RSUD SSMA Ingatkan Masyarakat Waspada dan Kenali Gejala TB Paru

KALBARONLINE.com – Tuberkulosis paru (TB paru) tetap menjadi salah satu penyakit menular yang paling mengkhawatirkan di dunia, termasuk Indonesia.

Meskipun TB paru bisa diobati, namun jumlah kasus yang terus meningkat mengingatkan kita akan pentingnya upaya pencegahan.

PelantikanKepalaDaerah2025

Perawat, Liqa Qulbiah, S Kep Ners mengungkapkan, TB paru sering kali disalahartikan sebagai penyakit yang hanya menyerang orang-orang dengan status sosial atau ekonomi tertentu. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai kutukan atau penyakit turunan.

“Padahal TB paru adalah penyakit infeksi yang menyerang siapa saja, tanpa memandang latar belakang sehingga sangat penting untuk menghilangkan stigma yang ada di masyarakat,” kata dia ketika memberikan edukasi kesehatan kepada 30 pasien dan pengunjung RSUD SSMA Kota Pontianak, Kamis (20/02/2025).

Penyakit TB paru kerap kali diabaikan karena gejalanya yang mirip dengan ISPA. Gejala TB paru umumnya batuk baik berdahak atau tidak berdahak/batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemas, demam meriang berkepanjangan, nafsu makan dan berat badan menurun, serta pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak dan selangkangan.

Baca Juga :  Melihat Aktivitas Wali Kota Edi Kamtono di Akhir Pekan, Telusuri Sudut Kota hingga Ngopi di Warkop

Menurut Liqa, jika ditemukan gejala-gejala tersebut yang berlangsung lebih dari dua minggu atau disertai batuk berdahak segera periksakan diri ke dokter.

Untuk mendiagnosis TB paru, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan mulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, tes dahak (sputum test), tes tuberkulin (tuberculin skin test/TST), tes cepat molekuler (xpert MTB/RIF), tes darah dan foto rontgen paru.

“Setelah pasien didiagnosa TB paru, pengobatan akan memerlukan kesabaran dan ketekunan karena proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama. Mengkonsumsi obat anti-tuberculosis (OAT), tahap awal obat diminum selama 2 bln setiap hari dan tahap lanjutan obat diminum setiap hari mulai bulan ke 3 sampai bln 6 atau 9 bln. Untuk evaluasi dapat dilakukan pada bulan kedua, kelima dan keenam yang disertai hasil rontgen dan BTA SP,” terangnya.

Baca Juga :  Begini Cara Penggunaan Obat Topikal yang Tepat

Pengobatan tuberculosis yang tidak selesai dapat memicu timbulnya TB kebal obat atau TB resistensi obat (TB-RO). TB kebal obat atau TB resistensi obat adalah kondisi dimana bakteri penyebab TBC menjadi lebih kebal terhadap obat yang diberikan. Akibatnya penderita akan melanjutkan pengobatan yang lebih lama (6-20 bulan) dan lebih susah disembuhkan.

“Tips pencegahan Tuberculosis bisa menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti makan makanan yang bergizi, membuka jendela rumah, vaksin BCG, olahraga teratur dan tidak merokok, dan menjemur alas tidur,” katanya.

“Sedangkan untuk mengendalikan penyebaran TB dapat menerapkan etika batuk ketika batuk dan bersin, jangan membuang ludah dan dahak di sembarang tempat, ketika kontak dengan orang lain gunakan masker, dan jangan lupa cuci tangan 6 langkah yang benar,” tutup Liqa. (Jau)

Comment