Keputihan adalah salah satu masakah yang umum dialami oleh wanita di usia produktif. Penyebabnya antara lain karena kebanyakan wanita Indonesia hanya memperhatikan kecantikan luar saja dan lupa merawat kecantikan dari dalam, termasuk area tubuh yang tertutup.
Dijelaskan dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, seorang Aesthetic Gynecologist, selama pandemi COVID-19, trend olahraga online meningkat. “Wanita setelah berolahraga lalu lupa untuk mengganti celana olahraganya hingga membuat area kewanitaan lebih lembap,” jelas dr Dinda dalam acara Intimate Virtual Launch Andalan Femine Care, belum lama ini.
Baca juga: 5 Arti Warna Cairan Vagina
Penyebab Keputihan pada Wanita
Data WHO menunjukkan, keputihan dialami sekitar 60% wanita berusia 15-22 tahun, dan 40% pada usia 23-45 tahun. Sedangkan di Indonesia didapatkan sekitar 75% wanita mengalami keputihan. Angka yang lebih tinggi ini disebabkan tingkat kelembaban yang tinggi.
Data dari American Association of Obstetric Gynecology mengungkapkan, dengan meningkatnya BMI atau kegemukan, maka tubuh wanita mudah sekali terkena keputihan yang disebabkan bakteri dan jamur.
“Berat badan naik membuat kelembaban area kewanitan jadi lebih tinggi dan risiko terjadinya keputihan menjadi tinggi. Keputihan adalah masalah wanita di segala umur, mulai dari menjelang haid atau saat kehamilan,”jelas dr. Dinda.
Selain berat badan, stres juga menjadi pemicu terjadinya keputihan. Keputihan yang disebabkan oleh stres biasanya karena jamur atau infeksi jamur kandida yang berulang.
Penyebab lainnya adalah kebanyakan wanita belum tahu cara membasuh area kewanitan yang benar, yakni dari arah depan ke belakang. Setelah dibasuh, pastikan area kewanitaan tetap kering dengan tisue yang tidak berparfum dan tidak mudah sobek, atau handuk bersih yang dipakai pribadi.
“Jika menggunakan handuk, pastikan setelah pemakaian handuk dikeringkan karena kalau tidak handuk bisa mengundang bakteri,” tambah dr Dinda.
Baca juga: Keputihan pada Wanita, Apa Penyebabnya?
Menjaga pH Vagina Tetap Normal
Mencegah keputihan juga memperhatikan pH normal di dalam vagina. Ssebaiknya menjaga pH vagina tetap seimbang yaitu antara 3-5. Jika pH meningkat akan menjadi basa dan membuat bakteri-bakteri pengganggu vagina tumbuh subur.
Salah satu cara mempertahankan pH vagina adalah dengan cairan yang mengandung asam laktat dan lactoserum. Kedunya berfungsi untuk menyeimbangkan kadar pH vagina. Kamu tidak perlu repot mencarinya, karena beberapa produk pembersih area kewanitaan sudah mengandung dua zat tersebut.
“tidak disarankan membersihkan vagina dengan tisu basah untuk bayi atau sabun bayi, karena fungsinya berbeda. Meskipun untuk bayi tapi fungsinya bukan untuk area kewanitaan,” jelas dr. Dinda.
Cut Vellayati, Group Product Manager DKT Indonesia menambahkan, pembersih khusus area kewanitaan atau feminine hygiene menjadikan wanita lebih percaya diri.
“Apalagi di masa pandemi ini, jangan sampai mengalami masalah kesehatan sehingga ke rumah sakit. Kesehatan dan kebersihan area kewanitaan harus selalu dijaga agar tidak menyebabkan infeksi saluran kemih, yang berawal dari keputihan,” jelasnya.
Dalam peluncuran produk barunya, Andalan mengenalkan produk berupa tisu basah untuk pembersih kewanitaan. Tisu khusus ini mengandung asam laktat dan lactoserum yang bisa membersihkan area kewanitaan secara maksimal.
“Review jurnal National Library of Medicine tahun 2011 mengungkapkan penggunaan produk pembersih kewanitaan yang mengandung asam laktat dan lactoserum dapat membantu mencegah Bacterial Vaginosis,” tulis Cut Vellayati.
Baca juga: Hindari Makanan dan Minuman Ini agar Vagina Tidak Berbau dan Infeksi
Sumber:
Webinar Intimate Virtual Launch Andalan Femine Care, 5 November 2020
Comment