KalbarOnline, Pontianak – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Erna Yulianti memastikan bahwa sampai saat ini belum ada laporan terkait kasus cacar monyet atau dikenal dengan istilah monkepox, di wilayah Kalbar.
Kendati demikian, dirinya tetap mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap waspada dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat saat mengalami gejala.
“Untuk gejala sendiri, cacar monyet ini mirip dengan cacar air, namun dengan kondisi lebih ringan. Adapun gejala awal yang dapat timbul, dimulai dari demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan,” ungkap Kadiskes Kalbar baru-baru ini.
Erna memaparkan, perbedaan antara gejala cacar air dan cacar monyet yang paling utama adalah cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati), sedangkan cacar air tidak.
Selain itu, dirinya juga menjelaskan, untuk masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar mulai dari 6 sampai 13 hari, namun tak menutup kemungkinan dapat terjadi dalam 5 sampai 21 hari.
“Berkaca dari investigasi Kemenkes RI, pada Oktober 2023 sudah ada 14 kasus terkonfirmasi cacar monyet, yang seluruh penderitanya laki-laki dan penularan terjadi dikarenakan kontak seksual,” tegasnya.
Selain itu, virus cacar monyet ini juga dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus. Kemudian virus juga dapat melewati plasenta dari ibu hamil ke janin.
“Virus cacar monyet juga dapat menyebar dari hewan ke manusia melalui gigitan/cakaran hewan terinfeksi, dan dapat pula menular melalui kontak langsung cairan tubuh atau luka pada orang terinfeksi,” tambahnya.
Lebih jauh, untuk penanganan monkeypox di wilayah Kalbar, Erna mengungkapkan, kalau sampai saat ini pihaknya juga masih menunggu arahan dari Kemenkes RI. Termasuk terkait petunjuk teknis (juknis) vaksin monkeypox itu sendiri.
“Untuk upaya dini yang sudah kita lakukan, diantaranya melakukan koordinasi dengan dinkes kabupaten/kota guna meningkatkan kewaspadaan penyakit menular,” katanya.
“Kemudian kita juga melakukan koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan/KKP terkait masuknya orang dari pintu masuk negara baik lewat penerbangan, laut dan perbatasan,” sambung Erna.
Selain itu, Dinkes Kalbar juga terus meningkatkan surveilans epidemiologi terkait penyakit menular yang berpotensi KLB.
“Serta aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang monkeypox melalui media Elektronik dan web dinkes provinsi serta dialog interaktif melalui program Rotikab (obrolan terkini seputar kesehatan Kalbar) milik Dinkes Kalbar,” tutupnya. (Jau)
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…