KalbarOnline, Pontianak – Mantan Wali Kota Pontianak, Sutarmidji memberikan sejumlah catatan penting di Hari Jadi (Harjad) ke-252 Kota Pontianak, yang jatuh pada Senin tanggal 23 Oktober 2023.
Sutarmidji merupakan Wali Kota Pontianak ke-12 dengan dua kali masa periode, 22 Desember 2008 sampai 4 September 2018.
Mengawali wawancara eksklusifnya bersama KalbarOnline, pria kelahiran 29 November 1962 itu pertama-tama mengucapkan selamat harjad Kota Pontianak tahun 2023.
“Semoga di usia yang ke-252 tahun ini, Kota Pontianak semakin maju, semakin tertib, pelayanan publiknya semakin baik, semakin transparan dan semakin murah,” ucapnya, Minggu (22/10/2023) malam.
Sutarmidji lalu memberikan mukadimah dengan kembali mengingatkan, jika hendak diperas secara radikal, maka Kota Pontianak hanya menyisakan dua modal utama, Sungai Kapuas dan Tugu Khatulistiwa. Dari dua anugerah yang diberikan alam itulah segalanya dimulai.
“Karena Pontianak ini tidak ada industri, tidak ada sumber daya alam, yang ada itu hanya Sungai Kapuas dan Tugu Khatulistiwa, nah bagaimana kita me-manage itu sebagai objek wisata andalan,” katanya.
Semakin berkembang, Pontianak hingga kini dikenal sebagai kota jasa dan perdagangan. Menurut Sutarmidji, untuk mempasakkan image itu dalam-dalam, Pontianak harus mempunyai tiang pancang yang cukup kokoh sebagai tonggaknya.
“Kunci untuk daya tarik kota jasa dan perdagangan adalah kebersihan, ketertiban, keamanan, kenyamanan. Kalau itu ada, maka investor, investasi, akan terus berkembang,” ujarnya.
Namun sebaliknya, jika kota yang kini dipimpin oleh Edi Rusdi Kamtono itu abai terhadap hal-hal di atas, maka Pontianak akan sulit berkembang. Para investor bakal berbalik arah atau mungkin pamit undur diri.
“Tapi kalau di mana-mana ada kekumuhan, di mana-mana ada kemacetan, di mana-mana ada ketidaknyamanan, maka orang berpikir, ini kota jasa dan perdagangan bisa tidak menjamin investasi yang ditanamkan? Itu yang harus dilakukan (perkuat daya tarik),” ujarnya.
Lanjut dari sisi pengelolaan pemerintahan. Sebuah kota, kata Sutarmidji, dikatakan berhasil jika Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya meningkat secara signifikan. Tren peningkatan PAD ini dicap menjadi barometer utama untuk tidak dianggap sebagai “kota jenuh”.
“Kalau PAD-nya terus meningkat, artinya gerak ekonomi di daerah itu semakin baik, tapi kalau misalnya PAD-nya tidak signifikan, naik tapi tidak signifikan, apalagi turun, maka berarti terjadi kejenuhan di situ,” tutur pria yang memperoleh gelar Magister Humaniora di Universitas Indonesia tahun 1993 itu.
“Kalau itu terjadi, pemerintah kota harus melakukan evaluasi-evaluasi dari kinerja jajarannya, salah satu misalnya (soal) perizinan, cepat tidak? Murah tidak? Ada pungli tidak di situ? Ada ‘negosiasi-negosiasi’ tidak di situ?” tambah Sutarmidji.
Untuk mendukung suasana kota yang nyaman, aparat terkait juga harus sering-sering turun ke lapangan untuk memastikan kondusivitas tetap terjaga.
“Pol PP turun tidak ke lapangan? Terjadi tidak kekumuhan-kekumuhan di wilayah baru? Kemudian dinas perhubungan, (misalnya) di daerah-daerah yang sudah dilarang parkir (sekarang) terjadi tidak parkir? Tertib tidak? Disiplin tidak masyarakatnya? Nah itu sebagian dari contoh,” timpalnya.
Kemudian dari sisi kesehatan, apakah rumah sakit-rumah sakit yang ada saat ini sudah semakin bagus pelayanannya dan semakin nyaman. Maksud Sutarmidji, Pemerintah Kota Pontianak juga harus terus memperhatikan hal-hal yang mendasar bagi warganya.
“Kita lihat sekarang trennya apa? Oh kota itu kota hijau, nah Pontianak dulu punya aplikasi Sippohon, tapi saya lihat tidak berkembang lagi, makanya saya ambil alih (saat menjadi Gubernur Kalbar). Saat ini aplikasi Sippohon itu menjadi merek kita di provinsi dan sudah menjadi pembicaraan oleh menteri lingkungan hidup, menteri perekonomian, dan lain sebagainya,” kata dia.
“Bahkan kita kembangkan lagi (aplikasi Sippohon), terjadilah (inovasi) penanaman mangrove melalui aplikasi dan sebagainya,” sambung Sutarmidji.
Di ujung wejangannya, Sutarmidji kembali mengharapkan agar jajaran Pemerintah Kota Pontianak selalu melakukan evaluasi terus menerus. Karena kalau tidak, ia khawatir kota itu bakalan mundur dan bahkan kalah bersaing dengan wilayah-wilayah kota tetangganya sendiri.
“Evaluasi, evaluasi dan evaluasi—dari kondisi kota saat ini. Karena jangan sampai, Pontianak sebagai kota jasa dan perdagangan kalah nanti bersaing dengan daerah-daerah perkotaan Kubu Raya dan Mempawah,” pungkasnya. (Jau)
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…