KalbarOnline, Pontianak – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalbar tengah menyiapkan 10 sekolah inklusi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri sederajat. Ditargetkan, 10 sekolah tersebut sudah bisa dimulai saat tahun ajaran baru pada Juli 2024 nanti, dan akan menjadi yang pertama di Kalbar.
Kepala Disdikbud Kalbar, Rita Hastarita menyampaikan, sekolah inklusi adalah tempat di mana anak-anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan anak-anak reguler lainnya. Ia menambahkan, SMA dan atau SMK inklusi di Kalbar itu ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Disdikbud Kalbar.
Adapun kebijakan sekolah inklusi, lanjut Rita, merupakan penjabaran atau tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas, serta Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 48 Tahun 2023 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas pada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Formal, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi.
“Di tahun ini juga kami telah membuat draf Peraturan Gubernur (Pergub) tentang sekolah inklusi di Kalbar. Mudah-mudahan lancar, dan target saya di penerimaan peserta didik baru 2024 ini, akan ada 10 sekolah yang menerima anak-anak disabilitas,” terangnya, Senin (12/02/2024).
Lebih lanjut Rita juga menjelaskan, bahwa anak-anak disabilitas yang boleh mendaftar ke sekolah inklusi tersebut bisa dari lulusan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) atau SMP yang sudah menyelenggarakan inklusi.
“Jadi polanya pada saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ini kan ada 15 persen untuk kuota (jalur) afirmasi, dari 15 persen kuota afirmasi akan kami ploting dua sampai lima persen untuk anak-anak disabilitas,” jelasnya.
Karena ini merupakan tahun pertama penyelenggaraan sekolah inklusi di sekolah umum SMA atau SMK negeri, maka menurut Rita, bakal dibuatkan kluster. Untuk di awal, kemungkinan bakal menerima pelajar yang kondisinya tidak terlalu berat. Sehingga akan dilaksanakan asesmen terhadap pelajar yang mendaftar untuk sekolah inklusi.
“Misalnya anak tersebut mengenal huruf, lalu bisa membaca, bisa mengenali warna, kemudian nanti akan kami buat gambar berupa titik-titik, apakah mereka bisa menggambar segitiga dan segi empat,” katanya.
“Lalu ditambah lagi dengan tes IQ, minimal (nilainya) 70, karena kami harus asesmen juga, untuk kami ketahui seberapa mampu anak itu bergabung di kelas umum,” tambah Rita.
Dirinya pun mengatakan, para pelajar berkebutuhan khusus yang masuk ke sekolah inklusi nantinya, semuanya akan dianggap sama dengan pelajar lainnya. Karena itu pihaknya bakal menyiapkan tenaga pengajar khusus sebagai pendamping untuk 10 sekolah inklusi tersebut.
“Pada Maret nanti kami akan bekerja sama dengan BPSDM Kalbar, kami akan melatih 40 guru pendamping, kemudian di satu sekolah akan ada sekitar empat guru untuk menjadi guru pendamping,” ujarnya.
Selain guru pendamping, di sekolah inklusi, pelajar berkebutuhan khusus juga akan didukung dengan pendamping sebaya. Untuk pendamping sebaya, bakal diambil dari teman sekelas, yang kemudian diberikan pelatihan khusus.
“Karena kadang anak-anak itu mungkin curhatnya, lalu mau didampingi tidak oleh guru, tetapi oleh teman sekelasnya. Nanti akan ada pendamping sebaya. Ini akan kami siapkan karena pada Juli (tahun ajaran baru) kami akan menerima anak-anak disabilitas,” tutur Rita.
Disampaikan Rita, memang tidak semua lulusan SMPLB bisa masuk ke sekolah inklusi. Mengingat penyandang disabilitas cukup beragam. Baik keterbatasan secara fisik, intelektual, mental, sensorik, netra, rungu, wicara dan lainnya.
Oleh karena itulah, lanjutnya, perlu adanya asesmen atau seleksi untuk bisa bergabung ke sekolah umum yang sudah menerapkan inklusi tersebut.
“Ini kami harapkan menjadi salah satu (cara) peningkatan kualitas pendidikan di Kalbar. Ini juga pertama kali (di Kalbar), kami selenggarakan,” katanya.
Lalu untuk rapornya, kata Rita, akan ada rapor khusus. Para penyandang disabilitas yang masuk sekolah inklusi juga dipastikan tak akan pernah tinggal kelas.
“Misalnya kalau anak yang normal rapornya di dalam satu materi harus memahami betul, kalau anak-anak (berkebutuhan khusus) ini nanti tidak sampai memahami secara detail. Nanti kami akan buatkan rapor khusus,” terangnya.
Rita melihat, kalau sejauh ini memang tidak semua anak disabilitas harus masuk ke SLB. Karena ada yang dianggap bisa bergabung dengan anak-anak normal, meski tetap harus mendapat sentuhan yang sedikit berbeda. Tetapi yang pasti dengan hadirnya sekolah inklusi ini, mereka bisa meningkatkan kompetensinya.
“Kami ingin angkat mereka ini sama posisinya dengan anak-anak yang normal. Sehingga dengan bergabung dengan anak yang normal, saya harapkan mereka setelah keluar dari satuan pendidikan bisa mandiri, dan bisa lebih memiliki kompetensi. Mudah-mudahan ikhtiar kami ini berhasil,” harapnya.
Terkait hal ini pula, Rita juga mengajak pemerintah daerah kabupaten/kota se-Kalbar agar menerapkan hal serupa. Terutama untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan SMP yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
“Mudah-mudahan setelah kami mengadakan sekolah inklusi, juga ada SD inklusi, SMP inklusi, jadi bisa terus naik jenjang, dari SD dan SMP inklusi, kemudian melanjutkan ke SMA dan SMK inklusi,” ucapnya. (Jau)
KalbarOnline, Putussibau – Polres Kapuas Hulu menggelar apel pergeseran pasukan sekaligus pengecekan sarana dan prasarana…
KalbarOnline, Azerbaijan - Pemerintah Indonesia melalui Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia, Hashim Djojohadikusumo berhasil memikat…
KalbarOnline, Ketapang - Kecelakaan lalu lintas tragis terjadi di Jalan Trans Kalimantan, tepatnya di daerah…
KalbarOnline, Ketapang - Bupati Ketapang, Martin Rantan menghadiri Pagelaran Seni Budaya Melayu "Pawai Astagune Raksasa…
KalbarOnline, Ketapang - Pj Sekretaris Daerah Kabupaten Ketapang, Donatus Franseda menghadiri senam massal dalam rangka…
KalbarOnline, Ketapang - Dewan Pertimbangan Partai Golkar Ketapang, Martin Rantan menegaskan, pasangan calon bupati dan…