpin oleh santri,” tegasnya.
Menerima mandat yang besar ini, Andi Syafrani, santri lulusan Jombang, menyampaikan bahwa ini adalah amanah yang sangat besar.
“Tak terbayangkan sebelumnya dalam lintasan hidup saya akan menerima amanah ini. Terhadap para kiai, ulama, habaib, posisi saya sebagai santri adalah Sam’an Wa Tho’atan dan saya niatkan ini hanya untuk khidmah kepada NU, kepada Hadratus Syeikh dan para mu’assisin NU, serta khidmah kepada agama, bangsa dan negara, dan tentunya khidmah kepada para guru,” kata Andi dalam sambutannya.
“Urusan menang kalah dalam Konferwil adalah dalam kekuasaan Allah. Tapi doa dan restu dari para masyaikh di sini adalah bekal utama saya dan saya yakini sebagai kekuatan dalam menjalankan takdir Allah,” tegas Andi.
Yang terpenting adalah dengan adanya kegiatan ini, para ulama Kalbar mencoba ikut berkontribusi dalam upaya membangun NU Kalbar yang lebih baik ke depan.
Forum ini, kata dia, merupakan wujud kongkrit kontribusi ulama Kalbar dalam memikirkan dan ingin melihat NU Kalbar ke depan lebih berkibar dan menjadi kiblat gerakan dakwah Islam di Kalbar untuk kemaslahatan umat Islam dan penduduk Kalbar.
Ulama Sebagai Roh NU
Dalam kesempatan tersebut, Andi yang juga merupakan dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengingatkan bahwa NU sebagai sebuah tubuh terdiri dari jasad yang berupa organisasi NU, dan ruh berwujud para ulama.
Tanpa adanya ulama, NU akan kehilangan ruh. Formalisasi keberadaan ulama ini sebagai pilar utama dalam tubuh NU direpresentasikan dalam Ahlul Halli Wal Aqdi.
Mereka ini menjadi ruh utama kehidupan NU yang dipilih dengan kriteria khusus seperti memiliki akhlak mulia, tawadhu’, memiliki integitas, berpengaruh, alim, muharrik/penggerak, munazzim/memiliki kemampuan organisasi, wara’, dan zuhud.
“Mereka ini penjaga moralitas NU dan simbol keulamaan NU. Namanya juga Nahdhatul Ulama, artinya kebangkitan ulama. Yang jadi subjek utama dalam NU karenanya adalah adalah ulama. Tentunya ulama dalam kriteria tadi,” jelas Andi.
Tohiddin, selaku Ketua PCNU Sekadau, mengafirmasi perlunya menghidupkan kembali ruh PWNU Kalbar melalui ulama.
“Dengan adanya silaturrahim alim ulama ini terasa kembali hadirnya ruh NU yang didirikan oleh masyaikh dan ulama di tahun 1926,” tambahnya.
“Saya yakin para ulama NU di Kalbar sangat mencintai NU dan ingin wajah NU Kalbar ke depan lebih baik, dan akan lebih mengedepankan konsep dakwah untuk memperkuat Aswaja di bumi Borneo ini, sesuai dengan arahan PBNU dan para kiai yang selama ini menjadi garda terdepan dalam gerakan ini. Saya melihat sosok Andi Syafrani bisa mewujudkan itu,” pungkas Tohiddin.
Wajah PWNU Kalbar ke Depan
Kiprah Andi secara struktural di NU dimulai saat dirinya mendapatkan beasiswa dan melanjutkan kuliah pascasarjana di Australia. Saat itu Andi diminta terlibat di PCI ANZ bersama-sama Gus Nadirsyah Hosen selaku Rois Syuriah.
Setelah pulang mengajar di almamaternya di UIN Ciputat, Andi lebih banyak membantu kegiatan NU di PCNU Jaksel, dan sempat bersama-sama sahabatnya TB. Ace Hasan Syadzily dilibatkan dalam struktur GP Ansor Pusat, saat dipimpin oleh Nusron Wahid.
“Saya belum dikenal oleh para sahabat pengurus NU di Kalbar, meskipun saya lahir di Pontianak,” terang Andi.
Karenanya, akunya, dia butuh banyak bersilaturrahim dengan pengurus PCNU di Kalbar. Setelah acara Silaturrahim ini, Andi berharap dirinya dapat diterima oleh para pimpinan PCNU se-Kalbar.
“Mudah-mudah segera bisa bertemu dan diterima oleh seluruh Rois Syuriah maupun Ketua Tanfidziyah PCNU seluruh Kalbar dalam waktu dekat ini,” pinta Andi.
Ketika ditanya apa yang akan menjadi langkahnya ke depan untuk memajukan PWNU Kalbar.
Pertama, dirinya ingin menjalankan perintah dan dawuh sesepuh dan ulama yang memberikan mandat untuk maju sebagai calon Ketua Tanfidziyah dalam Konferwil PWNU Kalbar.
“Ini penting, karena sebagai santri, menaati perintah guru merupakan adab mulia dan sikap santri. Saya harus bisa menjadi jembatan antara jama’ah dengan jam’iyyah. Dengan latar belakang saya sebagai santri, diharapkan saya lebih mengerti “bahasa pesantren”, yang mana pesantren ini merupakan pondasi utama NU, khususnya dalam menjaga manhaj Aswaja di bumi Borneo ini,” kata Andi.
Secara programatik, urai Andi lebih lanjut, PWNU mestinya mengikuti dan menjalankan visi dan misi yang telah dicanangkan oleh PBNU.
“Karena bersifat struktural hirarkis, tentunya salah satu tugas PWNU ini adalah menyukseskan visi dan misi PBNU. Harus segaris dengan PBNU. Tentunya dengan penyesuaian dan kebutuhan terkait dinamika persoalan lokal di sini,” kata Andi.
“Apa yang disampaikan oleh Rois ‘Am PBNU merupakan arahan yang harus diterima dengan sam’an wa tho’atan. Demikian juga perintah dari Ketum PBNU merupakan amar yang harus dilaksanakan. Ini penting saya tegaskan karena dengan singkronisasi arahan ini NU akan berjalan tertib dan rapi secara kelembagaan,” sambung Andi.
“Saya ingin juga PWNU memiliki kantor permanen yang bisa digunakan untuk seluruh aktivitas warga NU melanjutkan penjelasannya. Demikian juga untuk seluruh struktur NU di kabupaten, kota, hingga kecamatan,” kata Andi lagi.
Seperti misalnya wilayah lainnya, diharapkan hingga ke MWC NU se-Kalbar, ada sekretariat permanen. Dengan demikian seluruh kegiatan NU hingga ke level desa/kelurahan dapat menggunakan kantor yang ada.
Kegiatan ini ditujukan untuk menjaga, melestarikan, menyebarkan paham Aswaja. Selain itu, kantor itu semua menjadi center of da’wah baik dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, serta keagamaan. Dengan demikian NU akan dirasakan kemanfaatannya bagi ummat, khususnya warga Nahdhiyin di mana di Kalbar ini.
Menurut Andi, modal dasar kekuatan NU di Kalbar ini sudah ada dan sangat besar, yakni tradisi keagamaan umat Islam yang sesuai dengan ajaran Aswaja.
Hanya saja, belum semua umat Islam pengamal tradisi tersebut menjadi bagian dari NU. Inilah tantangan yang harus bisa dijembatani dengan dakwah ulama NU dan difasilitasi oleh pengurus struktural NU di tingkat apapun.
“Kalau ini sudah klop, gerakan dakwah NU dalam bidang lainnya seperti ekonomi, pendidikan, dan sosial akan lebih gampang diwujudkan. Sebab inti dari gerakan NU adalah pada aspek keagamaan. Jika di sisi ini bisa berjalan baik, insya Allah di bidang lainnya akan gampang. Anggap saja lainnya itu bonus dan berkah karena dakwah agama illahi ta’ala yang ikhlas,” pungkas Andi. (*)
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…