KalbarOnline.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa yang cerah pada perdagangan Senin (2/09/2024), meskipun data ekonomi terbaru di Indonesia kurang menggembirakan. Berdasarkan laporan dari RTI, IHSG ditutup menguat sebesar 0,31% ke posisi 7.694,53, meski gagal bertahan di level psikologis 7.700.
Meskipun demikian, IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH), setelah sebelumnya mencetak ATH pada akhir pekan lalu di posisi 7.670,73. Pada perdagangan hari ini, nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan volume perdagangan mencapai 16,8 miliar lembar saham yang diperdagangkan lebih dari 1,2 juta kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 351 saham menguat, 243 saham melemah, dan 200 saham stagnan.
Sektor teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 3,82%. Sementara itu, emiten telekomunikasi BUMN, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I, menyumbang 9,6 poin indeks.
Penguatan IHSG terjadi di tengah rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan, seperti data aktivitas manufaktur Indonesia yang tergambar pada Purchasing Manager’s Index (PMI) periode Agustus 2024. S&P Global melaporkan bahwa PMI manufaktur Indonesia jatuh ke angka 48,9, menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, setelah sebelumnya tercatat 49,3 pada Juli 2024.
Ambruknya PMI manufaktur ini menjadi perhatian serius karena sektor manufaktur merupakan salah satu penyumbang utama perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Penurunan yang terus-menerus dalam PMI ini bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan turun jabatan pada Oktober mendatang.
Selain itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia kembali mencatat deflasi sebesar 0,03% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus 2024. Ini adalah deflasi keempat sepanjang tahun ini, yang umumnya disebabkan oleh turunnya harga komoditas komponen harga bergejolak.
Meski begitu, ada harapan bahwa IHSG akan mencatat kinerja positif sepanjang September, meskipun biasanya September dikenal dengan efek September Effect yang cenderung membuat pasar lesu. Harapan ini muncul dari kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), yang mungkin akan mulai memangkas suku bunga pada September ini. (Jau)
KalbarOnline - Girl group asal Korea Selatan, Cignature resmi bubar pada Selasa, 3 Desember 2024, setelah…
KalbarOnline – Aktor asal Korea Selatan, Park Min Jae dikonfirmasi meninggal dunia pada Senin (2/12/2024), pada…
KalbarOnline - Rizky Febian dan Mahalini harus memenuhi syarat untuk melaksanakan pernikahan ulang setelah permohonan sidang…
KalbarOnline - Menstruasi sering kali membuat tubuh terasa lemas dan tidak nyaman. Namun, olahraga ringan…
KalbarOnline, Pontianak - Kontrak proyek pembangunan yang kerap menumpuk di penghujung tahun anggaran menjadi sorotan…
KalbarOnline, Pontianak - Panitia pelaksana Imlek dan Cap Go Meh Kota Singkawang melakukan audiensi ke…