KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalbar, Sutarmidji mendorong Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) menggelar rembuk politik menjelang pemilihan umum 2024 mendatang. Hal itu bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang seluk beluk dan pendewasaan berpolitik di tengah masyarakat yang majemuk.
“Tidak ada orang, anak bangsa ini yang bisa menghindar dari hiruk pikuk perpolitikan. Gak ada. Setidak-pedulinya orang, pasti dia akan bersentuhan (dengan politik),” ujarnya saat membuka Musyawarah Besar (Mubes) ke-VI MABM Provinsi Kalbar di Pendopo Gubernur Kalbar, Jumat (02/06/2023).
Oleh karenanya Sutarmidji berharap, siapapun yang bakal menahkodai MABM Kalbar ke depan, harus menjadikan rembuk politik ini sebagai “tradisi baru” untuk memperkaya pemahaman masyarakat tentang dunia politik.
“Saya mengajak MABM, siapapun nanti yang menahkodainya harus melakukan rembuk politik, untuk pendewasaan berpolitik, dan pemahaman tentang seluk beluk perpolitikan dalam masyarakat majemuk,” ujarnya.
Karena menurut Sutarmidji, pada model masyarakat yang heterogen seperti di Kalbar ini, maka rembuk politik sangat penting untuk dilakukan, guna menghindari terjadinya gesekan-gesekan atau kesalahpahaman dalam proses maupun tujuan berpolitik itu sendiri.
“Kalau masyarakat yang homogen lebih gampang, kalau heterogen (majemuk) tidak gampang. Karena politik itu ujungnya adalah ingin memenangkan satu kontestasi maupun apapun, tapi kita harus bisa melakukan itu dengan santun,” jelasnya.
Kembali Sutarmidji menekankan, rembuk politik atau boleh dikatakan sebagai pendidikan politik sangat penting dilakukan, terlebih juga kepada politisi-politisi muda Melayu, supaya mereka tidak salah langkah, dalam setiap kompetisi apapun.
“Tapi siapapun boleh, cuma harus disiapkan supaya dia memahami ketika dia sudah menjadi pemenang dalam satu kompetisi, dia paham apa yang harus dibuat dan dikerjakan,” kata Sutarmidji.
Dengan demikian, maka siapapun yang akan terpilih, pada level apapun, baik dewan maupun kepala daerah, setidaknya dia sudah dibekali dengan pendidikan politik yang baik, sehingga hal itu akan berpengaruh pada tindakan-tindakan yang bersangkutan setelah ia duduk terpilih.
“Sehingga orang bisa menilai (komparasi) ketika dia memimpin. Itu yang kita harapkan. Saya yakin MABM punya orang yang mumpuni,” kata Sutarmidji.
Sejalan dengan itu, dalam memasuki tahun politik seperti saat ini, Sutarmidji berharap MABM tetap bisa menjadi motor untuk melahirkan politisi-politisi yang berpolitik santun, politisi yang menjaga kebersamaan dalam keberagaman.
“Kompetisi dalam bidang politik silakan, tapi pendewasaan politik penting. Yang kira-kira tidak mampu, jangan ikut berkompetisi dalam politik. Politik bisa keras tapi tetap harus kesannya lembut, tidak menunjukkan pertentangan dan sebagainya,” camnya.
Dengan kata lain, panggung politik menurut Sutarmidji bukan adu gagahan melainkan adu gagasan, ide dan konsep.
“Adu konseplah, bukan adu yang lain, adu pemikiran, adu argumen, ide dan sebagainya,” jelasnya.
Hal itupun diamini oleh Ketua MABM Chairil Effendy. Menurutnya, rembuk politik yang disinggung Gubernur sangat penting dalam rangka memberikan pendidikan politik khususnya untuk generasi muda Melayu.
“Untuk mempersiapkan kader-kader terbaik, tidak hanya orang Melayu saja sebenarnya, tapi anak-anak di Kalbar ini, agar paham menjalankan fungsi-fungsi politik,” kata dia.
Memasuki tahun politik saat ini, Chairil Effendy menegaskan bahwa MABM memiliki peran strategis. Bukan untuk terlibat dalam politik praktis, melainkan menjaga soliditas dan harmonisasi masyarakat.
“MABM sangat berkepentingan menjaga soliditas masyarakat, agar masyarakat tidak terpolarisasi, agar masyarakat tidak mengalami segregasi sosial, dan segala macamnya. Karena apa? Kita memahami bahwa financial kapital itu penting, tapi yang lebih penting itu sosial kapital. Kalau sosial kapital tidak kuat, bangunan-bangunan besar tahun 1998 seperti di Jakarta itu satu malam (bisa) habis terbakar,” kata dia.
Dalam konteks itulah, kata dia, nasionalisme harus terus dijaga. Sebab, Chairil menganalogikan kebersamaan di tengah keberagaman bagaikan telur di ujung tanduk. Kalau goyang (dan) dibiarkan, maka akan jatuh dan pecah.
“Jadi tugas MABM dalam menjalani tahun ini dan tahun depan sebagai tahun-tahun politik itu adalah terus mengimbau masyarakat untuk menjaga soliditas, keharmonisan agar masyarakat tidak tersegregasi, terpolarisasi, solid. Apapun keputusan politik di tingkat nasional, siapa pemimpinnya kita terima. Kalau tidak suka, 5 tahun kemudian kita evaluasi kembali. Itulah konsekuensi dari sistem demokrasi yang kita terima,” pungkasnya.
Sebelumnya, Mubes ke-VI MABM Provinsi Kalbar tersebut turut dirangkai dengan kegiatan halal bihalal. Tampak hadir dalam kesempatan itu Sekda Kalbar Harisson, sejumlah pejabat pemerintahan dan tokoh lainnya. (Jau)
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…