KALBARONLINE.com – Aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) kembali marak di Desa Semerangkai, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau. Berdasarkan informasi yang diterima KALBARONLINE, tambang emas ilegal yang dipusatkan di kawasan sungai desa tersebut telah berlangsung setidaknya selama sepekan terakhir.
Terpantau, puluhan lanting tambang milik penambang tradisional beroperasi secara terang-terangan di badan Sungai Kapuas. Selain mencemari lingkungan, kegiatan ini juga dinilai merugikan negara karena tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap penerimaan negara dari sektor sumber daya alam.
Padahal, penolakan terhadap PETI sudah berulang kali disuarakan, baik oleh warga tempatan, aktivis lingkungan, hingga kalangan akademisi. Namun kegiatan yang disebut-sebut dikendalikan oleh oknum pengurus ini tetap berlangsung.
“Setiap lanting dimintai pungutan keamanan sekitar Rp30 juta per bulan,” ungkap sumber KALBARONLINE. Dengan jumlah lanting aktif yang diperkirakan mencapai 35 unit, pungutan tersebut dapat mencapai lebih dari Rp1 miliar per bulan.
Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya menyatakan keresahan atas dampak lingkungan dari aktivitas PETI.
“Kalau dibiarkan, ini bisa menghancurkan masa depan anak cucu kami. Sungai tercemar limbah berbahaya,” ungkapnya, Kamis (24/4/2025). Ia mendesak Pemkab Sanggau dan Polres Sanggau segera mengambil tindakan tegas.
Direktur Eksekutif Daerah Walhi Kalbar, Hendrikus Adam, turut menyoroti persoalan tersebut. Menurutnya, baik tambang legal maupun ilegal sama-sama memiliki potensi merusak.
“Namun tambang legal lebih mudah diawasi dan dituntut kontribusinya. Sedangkan PETI justru berpotensi meluas tanpa kendali jika tidak ditindak serius,” katanya.
Adam menyayangkan lemahnya penegakan hukum terhadap tambang ilegal yang justru semakin merajalela.
“Bahkan muncul dugaan keterlibatan oknum aparat dalam membekingi aktivitas ini. Kalau benar, inilah alasan utamanya kenapa aktivitas PETI sulit dihentikan,” tegasnya.
Ia menilai aparat penegak hukum dan Pemkab Sanggau belum menunjukkan keseriusan dalam menyikapi persoalan ini.
“Pekerja lokal kerap jadi tumbal saat razia, sementara aktor utamanya tidak tersentuh hukum. Ini menunjukkan kepolisian di Sanggau tak bertaji,” pungkas Adam.
Comment