Geng Sehat pasti sudah tidak asing lagi dengan penyakit batu ginjal. Gangguan urologis ini seringkali menjadi penyebab gagal ginjal stadium akhir. Batu ginjal diperkirakan dialami sekitar 12 persen dari polulasi di seluruh dunia dan paling sering ditemui pada usia 30 – 60 tahun.
Kaum pria memiliki resiko yang lebih tinggi memiliki batu ginjal dibandingkan wanita. Ada sekitar 15 persen pria dan 10 persen wanita pernah mengalami peyakit ini minimal sekali dalam hidupnya. Meskipun jarang terjadi, namun kasus batu ginjal juga bisa ditemui pada anak, umumnya terjadi karena faktor genetik.
Batu ginjal sebenarnya merupakan limbah dalam darah yang mengendap dan menumpuk di ginjal membentuk kristal. Kristal ini lama kelamaan menjadi semakin keras menyerupai batu.
Umumnya batu ginjal berasal dari materi mineral dan garam. Tidak hanya ditemukan di dalam ginjal saja, batu ginjal juga dapat ditemukan di sepanjang saluran urine, mulai dari ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih, hingga uretra (saluran dari kandung kemih ke luar tubuh).
Berdasarkan jenis mineral dan garam pembentuknya, batu ginjal dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Batu kalsium
Batu kalsium merupakan yang paling banyak ditemukan dalam kasus batu ginjal, hampir mencapai 75 – 80 persen dari seluruh batu ginjal. Penyebab utamanya adalah jumlah kalsium dan oksala dalam urine yang melebihi batas normal.
2. Batu asam urat
Batu asam urat biasanya terjadi karena kondisi urine yang terlalu asam (pH < 6).
3. Batu struvit
Penyebabnya adalah adanya infeksi saluran kemih oleh bakteri golongan urea splitter yang menghasilkan enzim urease. Bakteri ini akan mengubah urine menjadi amonia melalui mekanisme hidrolisis dalam suasana basa.
4. Batu sistin
Batu ginjal jenis ini bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Penyebab utamanya adalah faktor genetik. Kelainan genetik ini membuat asam amino sistin dikeluarkan melalui urine dalam jumlah yang besar
Kasus batu ginjal ini juga dipicu oleh faktor kondisi tubuh seperti kurang minum air putih, berat badan berlebih atau obesitas, efek samping pasca operasi pada organ pencernaan, makanan yang dikonsumsi, atau masalah kesehatan lainnya.
Sebenarnya batu ginjal dapat terlarut kembali dengan sendirinya. Namun ketika batu ginjal terus mengalami perbesaran (> 5 mm) dan mengendap dalam waktu yang cukup lama (> 15 hari), maka akan muncul rasa sakit dengan intensitas kuat dan konstan.
Pada kondisi inilah opsi untuk menjalani operasi perlu dipertimbangkan, apalagi ketika batu ginjal menghalangi aliran urine, menyebabkan infeksi saluran kemih, dan menimbulkan perdarahan secara terus menerus.
Prosedur operasi batu ginjal dikenal dengan istilah Litotripsi. Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis bedah urologi menggunakan gelombang kejut atau laser untuk menghancurkan batu ginjal, batu kandung kemih, dan batu saluran kemih.
Geng Sehat yang berkutat dengan batu ginjal namun takut pada prosedur operasi kini tidak perlu khawatir lagi. David Wartinger, seorang profesor emeritus dari Departemen Spesialisasi Bedah Osteopatik Michigan State University telah menemukan bahwa naik roller coaster dapat membantu pasien mengeluarkan batu ginjal dengan tingkat keberhasilan hampir 70 persen.
Pada percobaan yang dipublikasikan dalam Journal of American Osteopathic Association, Wartinger menggunakan batu ginjal yang dimasukkan ke dalam replika ginjal berongga sebagai materi simulasi. Kemudian replika tersebut dimasukkan ke dalam tas ransel yang dinaikkan ke atas roller coaster Big Thunder Mountain di Walt Disney World sebanyak 20 kali. Prinsip dasarnya mirip dengan Litotripsi.
Dalam studinya tersebut , Wartinger menemukan bahwa posisi duduk juga berpengaruh dalam tingkat keberhasilan terapi penghancuran dan pengeluaran batu ginjal. Posisi duduk di gerbong terakhir memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi mencapai 64 persen, sementara posisi duduk di beberapa gerbong depan hanya memiliki tingkat keberhasilan sekitar 16 persen.
Selain posisi duduk, tentulah kriteria roller coaster yang digunakan memiliki pengaruh terbesar. Roller coaster yang memiliki banyak belokan dan tikungan dengan gerakan yang cepat dan kasar merupakan kondisi ideal yang memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi. Sedangkan roller coaster yang bergerak naik, turun dan posisi terbalik justru harus dihindari karena dapat menyebabkan batu ginjal terjepit dalam saluran kemih sehingga tidak bisa keluar.
Wartinger menyarankan pasien yang memiliki batu ginjal dan dinyatakan sehat serta memenuhi persyaratan dapat mencoba metode roller coaster ini karena biayanya jauh lebih ekonomis dibandingkan prosedur Litotripsi. Wah, menarik ya! Bisa Geng Sehat coba bagi yang memiliki batu ginjal.
Sumber:
Alelign, T, Petros, B. (2018). Kidney Stone Disease: An Update on Current Concepts. Advances in Urology. 2018:3068365. Doi: 10.1155/2018/3068365.
Urology Care Foundation (2018). Kidney Stones
Mitchell MA, Wartinger DD. Validation of a Functional Pyelocalyceal Renal Model for the Evaluation of Renal Calculi Passage While Riding a Roller Coaster. J Am Osteopath Assoc 2016;116(10):647–652. doi: https://doi.org/10.7556/jaoa.2016.128.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…