Peneliti Temukan Kelelawar Pembawa Virus Mirip Covid-19 di Thailand

KalbarOnline.com – Sejak kemunculan virus Korona penyebab Covid-19 pada Desember 2019 di Wuhan, kelelawar selalu dikaitkan sebagai hewan pembawa virus untuk ditularkan ke manusia. Peneliti dari Singapura meyakini jenis kelelawar itu adalah kelelawar tapal kuda. Bukan di Tiongkok, kelelawar jenis itu kali pertama ditemukan di Thailand.

IKLANSUMPAHPEMUDA

“Kelelawar yang membawa virus Korona yang sangat mirip dengan yang menyebabkan Covid-19 telah ditemukan di luar Tiongkok. Jadi pandemi tersebut mungkin tidak selalu berasal dari negara tersebut,” kata para ilmuwan dalam sebuah studi terbaru seperti dilansir dari Straits Times, Rabu (10/2).

“Kemungkinan virus itu tiba di kota Wuhan dari tempat lain,” kata ahli dari Sekolah Kedokteran Duke-NUS di Singapura dan salah satu rekan penulis studi tersebut, Profesor Wang Linfa.

Studi yang diterbitkan pada Selasa (9/2) di jurnal bergengsi Nature Communications, telah menemukan virus Korona pada kelelawar tapal kuda Rhinolophus acuminatus di Thailand 91,5 persen mirip dengan Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.

Sejauh ini, kerabat terdekat dengan Sars-CoV-2 telah terdeteksi pada kelelawar tapal kuda Rhinolophus affinis di provinsi Yunnan, Tiongkok, dengan kemiripan genetik 96,2 persen.

Baca Juga :  Sebut Covid-19 Virus Wuhan dan Kung Flu, Kondisi Trump Kini Diawasi

Dalam studi lain yang diterbitkan pada Januari, para peneliti juga menemukan kelelawar tapal kuda Rhinolophus shameli di Kamboja. Yakni virus Korona 92,6 persen mirip dengan Sars-CoV-2.

Ketiganya adalah kelelawar tapal kuda dari genus Rhinolophus. Ada lebih dari 100 spesies dalam kelompok ini, yang tersebar luas dari Australia hingga Eropa. Tiga spesies Rhinolophus yang sejauh ini terbukti sebagai pembawa virus korona yang terkait dengan Sars-CoV-2 tidak ditemukan di Singapura.

“Tetapi spesies terkait seperti kelelawar tapal kuda Blyth (Rhinolophus lepidus) dan kelelawar tapal kuda Trefoil (Rhinolophus trifoliatus) dapat ditemukan di sini,” kata peneliti mamalia National University of Singapore (NUS) Marcus Chua.

Penulis makalah Nature Communications mengatakan temuan mereka menunjukkan bahwa pengawasan lintas batas diperlukan untuk menemukan inang asli virus.

Prof Wang, ahli yang mengkonfirmasi bahwa kelelawar adalah pembawa asli virus SARS yang melanda dunia pada tahun 2003, menjelaskan bahwa untuk menentukan hal ini, menurutnya harus ada kemiripan genetik lebih dari 99 persen antara genom SARS-CoV-2 dan virus pada hewan seperti yang terjadi selama wabah sindrom pernapasan akut yang parah.

Para peneliti telah menemukan bahwa virus yang beredar di antara musang sebagai inang perantara, lebih dari 99 persen mirip dengan virus yang menyebabkan SARS pada manusia.

Baca Juga :  PKB Ucapkan Belasungkawa atas Meninggalnya Plt Bupati Sidoarjo

Para penulis studi terbaru juga menggunakan tes serologis untuk menentukan apakah kelelawar dan trenggiling memiliki antibodi penawar terhadap virus tersebut.

Antibodi penetral adalah kelompok khusus antibodi yang dapat membantu mencegah virus menempel ke sel inang dan memulai invasi. Peneliti mengambil sampel darah dari kelelawar dan trenggiling di Thailand dan mengujinya untuk mengetahui keberadaan antibodi penetral menggunakan cPass, kit antibodi penetral yang dikembangkan oleh Prof Wang.

Tes serologi semacam itu berguna untuk mendeteksi infeksi masa lalu, dan tidak akan menunjukkan apakah hewan tersebut sedang terinfeksi. Untuk kelelawar, 4 dari 98 sampel serum darah menunjukkan adanya antibodi penawar positif yang kuat.

“Tingkat tinggi antibodi penetral yang terdeteksi di antara mereka menunjukkan mungkin ada virus yang lebih terkait erat pada kelelawar Thailand,” kata Prof Wang.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment