Orang yang merasa pusing, mual, dan ingin muntah tanpa sebab biasanya langsung dikira masuk angin. Selain pengobatan lewat pijat, kerokan termasuk teknik yang sering dilakukan dan dianggap ampuh menyembuhkan masuk angin bagi orang Indonesia. Pertanyaannya, boleh tidak anak kerokan?
Ternyata, kerokan bukan hanya dilakukan di Indonesia lho, Mums. Kerokan alias menggosokkan koin ke kulit adalah bentuk pengobatan tradisional yang juga dilakukan di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur, seperti Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Korea Selatan, dan Cina selatan. Di Vietnam dan Kamboja, praktik ini disebut cao gio dan di Cina gua sha. Kerokan sendiri berasal dari bahasa Jawa, yang artinya ‘mengikis’.
Kerokan adalah terapi untuk mengobati gejala flu ringan, seperti mual, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan pusing. Biasanya masalah tersebut disebabkan oleh infeksi virus, yang akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 5-7 hari. Orang yang sakit hanya perlu istirahat, minum banyak air, dan makan makanan bergizi.
Kerokan menjadi salah satu cara untuk menghangatkan tubuh karena menggosokkan kulit dengan koin atau benda sejenis dapat menghasilkan panas. Kerokan sebagian besar dilakukan di area punggung, leher, bahu, dan dada. Kerokan lazim diawali dan diakhiri dengan pijatan. Sesi pijat biasanya akan menggunakan salep yang mengandung kapur barus, seperti balsem atau minyak kelapa.
Kerokan akan menghasilkan garis merah secara paralel. Meskipun kerap menggunakan koin, ternyata kerokan juga bisa dilakukan dengan alat-alat lain, seperti sendok, tulang, atau tongkat kayu. Bila yang dikerok adalah anak-anak, prosedurnya menggunakan bawang merah dengan minyak kelapa.
Setelah itu, orang yang sudah kerokan biasanya akan mengonsumsi aspirin dan parasetamol sebelum beristirahat. Setelah tidur selama beberapa jam, mereka pun akan merasa lebih sehat.
Tubuh terasa lebih enteng dan tidak ada lagi rasa mual, pusing, ingin muntah, hingga pegal-pegal. Namun, bagi sebagian orang kerokan dapat menimbulkan efek samping, seperti iritasi kulit dan tanda merah.
Karena anak, terutama balita, masih dalam masa pertumbuhan, kulit mereka masih sangat peka. Tidak disarankan untuk kerokan terlalu keras karena bisa menyebabkan kulit si Kecil mudah terluka. Yang ada, ia menjadi trauma.
Itulah mengapa prosedur kerokan khusus anak menggunakan bawang merah dengan minyak kelapa. Namun boleh tidak anak kerokan, termasuk si Kecil yang masih balita? Jawabannya, tentu saja boleh asal dilakukan dengan cara yang aman.
Inilah prosedur kerokan yang aman bagi balita:
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak, berilah ia makan makanan bergizi dan minum air putih yang banyak. Sup ayam merupakan salah satu menu populer untuk mengobati masuk angin karena dapat menghangatkan tubuh. Selain itu, sup ayam mengandung protein dan vitamin yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh si Kecil.
Si Kecil juga harus banyak beristirahat. Biasanya, setelah 2 hingga 3 hari, kondisinya akan membaik dan kembali ceria. Jadi, boleh tidak anak kerokan? Boleh, selama caranya tidak seperti prosedur kerokan pada orang dewasa dan tidak terlalu sering dilakukan ya, Mums. (AS)
Referensi
The Conversation: Got a cold? In coin rubbing Indonesians trust
Vice: We Asked an Expert to Explain, Medically, What Happens When You Catch Masuk Angin
Humanities & Social Sciences Reviews: SCIENCE CONCEPT IN KEROKAN
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…