Tradisi Ruwahan di Sambas pada intinya melambangkan kesucian dan rasa suka cita memasuki bulan puasa. Disamping itu untuk mengekspresikannya, masyarakat Sambas bersedekah nasi kepada warga sekitar, tiap warganya mengadakan jamuan makan di rumahnya. Biasanya, jamuan makan ini dilaksanakan pada pagi hari sekitar jam 9, 10 atau jam 11-an. Sementara untuk sorenya biasanya dilaksanakan setelah ashar. Sedekah untuk yang telah meninggal adalah berupa do’a yang dibacakan dalam tahlilan itu.
Adapun untuk pelaksanaan acara Ruwahan Sya’ban ini, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dengan cara gabungan atau patungan satu keluarga, dan bisa juga dengan cara gabungan atau patungan satu RT.
Sebelum tradisi Ruwahan dimulai, yang punya hajatan terlebih dahulu untuk mengundang para warga yang akan dijamu, hal seperti ini disebut dengan “Saru’ atau Saro’ atau Nyarruk” yang berarti memanggil atau mengundang.
Secara umum, tradisi “Ruwahan” atau sejenisnya juga akan dijumpai pada masyarakat di kabupaten atau kota lainnya di Kalbar maupun Indonesia.
Comment