Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi penyakit diabetes akibat tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang memicu proses glikasi pada jaringan tubuh, saraf, dan pembuluh darah sehingga memperlambat proses penyembuhan luka.
Sekitar 10% pasien diabetes mengalami komplikasi kaki diabetes dan diperkirakan akan meningkat 4,4% (berkisar 366 juta jiwa) pada tahun 2030. Risiko perburukan dan ancaman amputasi akan meningkat apabila pasien tidak mengontrol gula darah dan melakukan perawatan rutin pada luka. Berdasarkan penelitian di RSCM, jumlah pasien kaki diabetes yang menjalani amputasi berulang pada tahun 2008-2012 mencapai 58,7%.
Berdasarkan klasifikasi Wagner, kaki diabetes dibagi menjadi 5 tahapan.
Diagnosis pada pasien dengan kaki diabetes harus ditetapkan oleh dokter setelah melakukan beberapa pemeriksaan, maka dari itu pasien diharapkan rutin untuk memeriksakan diri ke dokter.
Namun demikian, pandemi Covid-19 sejak akhir tahun 2019 membuat masyarakat menjadi lebih berhati-hati saat melakukan perjalanan keluar rumah, apalagi saat berkunjung ke Rumah Sakit untuk melakukan perawatan maupun sekadar melakukan check up kesehatan. Situasi ini pun dapat menjadi faktor risiko terjadinya peningkatan angka kejadian kaki diabetes karena kurangnya edukasi pada pasien.
Perawatan kaki diabetes menjadi semakin buruk karena pasien takut keluar rumah dan banyak mitos yang beredar menimbulkan ketakutan bagi masyarakat untuk berobat dan merawat kakinya. Beberapa mitos yang masih dianut masyarakat, antara lain anggapan bahwa pasien diabetes akan kehilangan kakinya karena harus diamputasi dan pasien diabetes dianggap tidak mampu untuk beraktivitas biasa maupun mengurus kakinya sendiri.
Penelitian Irwan dkk. (2016) mengungkapkan bahwa angka kejadian kaki diabetes dipengaruhi oleh perilaku perawatan diri dan kontrol gula darah yang buruk. Pasien tidak dapat mengendalikan diet dan berat badan, serta kurang melakukan aktivitas fisik. Maka dari itu, perawatan rutin pada kaki diabetes menjadi satu hal yang esensial saat ini.
Saat pasien di rumah, luka harus selalu dalam kondisi bersih dan lembab. Luka dapat dibersihkan dua kali sehari setelah pasien mandi. Pasien dapat membeli cairan salin normal serta kasa steril dan non steril di apotek sebagai alat dan bahan pembersihan luka, kemudian membeli salep yang diresepkan dokter untuk menunjang proses penyembuhan luka.
Langkahnya meliputi:
1. Lepaskan perban pada luka.
2. Membersihkan luka dengan cairan salin normal 2-3 kali.
3. Luka dioleskan dengan salep yang diresepkan dokter.
4. Pasien menutup luka dengan menggunakan kasa steril dan membalut dengan kasa non steril.
Apabila saat merawat luka, pasien menemukan adanya jaringan mati yang berwarna kehitaman atau jaringan kuning yang mengeluarkan cairan pada luka, maka luka tersebut harus dibersihkan dengan cara debridement. Debridement ialah tindakan membuang jaringan mati dan terinfeksi di sekitar luka. Tindakan ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Penanganan kaki diabetes tidak hanya berpusat pada pengobatan, pencegahan terjadinya luka merupakan hal penting guna menurunkan prevalensi luka pada kaki diabetes. Terdapat lima langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
Langkah pertama ialah melakukan identifikasi terhadap kaki diabetes yang berisiko mengalami luka. Hal ini sangat penting karena kaki diabetes seringkali tidak memiliki gejala meskipun sudah terjadi luka. Cara identifikasi risiko luka ialah dengan menelusuri riwayat keluhan pasien seperti kesemutan dan baal, riwayat luka dan kelainan bentuk kaki, serta riwayat pengobatan dan operasi pada kaki pasien. Pada proses identifikasi yang lebih lanjut, pasien bisa melakukan pemeriksaan kepada dokter dengan skrining gangguan saraf dan pemeriksaan lainnya.
Langkah kedua ialah melakukan pemeriksaan berkala terhadap kaki diabetes yang berisiko mengalami luka. Hal ini penting dilakukan karena kaki diabetes kerap kali mengalami mati rasa, sehingga tidak merasakan apabila kakinya terluka. Perhatikan apabila kaki terlihat kemerahan, terdapat lepuh atau kapalan, bengkak, kering, dan kuku yang telalu panjang atau pendek. Kondisi-kondisi tersebut meningkatkan risiko terjadinya luka pada kaki diabetes. Lokasi yang paling sering mengalami luka ialah tempat terjadinya trauma atau penekanan berulang.
Edukasi perawatan kaki pun perlu dipahami oleh pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan. Pengetahuan yang baik akan mencegah terjadinya komplikasi luka, memberikan perawatan yang optimal, dan memutus kesalahpahaman masyarakat terhadap kaki diabetes.
Kaki diabetes harus dibersihkan setiap hari terutama pada sela jari kaki. Pelembab dapat diberikan kecuali pada sela jari kaki agar tidak terlalu kering dan tidak mudah terjadi luka. Cara menggunting kuku pada kaki diabetes pun tidak boleh terlalu pendek karena kuku juga berperan sebagai pelindung jari kaki.
Pasien dengan kaki diabetes pun harus selalu menggunakan alas kaki yang aman dan nyaman. Alas kaki untuk kaki diabetes tidak boleh terlalu tipis ataupun terlalu ketat. Sebaiknya panjang bagian dalam sepatu dilebihkan 1-2 cm dari panjang telapak kaki untuk memberikan ruang yang cukup bagi kaki diabetes. Kalau pada kaki diabetes masih ditemukan kapalan atau luka, hal tersebut menandakan bahwa sepatu yang dipilih belum sesuai.
Penggunaan alas kaki untuk kaki diabetes pun perlu disesuaikan dengan bentuk kaki pasien guna menciptakan alas kaki yang sesuai dengan kebutuhan kaki diabetes. Alas kaki yang dapat meminimalisasi tekanan pada telapak kaki dapat mencegah terbentuknya luka dan meningkatkan proteksi kaki diabetes.
Penyesuaian alas kaki khusus ini pun telah banyak dikembangkan sejalan dengan perkembangan teknologi yang ada. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk memperoleh alas kaki khusus ini.
Langkah terakhir yang perlu dilakukan ialah mengobati faktor risiko terjadinya luka pada kaki diabetes. Hal yang dapat dilakukan antara lain mengontrol kadar gula darah, menghilangkan kapalan, mengobati kuku jari yang terinfeksi, serta melakukan operasi apabila terdapat deformitas yang menyebabkan terjadinya luka berulang.
Aktivitas fisik pun boleh dilakukan oleh penderita kaki diabetes. Senam kaki diabetes merupakan salah satu aktivitas fisik yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia karena dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kecil kaki, dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Senam dapat dilakukan setiap hari secara teratur dengan gerakan yang sederhana dengan berbagai panduan yang dapat diakses secara gratis di internet.
Kaki diabetes yang dirawat dengan cara yang tepat akan mencegah terjadinya luka yang parah sehingga tidak semua kaki diabetes harus diamputasi. Penanganan yang tepat dan sedini mungkin akan memberikan harapan kesembuhan yang lebih baik, sehingga pasien diabetes tidak perlu takut pergi ke dokter. Semakin cepat penanganan terhadap kaki diabetes, akan semakin banyak pula hal yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan kaki diabetes.
Sumber Pustaka:
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…