Memiliki gangguan penglihatan rabun jauh, miopi, atau mata minus sudah lama diyakini menjadi penutup jalan untuk bisa melahirkan normal. Proses mengejan dalam persalinan pervaginam spontan, kabarnya akan menyebabkan efek yang serius pada retina, hingga dapat menyebabkan kebutaan. Benarkah itu? Kabar baiknya, hal tersebut ternyata tidak terbukti secara medis. Yuk, baca informasinya lebih lanjut, Mums!
Tidak diragukan lagi, kehamilan memang sebuah fase perubahan yang besar untuk Mums. Dalam kurang lebih 40 minggu, bukan hanya organ reproduksi yang bekerja keras dan berubah, setiap bagian tubuh Mums ikut terimbas pula, termasuk penglihatan.
Kehamilan dapat memicu perubahan pada mata dan penglihatan akibat fluktuasi hormon, metabolisme, retensi cairan, sirkulasi darah, dan sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa gangguan penglihatan yang bisa terjadi selama kehamilan, seperti:
Perubahan hormon ikut memengaruhi kelengkungan dan ketebalan (edema) kornea, yang menyebabkan intoleransi terhadap lensa kontak. Selain itu, perubahan yang terjadi secara alami pada kornea dapat membuat pemakaian lensa kontak menjadi sulit dan menyembunyikan potensi infeksi atau beberapa cedera kecil di tempat-tempat yang tidak mudah dideteksi.
Beberapa ibu hamil mengeluhkan penglihatan mereka menjadi atau semakin kabur sejak hamil. Hal ini diakibatkan adanya perubahan penglihatan (refraksi), sehingga Mums merasa harus mengganti lensa kacamata atau membutuhkan kacamata untuk bisa melihat dengan jelas.
Sakit kepala dan migrain karena perubahan hormon dapat menyebabkan sensitivitas yang tinggi terhadap cahaya.
Selain ditunjukkan dengan tekanan darah tinggi selama hamil, gejala umum pre-eklampsia yang perlu diwaspadai adalah penglihatan kabur. Hal ini bisa juga disertai dengan sakit kepala, fotopsia (mata seperti terpapar kilat blitz kamera), dan diplopia (penglihatan ganda).
Retinopati serosa sentral adalah kaburnya penglihatan secara tiba-tiba akibat adanya cairan yang merembes dari bagian belakang retina. Hal ini bisa terjadi pada kedua atau salah satu mata saja, dan umumnya terjadi di trimester ketiga.
Jika sebelumnya Mums tidak memiliki gangguan penglihatan atau kacamata yang biasa digunakan tidak membantu Mums melihat lebih jelas, ini umum terjadi akibat adanya perubahan hormon.
Semua gangguan penglihatan di atas bersifat sementara dan akan kembali seperti sedia kala setelah Mums melahirkan. Walau begitu, pemeriksaan mata oleh dokter spesialis mata selama hamil sangat dianjurkan sebagai tindakan pencegahan. Meskipun pada kenyataannya, secara umum, kebanyakan ibu hamil menghindarinya.
Rabun jauh terjadi akibat ketidakmampuan mata untuk memfokuskan cahaya pada retina mata. Akibatnya, penglihatan akan kabur saat melihat objek yang jauh. Gangguan penglihatan ini, pada kenyataannya bukan hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, melainkan juga berimbas pada metode persalinan. Ibu hamil yang menderita rabun jauh, apalagi dengan level minus tinggi, percaya bahwa persalinan normal bukanlah pilihan lagi.
Ketakutan untuk melahirkan normal pada ibu hamil dengan rabun jauh juga terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh University Clinical Hospital Rijeka di Kroasia. Selama lebih dari 10 tahun, jumlah ibu hamil dengan mata minus 1,5 kali lebih banyak yang bersalin secara caesar, dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita miopi. Prevalensi melahirkan caesar bahkan jauh lebih besar bagi ibu hamil yang memiliki mata minus tinggi atau minus berat, yaitu lebih dari 6.
Hal ini didasarkan pada kepercayaan lama yang memperkirakan bahwa selama tahap mengejan, ibu hamil yang menderita rabun jauh berisiko mengalami ablasi retina (lepasnya retina), lalu dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen atau kebutaan.
Namun nyatanya, secara mekanis ataupun fisiologis, tidak ada bukti penelitian yang dapat mendukung kepercayaan lama ini. Selama bertahun-tahun, penelitian telah menunjukkan bahwa meski tekanan vena di mata meningkat ketika Mums mengejan selama persalinan, tidak ditemukan perubahan dalam retina pasca-persalinan atau kebutaan. Penemuan ini bahkan juga berlaku untuk ibu hamil dengan tingkat minus tinggi.
Jika tak benar, lalu mengapa masih ada ibu hamil dengan minus tinggi disarankan untuk bersalin caesar, bukan normal? Hal ini didasarkan atas ketebalan retina yang bervariasi pada masing-masing individu.
Setelah melalui pemeriksaan dokter spesialis mata, ibu hamil dengan retina yang lebih tipis tentu saja dapat lebih mudah robek jika ada perubahan dan tekanan di dalam mata. Karenanya, akan disarankan untuk bersalin dengan metode caesar.
Maka dari itu, ibu hamil yang mengalami retinopati diabetik (gangguan penglihatan akibat tingginya kadar gula dalam darah) sekali pun, tidak diwajibkan untuk bersalin secara caesar karena semua tergantung pada ketebalan retinanya.
Hingga kini, belum ada bukti kuat yang menyatakan bahwa persalinan menyebabkan kebutaan. Jadi jika Mums memiliki mata minus dan ingin tetap bersalin normal, jangan langsung patah semangat, tetapi periksakan kondisi mata Mums secara keseluruhan pada dokter spesialis mata. Bersama dengan dokter kandungan, dokter spesialis mata akan menyarankan metode persalinan apa yang aman untuk Mums jalani. (AS)
Referensi
NCBI. The Effect of Normal Childbirth on Eyes.
Mom Junction. Most Common Reasons For Vision Changes After Pregnancy.
Nature. Breaking the Myopia Myth.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…