Cerita ini berlanjut dari bab sebelumnya, saat bayangan pendekar Ketoprak menyelinap ke Balai Janji, dan rakyat mulai bertanya-tanya — tentang kain perlawanan, naskah-naskah kuno yang diangkut diam-diam, dan istana yang tetap bungkam. Kini, suara pertama akhirnya terdengar. Mas Wacana Mahardika, sang penjaga lidah, mengumumkan satu kata yang mengguncang panggung Kadipaten: “Sudah.” Apakah ini awal dari akhir sebuah dinasti? Atau babak baru dari sandiwara yang belum selesai?
SEHARI setelah kabar penyusupan para pendekar Ketoprak ke Balai Janji mengguncang Kadipaten Lumbung, rakyat belum juga mendapat kepastian. Tapi awan mulai menipis, ketika Mas Wacana Mahardika, sang penjaga lidah Kumpulann Pecinta Ketoprak (KPK), kembali bersuara.
Kali ini tak lagi penuh teka-teki. Dengan nada tegas, ia menyampaikan lewat surat bergaris emas:
“Sudah.”
“Sudah ada yang ditetapkan sebagai tersangka.”
Suara itu menjadi gong pertama. Suara yang menandai bahwa sandiwara di panggung Kadipaten telah memasuki babak baru.
Sebelumnya, Mas Wacana memang telah membenarkan bahwa para pendekar Ketoprak melakukan penggeledahan di Kadipaten Lumbung, bagian dari penyidikan yang disebutnya “serius”. Namun, sebagaimana gaya bicara para penjaga lidah, identitas si pesakitan masih disimpan rapi dalam laci kedap suara.
“Perkara dan nama akan disampaikan setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai,” tulisnya—lagi-lagi dalam bahasa yang menenangkan, tapi menggantung.
Sementara itu, bayangan dari malam keramat masih beredar di penjuru negeri. Tayangan Cermin Maya dari Balai Janji, yang memperlihatkan naskah-naskah diangkut oleh pendekar Ketoprak dengan penjagaan pasukan bersenjata, terus dibagikan ulang oleh para Penyalur Bisik di Pasar Maya.
Rakyat pun bersiap. Angin terasa berbeda. Kain-kain perlawanan masih tergantung, mata-mata rakyat masih menyusuri lorong informasi, dan semua bertanya.
Siapa yang bakal diumumkan sebagai pesakitan?
Dan… apakah dia bagian dari dinasti yang tak pernah belajar dari janji-janji lama?
Jawabannya, hanya tinggal menunggu waktu. Karena dalam negeri yang terbiasa dengan sandiwara, kadang kebenaran baru diumumkan setelah panggung dibersihkan.
Comment