Menengok Warisan Sarawak Berabad Silam di Borneo Culture Museum

KalbarOnline, Sarawak – Rombongan jurnalis dari berbagai media di Kalbar berkesempatan mengunjungi Borneo Culture Museum atau Museum Budaya Kalimantan di Sarawak, Rabu (20/03/2023) siang. Perjalanan kali ini guna menengok sejarah peradaban berabad silam dari masyarakat yang dulunya dikenali sebagai warga Borneo Utara tersebut.

Borneo Culture Museum ini cukup mudah untuk ditemukan, lantaran letaknya yang berada tengah Kota Kuching atau tepatnya di Jalan Tun Abang Haji Openg, 93400 Kuching, Sarawak, Malaysia.

Museum ini dibangun di atas lahan seluas 31.000 meter persegi dan menjadi salah satu museum terbesar di Asia Tenggara. Museum ini baru diresmikan pada tanggal 9 Maret tahun 2022.

Sesuai citranya, Borneo Culture Museum ini menyimpan banyak benda-benda bersejarah, khususnya sejarah Sarawak. Seperti sejarah Pasar Sarawak, peradaban masyarakat Serawak hingga benda-benda kuno yang usianya sudah ratusan tahun.

Beberapa benda atau artefak bersejarah di Borneo Culture Museum telah berusia ratusan tahun. (Foto: Jauhari)
Beberapa benda atau artefak bersejarah di Borneo Culture Museum telah berusia ratusan tahun. (Foto: Jauhari)

Selain itu, museum ini juga menampilkan berbagai informasi sejarah–mulai dari era Kesultanan Brunei, pemerintahan keluarga James Brooke, masa penjajahan Jepang, pemerintahan Kerajaan Inggris, hingga akhirnya merdeka.

Kendati istilah museum lekat dengan benda-benda kuno, namun secara tampilan, bangunan yang memiliki 5 lantai itu justru tidak seperti museum kebanyakan, bangunannya lebih mirip seperti mal atau bahkan hotel mewah.

Museum ini turut menyuguhkan berbagai pameran dan aktivitas edukasi menarik, di mana hampir semua atraksinya memadukan budaya dan teknologi yang modern, sehingga jauh dari kesan membosankan.

Dalam kunjungan ini, para awak media ditemani oleh seorang agen travel yang ditunjuk oleh Sarawak Tourism Board (STB), Pitter Tan.

Salah seorang pengunjung tengah melihat benda-benda atau artefak bersejarah di Borneo Culture Museum. (Foto: Jauhari)
Salah seorang pengunjung tengah melihat benda-benda atau artefak bersejarah di Borneo Culture Museum. (Foto: Jauhari)

Setibanya di pintu depan museum, Pitter pun mempersilakan para “kuli tinta” ini untuk masuk dan menunggu sejenak di lobby, sembari ia mengurus tiket masuk wisatawan di loket lantai dasar. Tak lama kemudian, Pitter kemudian mengajak rombongan jurnalis untuk menaiki eskalator, dari lantai satu ke lantai berikutnya.

Seperti disinggung sebelumnya, museum ini terdiri dari 5 lantai, di mana pada lantai pertama terdapat beberapa ruang, diantaranya Temporary Exhibition Gallery, Museum Auditorium, Museum Function Room, Museum VIP Lounge, Museum Shop, Museum Restaurant.

Baca Juga :  Derita Pria Inggris Akibat Long Covid, Makanan Terasa Darah dan Logam

Kemudian di lantai kedua, terdiri dari Children’s Gallery (galeri anak-anak), Love Our Rivers (Sayangi Sungai Kita), Arts & Craft (Seni dan Keterampilan).

Sementara di lantai tiga, terdapat Permanent Gallery, In Harmony with Nature (Coastal, Rainforest, Highlands) dan Museum Education Room 3.

Berbagai benda atau artefak di Borneo Culture Museum menyimpan berbagai sejarah peradaban berabad-abad silam. (Foto: Jauhari)
Berbagai benda atau artefak di Borneo Culture Museum menyimpan berbagai sejarah peradaban berabad-abad silam. (Foto: Jauhari)

Untuk di lantai empatnya, berisi Permanent Gallery, Time Changes (Cave Discoveries, and Borneo Empires), Sejarah Pembentukan Sarawak, Multipurpose Room 2 dan Museum Education Room 4.

Terakhir, lantai lima yang terdiri dari Permanent Gallery, Objects of Desire (Trade of Craftsmanship, Powerful Designs, and Status) serta Museum Education Room 5.

Di atas ekspektasi kebanyakan orang, Borneo Culture Museum membuat kesan dalam, edukatif dan mengagumkan. Benda serta atraksi yang diperkenalkan pun dikemas secara menarik.

Tak ayal, jika Sucia Lucinda, salah seorang wisatawan asal Kalbar, sangat merekomendasikan bagi siapa saja yang berkunjung ke Sarawak untuk tidak melewatkan tempat yang satu ini.

Beberapa benda atau artefak bersejarah di Borneo Culture Museum telah berusia ratusan tahun. (Foto: Jauhari)
Beberapa benda atau artefak bersejarah di Borneo Culture Museum telah berusia ratusan tahun. (Foto: Jauhari)

“Borneo Culture Museum jadi satu tempat paling recommended untuk dikunjungi dari sekian banyak destinasi wisata di Sarawak,” kata Suci spontan kepada wartawan.

Suci mengaku kagum dengan fasilitas yang disuguhkan Borneo Culture Museum. Perpaduan unsur-unsur warisan budaya dan teknologi modern yang apik membuat pengunjung seperti dirinya berhasrat untuk mengeksplorasi lebih lantai demi lantainya.

“Di lantai 4 terdapat sebuah buku digital seukuran ruangan yang berisikan tentang sejarah kehidupan yang ada di Sarawak. Uniknya buku ini dapat dipindah-pindah halamannya hanya dengan menggunakan sensor gerak tubuh,” ucap Suci, sapaan perempuan ini.

“Jujur, sangat takjub dengan yang ditampilkan di dalam Borneo Culture Museum ini. Banyak pengetahuan yang saya dapat,” tutur Suci menambahkan.

Pemandangan malam hari air mancur Darul Hana Musical yang berada persis di depan kawasan Kuching Waterfront Sarawak
Pemandangan malam hari air mancur Darul Hana Musical yang berada persis di depan kawasan Kuching Waterfront Sarawak (Foto: Jau/KalbarOnline.com)

Kuching Waterfront

Puas menyusuri sisi-sisi “gua sejarah” dalam dekapan Borneo Culture Museum, rombongan kemudian kembali ke masa kini. Pitter Tan membawa rombongan jurnalis bertandang ke Kuching Waterfront. Salah satu tempat kongkow paling populer di ibu kota negara bagian Sarawak, Malaysia.

Baca Juga :  Malaysia Buka Perbatasan Darat, Kadiskes Kalbar: PPLN Akan Tetap Jalani Entry Test

Sebagaimana yang diulas oleh KalbarOnline.com sebelumnya, bahwa suasana Kuching Waterfront ini lebih mirip seperti tepian sungai di negeri Melaka, namun Sungai Sarawak memang lebih besar dan luas.

Bedanya lagi, kalau keramaian di tepian sungai Melaka lebih terasa pada siang hari, sementara keramaian di Kuching Waterfront akan lebih dinikmati pada malam hari.

Kuching Waterfront membentang sekitar 900 meter di sepanjang tepi selatan Sungai Sarawak. Di sepanjang kawasan itu berjajar warung makan, restoran, bistro dan pedagang kaki lima. Di sekitarnya juga berdiri bangunan-bangunan era kolonial yang telah dirancang ulang untuk kebutuhan di era modern saat ini.

Bangunan-bangunan tersebut diantaranya adalah Museum Sejarah Cina, Sarawak Steamship Building dan Square Tower.

Pemandangan indah yang disuguhkan jika berkunjung ke Kuching Waterfront, di sekitarnya terdapat landmark dan pemandangan indah (Foto: Jau/KalbarOnline.com)

Kuching Waterfront juga menawarkan pemandangan tepi utara sungai, dengan bangunan Astana sebagai rumah dinas gubernur dan Fort Margherita yang tampak menonjol dengan eksterior putihnya. Kemudian ada Gedung Legislatif Negara Bagian Sarawak yang mengesankan kekuatannya dalam mendominasi cakrawala.

Di sekitarnya, juga berkumpul pemukiman suku Melayu yang dinamakan Kampung Melayu. Tempat ini mengisahkan sepotong warisan Sarawak yang berasal dari masa pemerintahan keluarga James Brooke. Sir James Brooke sendiri adalah Raja Putih pertama Kerajaan Sarawak.

Pada malam hari, air mancur Darul Hana Musical hadir dengan tampilan penuh warna. Tepat di sebelah air mancur ini, terbentang Jembatan Darul Hana. Jembatan gantung untuk pejalan kaki berbentuk S ini dibuka untuk umum pada bulan November 2017.

Kemudian Masjid Terapung yang terinspirasi dari Timur Tengah juga dapat kita nikmati dari kawasan waterfront. Pengalaman matahari terbenam sangat memikat, dengan kita memandang tenggelamnya matahari di balik Gunung Serapi.

Saat bulan Ramadhan biasanya kawasan ini akan semakin ramai dengan pedagang makanan. Kue lapis khas Sarawak yang legit dan cantik juga biasa kita temui di kawasan ini. (Jau)

Comment