Bisik-bisik di Balai Janji

Cerita ini adalah kelanjutan dari cerita sebelumnya, saat dinasti pasangan penguasa diguncang di malam Jumat keramat, dan Kumpulan Pecinta Ketoprak (KPK) tiba-tiba muncul mengobrak-abrik istana penuh janji. Kini, sorotan beralih ke Balai Pembangunan Jalan & Janji (BPJJ). Bisik-bisik mulai menyebar, kain-kain perlawanan muncul di sudut kadipaten, dan rakyat mulai bertanya-tanya, apakah ini awal dari pembongkaran besar, atau sekadar sandiwara yang tertunda?

MALAM Jumat keramat itu belum benar-benar usai ketika sebuah bayangan bergerak menyebar cepat ke seluruh penjuru negeri. Lewat Cermin Maya di Pasar Bisik, seorang Penyalur Bisik bernama Benteng Rakyat Airludah memperlihatkan cuplikan suasana mencekam di halaman Balai Pembangunan Jalan & Janji (BPJJ)—pusat segala urusan rencana dan aliran anggaran di Kadipaten Lumbung.

Taserna

Tampak dalam cuplikan dari Cermin Maya, beberapa sosok berjubah gelap memasuki balai dengan pengawalan ketat dari para prajurit berkuda. Dikatakan mereka berasal dari Kumpulan Pecinta Ketoprak (KPK), sedang melakukan penyitaan naskah-naskah kuno berisi janji dan rancangan pembangunan.

“Ini kayaknya pengambilan naskah di BPJJ, mungkin terkait korupsi malam ini,” bisik sebuah suara dari balik kabut tayangan Cermin Maya, terdengar gemetar seperti datang dari celah jendela yang ditutup rapat.

Baca Juga :  Jabatan Bukan Hadiah: Penunjukan Ifan Seventeen Jadi Dirut PFN Tamparan Keras Buat Dunia Film Indonesia

Di sekeliling balai, kereta-kereta kuda kerajaan berjaga dalam diam. Prajurit berkuda pun mengitari bangunan, membuat warga yang melintas hanya bisa menunduk dan berbisik pelan. “Apakah ini ujung dari dinasti yang tak pernah ingat janjinya?”

Namun tak ada suara resmi dari para penguasa. Tidak dari para pembantu Paduka Tuan Dua, tidak pula dari istana Sang Permaisuri Anggaran.

Yang membuat bisik-bisik makin riuh, adalah lembar-lembar kain perlawanan yang sebelumnya telah muncul di berbagai sudut Kadipaten Lumbung. Kain-kain itu—dijuluki spanduk pemberontakan diam-diam—menyuarakan keresahan rakyat yang sudah terlalu lama disimpan:

“Usir para Penjaga Janji Palsu!”
“Di mana air kami, wahai Balai?”
“19 juta koin emas hilang di Kijingan!”

Disebut-sebut, penggeledahan itu berkaitan dengan proyek Sumber Air Rakyat di pesisir Kampung Kijingan—sebuah pembangunan yang sejak awal diagung-agungkan, tapi kini tinggal cerita dan lumpur.

Baca Juga :  Ketoprak Akhirnya Bicara

Namun hingga langit berganti warna, tak satu pun suara keluar dari istana. Paduka Tuan Dua tetap diam di balairungnya. Permaisuri Anggaran memilih bersemedi. Dan Dewan Ketoprak hanya menatap langit sambil menahan napas.

Rakyat pun hanya bisa bertanya dalam hati, apakah ini awal dari pembongkaran besar, atau sekadar sandiwara yang tertunda?

 

Catatan Redaksi:

Cerita ini adalah bagian dari rangkaian lakon panjang tentang kekuasaan, korupsi, dan janji-janji yang terkunci di negeri Antah Berantah. Setiap bab membuka tabir demi tabir, setiap nama dan tempat telah kami ubah demi menjaga jarak dari dunia nyata. Tapi esensinya tetap tajam dan menggigit.

Mohon bersabar, karena cerita ini bersambung. Bab demi bab akan hadir secara berkala. Dan seperti semua sandiwara kekuasaan, yang sabar menunggu, akan tahu siapa sebenarnya dalangnya.

Nantikan kelanjutannya hanya di KALBARONLINE.com.

Comment