Penyakit ginjal seringnya menimpa orang dewasa. Namun, ternyata anak-anak pun bisa mengalaminya lho Mums! Dalam istilah medis, salah satu penyakit anak yang melibatkan ginjal adalah disebut sindroma nefrotik (SN). Apa itu sindrom nefrotik?
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada anak. Insiden atau angka kejadiannya pada anak berbeda di masing-masing negara. Di Amerika Serikat dan Inggris misalnya ada 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun, dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1.
Penyakit ini dibagi menjadi 3, yaitu sindrom nefrotik kongenital (kelainan sejak lahir), primer/idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya, dan sekunder yakni yang disebabkan karena penyakit lain.
Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan sindrom nefrotik pada anak antara lain lupus eritematosus sistemik (LES), purpura Henoch Schonlein, dan lain lain. 90% kasus sindrom nefrotik merupakan idiopatik.
Seperti gangguan ginjal pada orang dewasa, sindrom nefrotik pada anak ditandai dengan protein dalam urine atau proteinuria. Biasanya angkanya sangat tinggi (>40mg/m2/jam). Selain protein dalam urine, anak dengan sindrom nefrotik juga mengalami hipoalbuminemia (<2,5g/dL) dan hiperlipidemia. Secara fisik anak tampak bengkak di tubuh atau edema.
Banyak pasien sindrom nefrotik yang datang ke dokter dengan mata bengkak atau bengkak pada pergelangan kaki. Gejala yang lebih berat ditandai dengan bengkak di perut akibat asites (cairan di perut), efusi pleura (cairan di rongga selaput paru), dan bengkak pada kemaluan. Kadang-kadang disertai urine yang sedikit dan gejala infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare.
Dalam laporan ISKDC (International Study for Kidney Diseases in Children), pada sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) ditemukan 22% dengan buang air kecil bercampur darah dan 15-20% disertai hipertensi, dan 32% dengan peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara. Gejala yang sering dikeluhkan adalah kelemahan atau kelelahan dan turunnya nafsu makan.
Untuk melakukan diagnosis, diawali dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter berdasarkan gejala yang ada di atas. Kemudian dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium, seperti :
1. Pemeriksaan urine
Urinalisis dapat memperlihatkan protein urin yang banyak. Hal ini lebih akurat dengan cara mengumpulkan sampel urin selama 24 jam. Pemeriksaan biakan urin dapat dilakukan jika ada kecurigaan mengarah kepada infeksi saluran kemih.
2. Pemeriksaan darah
Pasien SN ditemukan nilai albumin dalam darahnya rendah. Kehilangan albumin melalui urin dikaitkan dengan meningkatnya kadar lemak dalam darah. Dan dapat ditemukan meningkatnya nilai ureum dan kreatinin.
3. Biopsi ginjal
Dapat ditemukan kerusakan ginjal dan dapat ditelaah lebih lanjut penyebab SN pada pasien. Namun hal ini cukup invasif sehingga perlu pertimbangan dari dokter spesialis anak atau konsultan nefrologi anak.
Untuk anak yang mengalami gejala SN pada pertama kalinya, sebaiknya dirawat di rumah skait dengan tujuan evaluasi penyakit, evaluasi diet, penanggulangan edema, memulai pengobatan dan edukasi orang tua.
Untuk pengaturan diet dapat dilakukan diet protein normal yaitu 1,5-2 gram/kgBB/hari dan diet rendah garam (1-2 gram/hari). Ada beberapa obat yang dapat diberikan kepada pasien SN, antara lain:
Obat kortikosteroid.
Obat ini berfungsi untuk mengurangi peradangan pada ginjal, sehingga kerusakan dari ginjal berkurang dan perlahan dapat kembali ke kondisi awalnya, walaupun pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni minimal 6 bulan.
Obat antihipertensi
Antihipertensi digunakan pada pasien yang mengalami darah tinggi (hipertensi), selain itu obat hipertensi dapat juga mengurangi jumlah protein yang terbuang melalui urine.
Obat diuretik.
Fungsi obat diuretik yaitu membuang cairan yang berlebihan dari dalam tubuh, sehingga mengurangi bengkak di tubuh pasien.
Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti:
Thrombosis
Hiperlipidemia
Hipokalsemia
Hipertensi
Malnutrisi akibat banyaknya protein terbuang dalam urin
Sampai saat ini belum ditemukan hal yang utama yang menyebabkan gangguan sindrom nefrotik, sehingga untuk mencegahnya cukup sulit. Pada beberapa penelitian dikatakan bahwa berhubungan dengan genetik, sehingga apabila ada riwayat di orang tua, atau anak lainnya yang terdiagnosa SN, lebih baik untuk memeriksakan anak anda ke dokter spesialis anak atau konsultan nefrologi anak.
KalbarOnline - Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 21…
KalbarOnline - Baru-baru ini, Nana Mirdad curhat lewat akun Instagram pribadinya soal pengalaman tidak menyenangkan…
KalbarOnline, Pontianak - Dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan peralatan medis di Kalimantan Barat, Pemerintah Provinsi…
KalbarOnline, Sambas - Dalam rangka optimalisasi lahan (oplah) pertanian di Kalimantan Barat, Menteri Pertanian RI,…
KalbarOnline, Ketapang - Anggota DPRD Kabupaten Ketapang dari Fraksi Partai Demokrat, Rion Sardi melakukan reses…
KalbarOnline, Ketapang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang bakal membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menangani…