Pedagang di Pasar PLBN Entikong Keluhkan Sepi Pengunjung, Hanya Terjual 3 Pakaian dalam Seminggu

KalbarOnline, Entikong – Pedagang di Pasar Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong mengeluhkan masih sepinya pengunjung ke pasar modern di kawasan tersebut. Salah satu pemilik kios, Supandi mengatakan kondisi sepinya pasar tersebut sudah dirasakan cukup lama, yakni sejak 3 tahun lalu.

Supandi mengungkapkan, bahwa lonjakan pengunjung biasanya terjadi saat perayaan tahun baru atau hari-hari besar lainnya. Namun pada hari biasa, penjualan sangat sepi.

“Kalau satu minggu, penjualan hanya 3-4 potong baju, tidak pernah banyak. Kita buka setiap hari dengan harapan bisa maju,” katanya.

Pemilik kios pakaian itu mengungkapkan, di pasar Entikong terdapat sekitar 80 kios, namun saat ini hanya 15 kios yang aktif beroperasi. Sebagian besar kios menjual pakaian seperti dirinya. Menurutnya, salah satu penyebab pasar tersebut sepi pengunjung baik dari lokal maupun dari luar negeri, karena akses bagi pelintas yang masih belum memadai.

“Harapan pemerintah supaya pengunjung luar Malaysia dimudahkan kunjungannya sehari-hari, supaya ekonomi di pasar ini meningkat. Bukan hanya untuk pedagang di sini di Entikong saja, tapi juga bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan,” ujar Supandi.

Supandi yang telah berjualan selama lebih dari 10 tahun itu mengatakan, bahwa sebelumnya ia berjualan di pasar lama sebelum pindah ke lokasi baru yang telah berjalan selama tiga tahun.

Baca Juga :  Dinkes Kalbar Bersama Perdoski dan IDAI Gelar Yankes di Lokasi Banjir Sintang

“Kami berharap pengunjung dari Malaysia dapat dimudahkan datang ke sini, agar perekonomian kita bisa maju,” pungkas Supandi.

Kondisi Pasar Entikong yang sepi itu sempat dibahas oleh Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, Harisson dalam rapat koordinasi (rakor) mengenai peningkatan kualitas pelayanan dan pengawasan di PLBN, di Aula Wisma Indonesia, Entikong, Kabupaten Sanggau, pada Jumat (04/10/2024).

Pedagang di Pasar PLBN Entikong.

Harisson kala itu mengatakan Pasar Entikong yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia memang diharapkan bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dengan memaksimalkan arus wisatawan lintas batas.

Ia ingin bagaimana agar penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perbatasan bisa menjual komoditas, atau produk-produk yang dihasilkan ke negara tetangga Malaysia. Dengan demikian masyarakat di sana bisa menambah pendapatan, dan meningkatkan ekonomi keluarga.

“Pemerintah pusat sebenarnya sudah menyiapkan pasar PLBN, tapi pasarnya sepi. Itu karena memang mungkin rancangan pasar PLBN, tidak membuat kemudahan akses bagi pembeli,” ujarnya.

Untuk itu, Harisson meminta agar akses menuju pasar PLBN dipermudah. Serta perlu didukung dengan kebijakan agar bisa menjadi tempat peristirahatan (rest area) bagi para penumpang Angkutan Lintas Batas Negara (ALBN) yang melewati PLBN tersebut.

Baca Juga :  Alhamdulillah, Satu Pasien Dalam Pengawasan di Pontianak Dinyatakan Negatif Covid-19

“Misalnya bus singgahnya justru tidak di terminal yang ada pasar PLBN, dia (bus) singgah parkir justru di depan pintu gerbang PLBN. Seharusnya kita buatkan parkir kendaraan itu di pasar PLBN, sehingga mereka (penumpang) bisa turun, bisa ngopi, bisa melihat apa yang dijual di sana, dan membeli di sana,” paparnya.

Kemudian yang juga tak kalah penting dikatakan dia, pemerintah perlu mendorong keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di wilayah perbatasan. Seperti memberikan pelatihan dan permodalan. Serta membuka pangsa pasar lebih luas untuk pelaku UMKM di sana.

“Bagaimana mereka (UMKM) bisa menjual produk atau barang-barang yang menarik untuk dijual. Paling penting adalah penduduk dari seberang (Malaysia) ikut menjual apa-apa yang dijual masyarakat kita. Jadi jangan justru kita yang menjual produk-produk mereka (Malaysia),” tegasnya. (Lid)

Comment